Saturday 31 March 2012

The 74th Annual Hunger Games

Happy Hunger Games! And may the odds be ever in your favour.
     Aku di sini untuk memberikan sebuah review kepada kalian tentang The Hunger Games. Buku dan film. Serta bagaimana tanggapan orang-orang terhadap filmnya yang diperkirakan telah meledak di pasaran serta masuk jajaran Box Office. Sudahkah kalian menonton filmnya?

The Hunger Games bukanlah sebuah cerita imajinasi kosong tanpa dasar dan makna. Pengarang bukunya, Suzanne Collins berkata bahwa anak-anak yang tak kenal takut di Palestina lah yang menginspirasinya. Kalau kalian jeli, kalian akan langsung mengerti. Bukankah di The Hunger Games para Tributes alias Pesertanya semuanya merupakan remaja? Ya. Mereka bertarung sampai mati. Tak boleh mengenal takut. Tak boleh menyerah jika tetap ingin hidup. Membunuh atau dibunuh. Hukum alam berkuasa.
     The Hunger Games juga memiliki sejarah tersendiri. Panem dulunya merupakan wilayah Amerika Utara. Kemudian terjadi perang dan pemberontakan, sehingga akhirnya dibuatlah tiga belas Distrik dengan tugas masing-masing di bawah kepemimpinan Capitol. Distrik 1 barang-barang mewah. Distrik 2 pertambangan batu. Distrik 3 teknologi. Distrik 4 perikanan. Distrik 5 tenaga. Distrik 6 transportasi. Distrik 7 pepohonan/kayu. Distrik 8 tekstil. Distrik 9 gandum. Distrik 10 daging. Distrik 11 pertanian. Distrik 12 pertambangan batu bara. Distrik 13, sebagai Distrik yang memiliki kekuatan tempur dengan senjata nuklir dan sebagainya, disebut-sebut sebagai Distrik yang memulai pemberontakan dan menghasut Distrik lainnya, karena itu, kini hanya tersisa dua belas Distrik; Distrik 13 telah dihancurkan. Sebagai pengingat atas pemberontakan yang telah terjadi, Capitol memerintahkan setiap distrik untuk mengirimkan dua orang remaja dari usia dua belas hingga delapan belas tahun tiap tahunnya ke Capitol-satu orang perempuan dan satu orang laki-laki. Di Capitol, mereka dimanjakan dengan setiap kemewahan yang tidak mereka dapatkan di distrik mereka… hanya untuk selanjutnya dilemparkan ke dalam Arena untuk bertarung sampai mati.
Dengan cara itulah Capitol menunjukkan kepada setiap orang di Distrik-Distrik akan kekuasaan mereka. Mereka seolah berkata, "Lihatlah betapa kami menyiksa anak-anakmu. Betapa sesungguhnya kalian berada di bawah belas kasih kami, sementara mereka memperjuangkan hidup mereka di Arena dan kau hanya dapat duduk diam menontonnya tanpa melakukan apa-apa."
     Arena, adalah sebuah tempat terbuka yang sudah didesain oleh orang-orang Capitol, sebagai tempat pertarungan setiap Peserta atau Tributes. Arena sendiri setiap tahunnya selalu berganti, sehingga para calon Tributes benar-benar buta akan Arena yang akan mereka hadapi; agar mereka tidak dapat merencanakan strategi terlebih dahulu. Arena bisa menjadi sebuah kutub es yang mematikan, bisa juga padang pasing, savanna, pegunungan, hingga hutan. Dan, Arena Hunger Games ke-74 tahun ini adalah hutan. Hutan, lengkap dengan sungai, danau, dan padang rumput.
     Para Tributes akan ditaruh di satu tempat, bersama-sama, dalam formasi setengah lingkaran menghadap pada Cornucopia, tempat di mana segala kebutuhan yang mungkin akan membantu mereka selama Hunger Games disediakan. Senjata. Tenda. Kantung tidur. Tas-tas dengan perlengkapannya seperti botol air minum, tali, bahkan korek api. Dalam Hunger Games, satu hal remeh seperti keahlian membuat simpul saja dapat menentukan hidup dan matimu; dan Cornucopia sungguh tawaran yang menggoda. Siapa peduli bagaimana membuat simpul rumit untuk menjerat buruan kalau kau bisa mendapatkan senjata dan mahir menggunakannya?
     Sayangnya, Cornucopia selalu menjadi tempat pertarungan paling berdarah. Kedua puluh empat peserta akan saling bunuh di sana, demi mendapatkan apapun yang mereka mau dan butuhkan. Biasanya, para Peserta Karier atau Karier akan saling bantu di sini.
     Apa itu Karier? Karier adalah sebutan bagi para Tributes dari Distrik 1, 2, dan biasanya juga Distrik 4 atau Distrik 5. Mereka biasanya sudah dilatih seumur hidup mereka untuk Hunger Games, dan sebagai seorang Tribute, mereka jelas mematikan. Mereka biasanya-tidak, selalu-membuat sebuah kelompok superior dan saling membantu melenyapkan Tributes lainnya, hingga tinggal tersisa mereka sendiri, dan mereka akan saling membunuh. Biasanya, pemenang Hunger Games adalah salah satu dari Karier.
Nah, tokoh jagoan perempuan kita, Katniss Everdeen, adalah gadis dari Distrik 12, dari daerah paling miskin di sana, yaitu Seam. Sejak ayahnya meninggal dalam kecelakaan tambang saat usianya baru hampir dua belas tahun, ia mulai mengambil alih sebagai orang yang memberi makan keluarganya. Awalnya ia hanya mengambil tumbuhan yang bisa dimakan di luar Distrik 12, tapi lama kelamaan ia mulai mengingat ajaran ayahnya tentang bagaimana berburu, hingga suatu hari ia berhasil memanah seekor tupai. Akhirnya, setelah sekian lama, keluarga Everdeen bisa kembali merasakan nikmatnya makan daging segar hewan buruan.
Sementara Peeta Mellark, tokoh jagoan lelaki kita, bisa dikatakan memiliki hidup yang lebih aman daripada Katniss yang berburu, melanggar batas wilayah, dan bisa dihukum mati kapan saja. Peeta adalah anak tukang roti, ia tidak perlu berburu, dan tidak memiliki seorang ibu dan adik yang harus ia hidupi karena ayahnya masih ada, dan ia adalah anak bungsu. Ketika berkata bahwa ia sudah jatuh hati pada Katniss sejak pertemuan pertama mereka (di mana saat itu mereka baru masuk sekolah, dan Katniss-pastinya-masih terlihat sangat cupu sekaligus imut), ia tidak berbohong. Satu-satunya orang yang berbohong tentang perasaannya adalah Katniss, dan itu ia lakukan demi menjaga agar ia dan Peeta tetap hidup. Karena ia pun telah berhutang nyawa kepada Peeta, ketika bocah lelaki itu masih berusia dua belas tahun dan menghanguskan roti secara sengaja sehingga ibunya marah dan memerintahkannya untuk membuang roti itu. Tapi Peeta tidak membuangnya. Ia memberikan-tidak, melemparkan-roti tersebut untuk Katniss.
Setiap Tributes tidak dipilih dengan cara cap-cip-cup, tetapi dengan memasukkan nama mereka ke dalam bola undian besar, di mana nama mereka akan diambil oleh orang dari Capitol (yang mana Distrik 12 memiliki Effie Trinket - THAT IS MAHOGANY!!). Peeta memang terpilih menjadi Tribute dengan cara yang biasa, tetapi Katniss mengajukan dirinya menggantikan sang adik, Primrose, yang berusia dua belas tahun dan terpilih menjadi Tribute. Dan ketika Peeta mengakui dalam wawancara dengan para Tributes di Capitol bahwa ia menyukai Katniss, dari sinilah strategi dimulai.
     Setiap Tributes akan memiliki mentor masing-masing dari tiap-tiap Distrik mereka. Mentor mereka adalah para pemenang Hunger Games sebelumnya, dan Distrik 12 hanya memiliki satu pemenang yang masih hidup: Haymitch Abernathy.
     Haymitch selalu mabuk, kasar, masam, menyebalkan, dan cukup sarkastik. Singkatnya, ia mirip dengan Katniss. Kecuali untuk bagian mabuknya. Awalnya, satu-satunya saran yang Haymitch berikan adalah: bertahan hidup. Baru kemudian di Capitol ia berkata pada Peeta dan Katniss untuk langsung menjauhi Cornucopia begitu permainan dimulai. Dan, tentu saja mengingatkan mereka untuk tidak melangkah keluar dari tempat mereka berdiri sebelum enam puluh detik, karena di Arena telah dipasangkan ranjau yang baru akan mati setelah enam puluh detik. Katniss bermonolog, "Beberapa tahun lalu, seorang Peserta dari sebuah Distrik menjatuhkan tanda mata dari Distriknya berupa sebuah amulet kayu, dan mereka bisa dikatakan harus mengeruk sisa-sisa tubuhnya dari tanah."
     Dan ketika mereka berada di Arena, kau tahu kelanjutannya.

FACTS ABOUT THE HUNGER GAMES:
1.    Nama Katniss diambil dari nama semacam umbi yang bisa dimakan, dan umbi ini pulalah yang pernah menyelamatkan keluarga Everdeen sekali, setelah ayah Katniss meninggal.
2.    Meskipun dalam filmnya Caesar Flickerman menjadi salah satu komentator dalam Hunger Games, dalam buku komentator sebenarnya hanyalah Claudius Templesmith seorang sedangkan Caesar hanyalah host wawancara.
3.    Banyak yang berspekulasi tentang siapa terlebih dahulu yang dihabisi oleh Peserta Karier, jawabannya adalah yang lemah terlebih dahulu, bukan yang menurut mereka lebih mengancam, karena mereka dengan senang hati akan menggunakan apapun yang dapat membantu mereka-contohnya seperti Peeta sebagai penunjuk pada Katniss.
4.    Sekembalinya Katniss dari Hunger Games sebagai pemenang, orang-orang menyebut Gale Hawthrone sebagai sepupu Katniss, padahal sebenarnya mereka adalah rekan berburu-dan Gale memiliki perasaan istimewa pada Katniss.
5.    Kebanyakan gambar yang diambil untuk syuting The Hunger Games dilakukan di North Carolina.
6.    Dalam buku, Presiden Snow disebut-sebut memiliki campuran bau antara darah dan mawar, disebabkan racun yang pernah ia telan sehingga menyebabkan luka permanen di mulutnya.
7.    Sebenarnya menurut cerita asli, penududuk Capitol tidak ada yang berkeriput karena mereka sering melakukan operasi plastik.
8.    Gaun yang Katniss kenakan dalam wawancara pertamanya bersama Caesar sebenarnya diceritakan terbuat dari batu-batu permata asli yang merefleksikan api saat terkena cahaya.
9.    Mutt yang membuat Cato sekarat di akhir permainan menurut buku adalah para Tributes sebelumnya yang sudah mati dan diubah menjadi mutt/mutan.
10.    Di akhir cerita, Katniss memancing kemarahan Presiden Snow, mengakibatkan kematian Seneca Crane (perancang Arena), serta menyulut pemberontakan, semua karena ia nyaris bunuh diri bersama Peeta.
11.    Distrik 13 tidak pernah diikutsertakan dalam Hunger Games karena sebelum Hunger Games dibuat, Distrik 13 sudah terlebih dulu dihancurkan.

CASTS:
1.    Katniss Everdeen: Jennifer Lawrence
2.    Peeta Mellark: Josh Hutcherson
3.    Primrose Everdeen: Willow Shields
4.    Gale Hawthrone: Liam Hemsworth
5.    Caesar Flickerman: Stanley Tucci
6.    Seneca Crane: Wess Bentley
7.    Effie Trinket: Elizabeth Banks
8.    Mrs. Everdeen: Paula Malcomson
9.    Haymitch Abernathy: Woody Harelson
10.    Claudius Templesmith: Toby Jones
11.    Venia: Kimiko Gelman
12.    Octavia: Brooke Bundy
13.    Flavius: Nelson Acsencio
14.    Cinna: Lenny Kravitz
15.    Portia: Latarsha Rose
16.    Rue: Amanda Stenberg
17.    Thresh: Dayo Okeniyi
18.    Glimmer: Leven Rambin
19.    Marvel: Jack Quaid
20.    President Snow: Donald Shuterland
21.    Cato: Alexander Ludwig
22.    Clove: Isabelle Fuhrman
23.    Foxface: Jacqueline Emerson
24.    Attala: Kalan Kendrick

BOOK SERIES:
1.    The Hunger Games
2.    Catching Fire
3.    Mockingjay
Seluruhnya diterbitkan di Indonesia oleh PT. Gramedia Pustaka Utama (2008, 2010, 2011)

Saturday 24 March 2012

Penpals

I'm looking for penpals. E-penpals, actually, because I'm using emails. So... if anyone interested, just mail me at: d(dot)armandouth(at)gmail(dot)com. I'll reply you; thanks ;)

Monday 19 March 2012

Time Machine

Hey, I'm a girl
I didn't act like a teenager
Cause many things have happened to me
As I know that it's gonna be

I'm gonna be fourteen in several months
But I've seen things other girls haven't seen
Still I'm proud those things had happened to me

Why, oh, why?
Come a little closer and  will tell you why

First, I was rejected by my own social circle
Second, I have no friend to talk to
Third, I thought finally I had best friends
But fourth destroy it all cause now they left me alone
All by my mistakes

I'm not a perfect person
I know I got flaws here and there
But that doesn't mean I am no good

Yes, I'm a quite loner
But once you know me I swear
I will not be that loner

But don't ever try to cross the line
I'm not really what you think I am (doo, doo doo doo, doo)

First, I was rejected by my own social circle
Second, I have no friend to talk to
Third, I thought finally I had best friends
But fourth, I made some mess

If only
Time machine
Does exist
I would give everything to have it
Bring me back
To the past
Where I was wrong

First, I hope could fix this mess
Second, I hope that we'll be back like we're used to be
Third, I'm so sorry for what happened
Fourth, will you forgive me?

I'm trying to change
Neither I am lame
But I need some friends
I love you as what I will do
It hurts when you ran away

It hurts when you ran away

Friday 16 March 2012

Eloh-gueh-END!

HAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAAAAAA....................!!! Aku ketawa lho, KETAWA! Ke-ta-wa! Gara-gara baca... TWEET DIA! HAHAHAAAAA........!!!!

Jadi gini ya ceritanya. Kalian taulah bahwa aku tuh punya masalah yang GEDE, disamakan dengan ukuran badanku yang juga GEDE (upss), dengan seorang cowok bernama Alexander J.A. Way. Nah, sekarang, kenapa aku bisa ketawa? Pasti yang udah baca last post dari aku bakal bertanya-tanya (walau aku gak yakin blog ini populer banget sih, tapi kayaknya penayangan paling banyak di situ, di last post-ku itu, yang juga ngebahas soal Tommy--ANJRIT KANGEN DIAAAA!) juga atas dasar apa tiba-tiba sekarang aku menggila, padahal kemarin aku sedihnya ampun-ampunan. Apakah Alex udah mau ngomong lagi sama aku? Apakah dia udah mau maafin aku? Oho, semuanya itu... SALAH BESAR. Karena dia masih gak mau ngomong sama aku. Aku bahkan gak yakin bahwa dia baca blogku, habis dia itu kan (kayaknya) sibuk. Yah, persetanlah. Aku lagi agak galau juga sih, tapi enakan ketawa. Oh ya, aku masih menganggap bahwa reaksi Alex itu wajar, yang aku masih agak heran sih, reaksi kedua temannya. Maksudku, apa iya karena solider? Entahlah ah. Aku udah begitu lama gak menjejak di dunia nyata sih, dan terakhir kali ada orang yang solider sama aku... GAK ADA. Ya udah aku gak ngerti motif mereka berdua ikut-ikutan marah sama aku itu apa. Biarkan sajalah, acting like I don't care, acting like I don't care ._.

Tweet dia di sini bukannya tweet Alex, tapi tweet orang lain yang tinggal di Surabaya. Yep, orang yang sama yang pernah begitu sakit hati, kecewa, marah, dan malu waktu tahu kebenaran soal hubunganku dan Matty (Eh, betewe, jadi inget aku masih belum lanjutin cerita tuh anak. Matty, maaf ya =( ). Orang yang sama dengan orang yang pernah kukira seperti kakakku sendiri. Orang yang sama dengan yang pernah Mikey sarankan padaku untuk menolongku dalam memperbaiki hubungan dengan Sir Alexander. IYA! DIA! N.R!!! Tapi, berhubung kalian tau aku orangnya paling males nulis inisial, sebut aja dia Dila, okeh? #paragrafantiklimaks

Jadi, sampai siang kemarin, aku masih berhubungan sama Mikey. Lewat email, bukan telepon. Ajegile aja kalau lewat telepon, bayarnya berapa!? Anyway, aku kan curhat sama Mikey soal aku dan Alex, dan kebetulan dia itu (kalo gak salah) calon psikolog. Tapi kayaknya emang baru calon sih, soalnya belum ada pengumuman lulus apa nggaknya (seolah-olah aku orang penting -___________-"). Pokoknya, aku cerita sama Mikey dan Mikey bilang, "Kenapa gak minta tolong sama orang yang dekat sama Alex aja?" Yah, gak pas gitu banget juga sih, tapi sebelas-dua belas lah. Nah, siapa orang lain yang dekat sama Alex yang bisa menolong aku? Selain Thata? I mean, kalian tau kan, Thata sendiri udah nge-block aku. Hei, kemarin aku kirim SMS penyataan dukacita atas Tommy aja, entah dia sampaikan apa nggak ke Alex, soalnya dia gak bales. Ya udah, tinggal Dila yang tersisa. Tadi pagi, rencanaku sih, pas sore-sore aku pengin nelepon dia, minta tolong gitu. Eh, tapi gak jadi, soalnya udah lewat SMS.

Kronologinya: aku minta waktu Dila -> dia bilang dia bisa, sambil nanya ada apa -> kubilang masalah yang berkaitan sama Alex -> katanya dia gak pernah berani ngungkit namaku di depan Alex -> aku minta tolong; gak ngejelasin detil tapi hampir -> Dila nolak, dia bilang hubungan mereka udah mulai akrab -> aku kecewa, terus kalau gak salah (aku terlalu males ngambil Jean di kamar) aku minta tolong lagi -> Dila nolak lagi -> aku masih terus berusaha -> Dila bilang sebenernya reaksi Alex itu wajar, mungkin dia emang cuma butuh waktu -> kubilang bahwa Alex gak butuh waktu, dia udah benci sama aku -> Dila nanya apa yang aku mau -> kubilang yang aku mau tuh kembali ke waktu sebelum aku kenal mereka semua--termasuk Dila juga -> Dila (dengan sinisnya, menurut versiku. Entah kalau menurut dia itu sinis apa nggak) bilang bahwa gak semua orang bisa dapat apa yang mereka inginkan -> aku minta Dila melupakan masalah itu, dan--aku ngaku nih, agak mengemis simpati juga--bilang bahwa masalahku itu cuma masalah kecil yang bisa dialami semua orang -> Dila marah (justru aneh kalau nggak, soalnya di situ setelah ditilik balik, aku menguji kesabaran banget, terutama buat orang yang gak begitu terbiasa sama anak labil kecuali adiknya sendiri) dan bilang bahwa aku yang bikin semua masalah ini, bukan MEREKA (nulis KAMI-nya itu lho pake huruf gede-gede) -> aku minta dia benci aja sama aku supaya lebih gampang -> Dila menyanggupi -> aku turun ke lapangan buat latihan upacara (?)

Oke, bagian terakhir emang gak nyambung, tapi itu yang terjadi, berhubung sekolahku ada beberapa orang guru yang bakal pergi--dua guru diangkat jadi kepala sekolah di sekolah lain, pak kepsek jadi kepsek di sekolah lain, sekitar dua atau tiga guru bakal pensiun. Jadi ada semacam upacara perpisahan gitu sih, selain upacara bendera hari Senin biasa.

Dan apa yang bikin aku ketawa? Oh, itu, tweet Dila yang bilang, "Plis deh, jangan bertingkah seolah2 AKU yg salah. KAMU yg bohongin aku, kenapa jadi aku yg orang jahat disini?! Dasar aneh". Ini aku kopas langsung dari akun dia, beneran. Nah, ITU yang bikin aku ketawa. Kok bisa? Karena Dila merasa aku bertingkah seolah aku menyalahkan DIA pada saat aku menyalahkan diriku SENDIRI karena tidak belajar dari pengalamanku yang LAMPAU dengan percaya pada ORANG LAIN, bahkan menggantungkan HARAPAN pada MEREKA. Yah, tapi aku punya pembelaan diri juga, kok! I thought that she'll be different. I thought they'll be different. Tapi ternyata beda dari bayanganku. Alex, yang kuanggap kakakku sendiri, begitu MARAH, bahkan sampai nge-block aku dan mengunci akunnya. Dia marah itu wajar. Dia nge-block aku, kupikir itu kekanak-kanakkan, sejujurnya. Nih. Ini nih. Aku bilang jujur aja ya. Karena aku MUAK dicap, dilabeli, dan sebagainya. Kalian pikir aku ini LICIK, PICIK, EGOIS dan KERAS KEPALA? Well, sekarang akan kupenuhi harapan kalian, tapi gak akan sepenuhnya, karena kalian, nyatanya, belum pernah bertemu seorang DIELLA NANDITYA yang sesungguhnya, putri PERTAMA dan bisa dibilang juga SATU-SATUNYA dari ISNA ADRIANA dan BUN JANUM MARSHOES. Kalian mau perkelahian? Kuberi kalian PERANG SATU LAWAN SATU. Cuma yang bersangkutan. Artinya, untukmu, Dila, kalau kau menerima tantangannya, gak boleh ada campur tangan dari Elisabeth, Mikey, Danny, atau siapapun. Berlaku juga untukmu, Alex. Tapi aku gak yakin bahwa kalian akan menerimanya, karena pada dasarnya kalian itu kan, PECINTA DAMAI, iya gak? Aku gak mengejek, karena meskipun begitu, kurasa aku bakal menemui kesulitan melawan Alex. Peduli setan ah, aku lebih suka mati, masuk neraka, dan menari salsa dengan setan daripada dengar (atau lihat, atau baca) kalian menghakimi aku lagi. Because if so, I could vomit, IN YOUR FACES.

Pokoknya aku ketawa, ROFLCGU itu, Rolling On the Floor Laughing and Can't Get Up. Gara-gara baca tweet itu. Dila, aku kan gak bertingkah seolah kamu orang jahatnya! Aku bahkan nyaris gak percaya kamu bisa berlaku jahat, tapi itu gak bisa masuk hitungan, karena aku kan gak kenal kamu. Yeah, aku--dan Matteo juga--gak kenal KAMU, karena orang yang kami kira kami kenal ternyata bukanlah orang yang sebenarnya. Bukankah begitu kasus yang menimpamu? No way! Aku seorang pembohong, and that would be a shame if I could get lied! Aku gak MENGHAKIMI kamu seperti yang kamu dan teman-temanmu lakukan PADAKU, karena aku yakin diriku itu sebenarnya LEBIH daripada kalian SEMUA. Pride may lead to downfall? Aku gak sombong, kok. Aku memang yakin aku lebih dari kalian--terutama kalian BERDUA karena aku sudah sering ditinggalkan, dan kalau kalian meninggalkan aku (meskipun Dila sih, atas dasar permintaanku), aku bisa hidup tanpa kalian. Emang kalian siapa aku? Mantan teman dan mantan orang yang dianggap kakak. Nothing more. Ya, karena kebodohanku sendirilah aku membuat diriku masuk ke dalam masalah ini, tapi apa sih, asiknya hidup tanpa masalah? Bayangkan aja kalau kamu baca buku yang gak ada konflik berarti. Asik gitu? Rame gitu? NGGAK! Aku selalu bilang bahwa usia membuat seseorang tua tapi pengalaman membuat mereka dewasa, dan itulah persisnya yang telah, sedang, dan akan terjadi padaku.

I was born without you both. I can live without you both.

Selamat tinggal! Aku gak akan peduli lagi sama kalian--or at least berusaha untuk tidak peduli. Aku, bagaimanapun juga, adalah orang yang menjunjung tinggi tata krama dan etika, jadi kuucapkan banyak terima kasih untuk kalian atas memori dan pelajaran yang kalian berikan padaku. Dan bersyukurlah aku pernah mampir di hidup kalian. Kenapa? Karena aku akhirnya juga memberi kalian pelajaran tentang kepahitan hidup di dunia maya, iya kan? Kita saling memberi pelajaran yang harus kita pelajari dan jangan dilupakan. Pesanku untuk kalian, Alex, Nina (wiw, akhirnya disebut juga nama aslinya), adalah jangan tumbuh menjadi orang tua yang cuma tua berdasarkan umur, tapi tumbuhlah menjadi orang yang tua berdasarkan pengalaman. Tua di sini sinonimnya dewasa ya, yang kupakai. Aku gak seburuk yang kalian kira. Aku punya sisi baik. Salah satunya: aku gak men-judge orang. Lagipula, dulu aku aku pernah ditinggal dua orang yang kukira BFF-ku dan aku bisa move on, kenapa juga aku gak bisa move on dari kalian?

N.B: Alex, mungkin kamu gak perlu lagi ngunci privat akun kamu, aku juga udah bosen mantengin akunmu itu. Gak ada yang aku dapat dari sana. No use. Useless. Yah, yang manapun yang mau kamu pake deh, katanya. Terserah. I have my own life here, and I'm gonna live it with my own way. YEAAAAHHHHH, itu ada Afika lagiiiiiiii........!!!!!!

Makanya aku ketawa. Karena pilihannya cuma itu, atau menghabiskan lebih banyak lagi waktu untuk bersedih dan menyesali apa yang sudah aku perbuat di masa lalu. So what? People make mistakes, I'm not God, and I'd rather be punched in the face than have to cry all over you all night long again. Nope. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAAAA....................

Thursday 15 March 2012

Rest in peace, Thomas Flecher Duse. Unknown time. Unknown day. At March, 2012.

Galau tingkat tinggi.
First of all, Tommy meninggal. Dan aku baru tau siang tadi. Siapa itu Tommy? Seorang teman lama. And let's say he's my ex-crush (gak pernah jadian sih), but he's my old friend. Dan aku cukup menyukainya. I used to love him too, tapi aku udah lama gak ngobrol sama dia, dan perlahan-lahan rasa sayang itu menghilang. Well, apa mau dikata, kenyataannya Tommy tidak terlalu dalam masuk ke dalam hidupku. Tapi saat tahu dia sudah tidak ada... rasa sedihnya kentara sekali.
Second of all, Alex mengunci akunnya. Maksudku, dia membuat tipe akunnya menjadi private. Selain followers tidak bisa melihat aktivitasnya. And it hurts. Apalagi saat ini yang mau aku lakukan adalah menghiburnya. Tapi Alex gak ngasih aku kesempatan untuk itu. So hurts. Dan aku masih yakin bahwa Alex benci sama aku. Very so hurts. Jadi aku gak bisa bilang sama Alex betapa aku turut berdukacita atas kepergian Tommy. Pretty super very extra so hurts.

Aku sedih. Aku gak bisa ngomong langsung sama orangnya, jadi kutulis di sini, in hopes that he'll read what I wrote. Aku gak bisa bilang sama Alex betapa sejujurnya aku menyesali apa yang sudah terjadi pada kami. Dan ditambah pula dengan ini. Just like what Katy Perry said, "All this money can't buy me a time machine." Yeah. Kalau Katy yang punya uang banyak banget aja gak bisa beli sebuah mesin waktu, apalagi aku. Tapi seandainya saja bisa, maka aku akan memutar waktu tepat pada saat aku membobol akunnya, di bagian awal-awal and I could stop myself. Kenapa gak dari awal banget aja, dari sejak aku gak ngebobol akun Alex? Karena kalau seperti itu rasa penasaranku tidak akan terpuaskan, dan aku tahu betul seberbahaya apa kalau aku penasaran. Sangat berbahaya. I could, even, maybe do something worse than what I've done. Jadi cukup cuma sampai aku bikin Alex bingung, then I'll get outta there. Tapi aku gak punya uang untuk beli mesin waktu, nor the time machine does exist. All I can do is regretting what I have done, curse myself, and keep thinking, "What if... What if... What if..."

Aku sayang banget sama Alex. Karena--kurasa aku udah pernah bilang--ada tiga orang yang kuanggap kakak sendiri. Yang satu meninggal (William), dan yang satu entah marah entah benci padaku (Daniel). Only Alex left. And by my own stupidity, I make him gone. Not that way "gone" like Will, but the other way "gone". Hey, suicide is a horrible thing, dan agama melarangnya! Meskipun Alex seorang mualaf, aku cukup yakin dia mengikuti ajaran Islam dengan baik dan benar. Lagian, emang ada gitu, agama yang memperbolehkan seseorang bunuh diri? Perasaan gak ada deh ya. Jadi "gone" di sini adalah pergi meninggalkan aku. Aku ingat pernah bilang bahwa Alex gak adil, dan aku masih berpikir begitu, meskipun bukan tipe gak adil yang gak bisa dipikirkan secara baik-baik. Jarang sekali ada orang yang setelah dikhianati masih mau mendengar penjelasan dari si pengkhianat. But I do wish that he was tried to listen to me. Or at least read what I feel. Please, Alexander J.A Way, if you're reading this, please, please, please, please, I beg you; give me a second chance. I know that you're not God, Who can always forgive. You're just human, just like me. But God never leaves It creations or friends (I mean, people who really loves God. They can be counted as It friends, aren't they?). God just always with them. God always give people second--hell, THIRD even--chances. Will you give me? I'm not asking for third, fourth, or fifth chance. Just a single second chance. That's it. I will try my best for being better me. Why? Why do I so stubborn about this problem? Simple answer.

Because I love you. I was too coward to tell you the truth, so I just told Thata, know that she'll let you know. But I just love you too much to keep lying to you. And I just selfish enough to never let you go. Always, Alex, you are my brother and I love you. I can't say "forever", I don't really believe in that one word. But, Alexander, PLEASE, if you're reading this, try to forgive me and forget the past. Or at least move on. You can always unblock me on Twitter. You don't have to let me know. Every time I open my Twitter account, I always trying to follow you again (always started with "pleaseee =)" then ended up with "=(((((("). Please, brother. Please. I've got too much things left to say to you. And I miss you. So much, much, much til it hurts. I don't know how to tell you how sorry I am (am, not have or was). About the hacking. About Tommy. Even about your maybe-ex-already girlfriend (yeah, I know about her). I just want to cheer you up. Because that's what family do.

Alright, so now, you may think, "What family do isn't hacking each other accounts." True. But I was just too stupid to know that. Now I'm smarter than before. I would do ANYTHING only to make you forgive me and want to talk with me again. Many "love you", "I'm sorry", and "please" words would never even close to what I feel. I just want to talk to you. To cheer you up. To make you smile. To tease you sometimes, too. I'm your sister (or at least I thought I am). That's what sisters do.

Blood doesn't always make families, either families could made by blood. Sometimes, people who doesn't related to you by blood, can be your families. And sometimes, people who does related to you by blood, can't be your families. Depending how they act and treat you. But families will stand by your side. Always. Until their last breath.

Tuesday 13 March 2012

Postingan GJe ._.

Sebutlah namanya Rara. Dia adalah teman dekatku, dan aku sedang berusaha membantunya menyelesaikan masalah yang sedang ia alami.

Kita semua pasti pernah naksir sama seseorang; entah itu lawan jenis atau dalam beberapa kasus: sesama jenis. Untuk seseorang yang tidak anti-homoseks, yah, bukan masalah besar sih, selama bukan aku yang ditaksir. Tapi, ini bukan masalah homoseksual. Rara itu heteroseksual, aku narcissisticsexual (ada gitu?). Hahaha.

Pokoknya, Rara naksir seorang cowok bernama Dino (pengin ngeledekin DINOsaurus tapi gak bisa euy). Dino dan Rara sama-sama dari kelas 8C, dan dulunya mereka berteman, dari situlah mulai tumbuh rasa-rasa sukanya Rara pada Dino, sampai suatu saat ada salah seorang teman yang nyebarin gosip bahwa mereka itu pacaran. Yah, namanya juga gosip. Bisa benar bisa nggak, tapi untuk kasus ini tuh itu nggak benar. Rara sih senang, tapi Dino? Well, dia agak kesal.

Sudah itu, Rara punya masalah lain sama Dino. Awalnya Rara udah pengin nyatain perasaannya sama Dino, karena Dino juga kayak ngasih sinyal-sinyal naksir balik. Malang tak dapat ditolak, Untung sodara Donal Bebek. Olala, ternyata Dino hanyalah seorang PHP alias Pemberi Harapan Palsu! Karena pada saat itu, Dino bilang pada Rara, "Kamu jadi orang gak usah kegeeran deh! Sadar fisik!"

Ouch.

Yaaaa, iya siiih, Rara tuh badannya mirip sama aku; gemuk. Gak gemuk-gemuk banget juga, sih, sebenarnya. Tapi tau kan? Kalau cowok umur segini tuh pada ngeliatnya cuma satu: FISIK. Dan itu bikin aku eneg banget deh. Don't judge a book by its cover. Tapi apalah daya, mereka emang pada kayak gitu. Dan Rara alhasil sakit hati banget. Nangis, malah. Begonya dia, belum selesai masalah itu dan soal gosip mereka pacaran, dia malah meng-upload foto Dino ke FACEBOOK tanpa izin orangnya. HAIYAAAAAAAAAA...............................

Jelas aja Dino murka! Dia ngirimin surat beracun buat Rara dengan kata kasar--maaf--babi dan anjing bertebaran. Entah dia ngomong lewat surat karena terlalu marah dan muak untuk bicara langsung atau memang karena dia pengecut. Aku gak tau, ya. Di sini aku pihak netral. Aku cuma berusaha membantu Rara menemukan titik permasalahan, dan mencoba bantu menyelesaikan karena dia temanku. Dan aku gak punya hak apapun untuk menghakimi Dino. Hei, aku orang yang paling gak suka dihakimi, apalagi kalau tudingannya berat sebelah! Jadi aku gak mungkin, dong, memberlakukan itu ke orang lain. Termasuk pada Dino, meskipun Tuhan tau segimana kesalnya aku sama dia gara-gara surat beracun itu.

Jadi Rara cerita sama aku, "Sebenernya awalnya gini lho Di, bla bla bla bla bla bla..."

Aku, sebagai seorang teman yang baik kalau lagi gak bete, rajin menabung kalau lagi inget, supel kalau gak lagi sibuk sendiri, dan makan kalau laper, tentu mendengarkan. Karena ternyata jadinya cukup jauh alias lama, kita sambung ke sesi pertemuan berikutnya (ceilah). Terus, gitu deh... Aku pengin nulis lebih banyak, tapi sayangnya ini masalah orang, bukan masalahku, gak bisa diumbar seenaknya. Tapi intinya sih, Rara yang aku tangani "kasus"nya like a psychologist. Lebih tepatnya konselor, kali ya. Soalnya aku juga gak ngasih segala macam tes, itu kan haknya psikolog dan secara kode etis, konselor aja gak boleh apalagi aku. Tapi ternyata Rara mah intinya terlalu terpengaruh sama SINETRON! Karena di sinetron banyak ditayangkan adegan si tokoh protagonis tetap cinta mati sama tokoh antagonis meskipun jelas banget si antagonis gak ada sisi baiknya sama sekali.

SO, STOP SINETRON! IT MERACUNI OUR ANAK BANGSA!

Wassalam.

Friday 9 March 2012

Geblek -_____-

I'm Lebay And I Know It B)

PERTANYAAN: Bagaimana caranya membuat seorang gadis-hampir-empat-belas-tahun calon penulis terkenal yang udah gak pernah nyentuh novel lamanya MAU membuka dan memperbaiki kembali novel tersebut?
JAWAB: Bawa dia pada seorang psikolog ramah yang ingin membaca novelnya dengan dalih, "Kegilaan dengan kreativitas itu bedanya tipis banget, lho, Dill."

Monyet.
Monyet semonyet-monyetnya.
Bukan Tante Esti (psikolog) yang monyet, tapi AKU.
Kok bisa?
Soalnya, Tante Esti udah minta baca novel itu dari hari Minggu yang lalu *cek kalender* yaitu tanggal empat Maret yang lalu. Sekarang udah tanggal sembilan, dan masih belum aku kirim.
AAAGH, KAMPRET!
Masalahnya, aku tuh ragu. Ragu, nih. R-A, ra. G-U, gu. RA-GU. Dan, yah, agak malu juga sih. Kenapa? Soalnya ceritanya dangkal bangeeeeeetttt..........!!!!

Temanku bilang sih, ide cerita udah bagus. Yang gak jelas itu klimaks dan anti klimaksnya. Masih ada yang lain, tapi males buka email (padahal tinggal ambil BB di sebelah). Omong-omong, kangen juga ya SMS-an sama dia yang di Surabaya. Tapi pulsaku mengkeret. Lagian aku lagi penginnya ngomong sama Mike. Ah sial, gimana ini? :/

Kok aku melantur?

Pokoknya, aku habis-habisan merevisi seratus enam puluh dua halaman. Dan tau gak? Dari seratus enam puluh dua halaman, sekarang tinggal ada seratus lima puluh delapan halaman. HAAAAAAH, KENA PANGKAS! SIAAAAAAAAAALLLLLLLL......................

Sudah cukup buruk bagiku untuk gak bisa sampe ke angka dua ratus. KENAPA INI MALAH BERKURANG LAGI!? Monyet, lo Dill! Cari kutu aja sana, jangan pangkas novel gue lagi!!! #ngomel di cermin

Pokoknya kalau novel ini kepangkas sampe halamannya ada di bawah seratus lima puluh lima, aku bakal nangis. Beneran deh, nangis. Soalnya aku bikin novel ini tuh dengan air mata darah (jiah) lengkap dengan restu serta doa ibu. Dih, kayak tulisan di belakang truk deh. Tapi intinya aku nulis novel ini dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, gak main-main. Meskipun akhirnya gini...

Oh ya, baidewei, Acta Tabula (mading di SMPN 35 Bandung) punya tiga anggota baru, dan salah satunya adalah COWOK! Wahiiiiiiiiiiii............. Sebagai ketua dan anggota ekskul yang isinya cewek-cewek semua, jelas seneng! Karena.... ADA YANG BISA DIKECENGIN SELAMA BERTUGAS!

*Come, come, baby, come, come my babyyyy~~*

Namanya Ilham, anak kelas 8C, sekelas sama Hera (sekretaris) dan Zahra alias RaRa (sahabatku). Mereka berdua tau sih, aku ngeceng (baca: mengunci target pada) Ilham.  Tapi berhubung aku gak kayak cewek lain yang kalau digodain dikit bakal, "Aaaaaaah....... kamu maaaaaaaaaah! Diem aaaaaaaaaahh..........!!!" sambil menghentak-hentakkan kaki, mereka juga anteng, cuma ngegodain dikit (apa akunya aja yang gak nyadar, ya?). Biarin ah, yang penting Ilhamnya cakep-unyu gitu. Selain itu, aku juga tadi di Keputrian maksa mereka berdua ngirimin foto-foto Ilham ke aku lewat BBM. Sekarang aku punya sebelas fotonya Ilham. Mwahahahahaha.

Dan, ada untungnya juga sekarang aku bisa nulis post ini di sini. Artinya tadi aku gak jadi main ke rumahnya Hera. Sialnya adalah aku gak jadi ketemu Ilham (karena dia juga awalnya mau ke rumah Hera--ralat: rumah ORANGTUA Hera), dan gak jadi ngedengerin cerita RaRa. Well, gimanapun aku lebih fokus sama RaRa, karena dia bermasalah sama cowok yang dia taksir. And you know what? Cowok itu udah ngirimin RaRa surat "beracun" dan nyakitin hati dia banget. You know what else? RaRa dengan ajaibnya tetep naksir cowok itu. Hebat, kan? Makanya aku pengin dengerin cerita dia. Lucunya adalah, aku--mentang-mentang belum kelar urusan sama psikolog--sikapku juga mirip-mirip psikolog gitu. Masuk ke malpraktek gak ya? Moga-moga aja nggak. Hwehehehehehehehehe.

Kenapa tiba-tiba aku inget sama Will? #random abis

Sudahlah, aku mau ngerevisi novel dulu. Baru sampe halaman entah berapa, yang pasti belum sampe halaman seratus. Ntar aja ya, kapan-kapan aku posting lagi di sini.

N.B: Nyesek liat tweet mbak yang di Suroboyo yang bilang ke Alex bahwa twitter dia masih suka "diliatin". Mampus. Kalau si Alex ngunci akunnya gimana nasib stalker amatiran ini nih? #duilah

N.B II: Fanmail, nih, fanmail (kayak yang punya fans aja lo Dill): d.armandouth@gmail.com. Yang masuk pasti dibales, santai beroh :D

Akhir kata, wassalam. Doakan aku berhasil, ya! #gaya Benteng Takeshi

Monday 5 March 2012

Nggak, aku gak kecewa sama kamu. Aku ternyata cuma kecewa sama mereka. Ini terdengar gak adil, tapi ternyata kamu lebih berharga buatku ketimbang mereka. Kamu pengganti Adrian. Kamu adalah figur kakak dalam hidupku.

Kakak yang pertama, Will, dia meninggal.

Kemudian Dan, dia marah padaku.

Tinggal tersisa kamu. Kamu terlalu mirip kakak buatku. Aku susah kecewa sama kamu. Ya, rasa kecewa ada. Tapi rasa sayangnya pun masih tersisa.

Dan tau gak? Waktu aku liat TL tweet kamu, liat bahwa kamu lagi patah hati... aku bener-bener marah sama cewek itu (lucu, kan?), dan berharap that I was able to cheer you up.

Brengseknya adalah aku gak bisa.

Aku gak suka manggil kamu pake inisial, kuharap kamu gak keberatan aku nyebut nama kamu langsung, Lex. Yah, gimanapun juga kan ada ratusan orang di dunia ini yang bernama panggilan "Lex", gak kamu doang. Kalau kamu gak mau, email aku lewat contact person aja Lex, pake marahin kalau mau. Udah lama gak ada yang marahin aku -___-

Aku boleh jadi pernah nge-hack akun kamu, tapi rasa sayangnya tetap sama. Aku masih menganggap kamu kakakku, sekalipun kamu udah, yah, marah sama aku, merasa dicampakkan, atau apa. Hhh... Seandainya kamu tau betapa aku pengin banget ketemu kamu. Dan seandainya aku bisa, aku pengin ngobrol sama kamu. Tapi saat ini, lebih dari segalanya, aku pengin ngegampar cewek yang udah nyakitin kamu.

Well, that was a sister for, right?

Ketika Percaya Berubah Menjadi Amarah #2

Tambahan doang, sih, jadi gak akan panjang kayak yang sebelumnya #scoffs

AJW bilang aku mencampakkan dia (aku lihat di salah satu reply tweet KI ke dia di Twitter). Dia bilang, "Aku merasa dicampakkin dong waktu dia ngehack akunku, tapi ya sudahlah ._."

Kalimat persis gak inget, aku ogah nginget -___-

Tapi aku jadi penasaran, apa yang membuat AJW merasa aku mencampakkan dia? Emang aku bilang ELOH-GUEH-ENDH gitu ke dia? Apa yang membuat dia merasa dicampakkan? Setau aku, dicampakkan itu sama dengan dibuang, disisihkan. Hei! Yang menderita couplogagophobic (ketakutan merasa disisihkan) itu kan aku! Kenapa ngefeknya ke kamu? Serius, nih, kamu merasa dicampakkan? Atau kamu terlalu hiperbola aja? Atau kamu emang merasa gitu? Kalau iya, kenapa?

Sumpah aku bingung banget. Dan aku paling benci ngerasa bingung. Aku benci kebingungan kecuali aku yang bikin orang bingung #yeeeeeeeeehhhh

Apa yang bikin kamu merasa dicampakkan? Please, kasih tau aku. Gimanapun juga, ternyata, rasa sayangnya masih berbekas. Yah, kamu kan udah kuanggap kakak. Kakak kandungku aja butuh bertahun-tahun sampai akhirnya aku sukses benci dia. Lah kamu?

Ada apa?

Ketika Percaya Berubah Menjadi Amarah

*Hela napas*

That moment when you don't have any KitKat #eh

Gini deh ya, gini. Kurasa kalian udah tau garis besar permasalahan awal. Aku bohong -> mengadakan eksistensi seseorang, cinta sejatiku, pahlawan dalam hidupku, napas dalam hidupku (ecieh) yaitu Matteo (Matty, oh, Matty, maaf aku belum lanjutin ceritamu Sayang, aku lagi galau -__-) -> aku ngaku jujur -> sebelumnya aku sempat nge-hack akun seseorang (gak bisa sebut nama, aku udah pernah nyaris dituntut, ogah kalo sampe beneran Men :O) -> aku ceritain juga sama (orang yang kukira) sohibku (sekarang mungkin status mantan) -> orang tempat aku mengakui kesalahan sama korban hacking marah, pacarnya yang aku akuin juga marah, mereka nge-block aku berjamaah; semoga pahalanya juga dapat berjamaah, tapi kalau justru dapet dosa... ya jangan dapet deh Ya Allah, dua dari tiga (dulunya) temen deketku juga tuh ._. -> ketiga orang itu karena marah mutusin hubungan denganku... secara sepihak -> korban lain yang beda kota yang udah nganggap Matty kakaknya sendiri kecewa dan sakit hati -> dia mengklarifikasi bahwa kami gak akan bisa sahabatan lagi, paling cuma temenan -> aku oke aja, selama gak dimusuhin gitu -_- -> tapi yang tiga orang itu gak ngasih kejelasan. Horeee, now everybody JUMP! #loncat bareng Dora

Aku menghormati perasaan si Korban I yang berada di luar kota, SUNGGUH. Tapi yang tiga orang lainnya.... hela napas lagi aja deh *hela napas*

Si Korban II (korban hacking) sempat bilang di Twitter, "I've read your post blog," katanya, "Those words describes everything bout your lies. That's hurt enough, that's evil enough. I think."

At first, aku salah baca; bukannya "bout" (kependekan "about", kalau aku gak salah), tapi "but" (yang bisa diartikan kecuali). Jadi awalnya aku baca tuh, "...Those words describes everything bout your lies," dan pada saat itu sempat terlintas pemikiran, "Terima kasih Tuhan, mungkin aku punya kesempatan menjelaskan", sialnya adalah aku baca tweet itu dua kali dan baru di kali kedua aku bener bacanya. Ah, dasar sial...

But you know what? I think, what's evil enough is when you don't give me a chance to explain.

Ya, mereka gak ngasih aku kesempatan menjelaskan--Korban II, Korban III (dulu kukira sohibku) dan Korban IV (sebenernya dia gak pantes masuk kategori korban, tapi dia pacarnya III). Korban I sih, yah, kurasa dia udah cukup mengerti, dia hanya memang gak bisa berhubungan kayak dulu sama aku lagi, dan aku menghormati keputusannya. Tapi itu, si II, III, dan IV. Iiiiiiiiihhh......... Kalian agak curang! Aku tau aku sama sekali gak berhak kesal apalagi marah, tapi jujur, aku gak kesal. Aku cuma kecewa.

Biar lebih gampang, gini deh:
Korban II = AJW (perlu tambahin A gak ya? Gak usah deh #nanya sendiri jawab sendiri)
Korban III = ANR
Korban IV (sumpah aslinya gak rela dia masuk daftar korban tapi mau masuk daftar mana lagi?) = AIL

Sejujurnya, kenapa aku nge-hack akun AJW, itu cuma buat iseng-iseng. Niatnya pertama kali: cuma buka, liat-liat bentar, terus keluar. Begitu masuk, niatnya ganti jadi: buka, liat-liat bentar, post beberapa tweet iseng kurang kerjaan, terus keluar. Tapi, aku liat bahwa AJW belum mengkonfirmasi akunnya, jadi aku tergerak untuk membantu [aslinya emang hobi ikut campur (_ _")] dan membuatkan AJW sebuah email, dengan password versi alay password Twitter-nya (SATU, aku dapat password dia dari oknum tak bersalah. DUA, aku bukan anak alay, tapi bahasa alay emang ampuh buat password). Kemudian, dari akun AJW aku kirim DM (Direct Message) ke akun AJW lagi, ngasih tau soal password, email, dan bahwa akunnya udah dikonfirmasi--dengan nama anonim. Jelas aja AJW kaget, so-ak (b. Sunda), AKUNNYA DIBAJAAAAK!

Waktu AIL nuduh aku, aku bantah. Yah, namanya pembohong, udah sering berbohong jadi udah kayak reflek. Dan ke ANR aku bilang bahwa ada orang yang maksa aku nge-hack akun AJW. Dan itu kulakukan setelah... AJW berhasil ngambil alih balik akunnya dan aku udah melakukan tindak kriminal.

Damn. Waktu aku berbohong soal Matteo, sebenernya itu bukan penipuan, itu cuma kebohongan jangka panjang. Amoral, ya. Tapi melanggar hukum nggak. Tapi ini? Membobol akun orang, menyebarkan rahasia orang lain? Itu melanggar hukum. Aku bukan peminat PKn, jadi aku gak tau pasti, tapi kurasa gak akan bisa sampai ditarik ke Meja Hijau. Kalaupun iya, orang akan melihatnya sebagai suatu tindak over acting. Berlebihan. Lebay. Membesarkan perkara kecil. Karena meski aku membobol akun orang dan menyebarkan rahasia orang, rahasia-rahasia itu tidak merugikan orang lain. Well, yah, pastinya mereka merasa malu. Dan aku juga gak ngambil keuntungan materiil dari hacking tersebut. Sama seperti kalau mau bilang aku-Matteo melakukan penipuan, kami gak menghasilkan kerugian dari pihak lain. KALAU aku membobol akun AJW, terus mengalihkan semua uang yang ia punya ke rekeningku, NAH, ITU baru pelanggaran hukum berat. Bisa dibawa ke pengadilan. Bisa kena tindak pidana penjara, pula.

Sampai di sini, akan muncul pertanyaan: Kenapa aku tega menyebarkan rahasia orang lain?

Ada satu hal yang perlu kalian tau. Pada saat itu, aku tidak sadar sepenuhnya. Gimana aku bisa tau aku gak sepenuhnya sadar? Yah, setengah bagian diriku tau bahwa itu tuh berbahaya, hanya saja saat itu aku tidak benar-benar memikirkan resikonya. Setengah bagian lagi begitu dikuasai peran. Ya, di situ aku berperan sebagai hacker pemula yang brengsek. Nah, ini salah satu hal yang mendasari mengapa aku pergi ke seorang psikolog hari Minggu lalu, karena aku takut ini merupakan gejala kepribadian ganda. Maksudku, hei, aku melakukan hal-hal yang dilakukan oleh bajingan pengecut! Dan aku baru sadar ketika AJW "melempar"ku keluar dari akun itu. Saat itu, aku tiba-tiba merasa ditampar. Seolah dibangungkan dari keadaan trance.

Apa yang baru aku lakukan?

Dari situ, aku buka akunku, dan melihat semuanya. Astaga, sampai begitu?

Aku gak mendramatisir, ini betul-betul apa yang terjadi. Sialnya lagi, masih ada bagian dari aku yang masih terpengaruh oleh peran itu. Dan aku, tiba-tiba mendapat pemikiran untuk menyelamatkan diriku sendiri, membocorkan rahasia-rahasiaku juga. Dan sialnya, sisi diriku yang sudah sadar tapi pengecut justru menyetujuinya. Dipengaruhi oleh peran, aku membocorkan semuanya. Semuanya; kecuali satu tempat yang terlalu vital, dan bahkan diriku yang paling pengecut menggelengkan kepala sampai hampir putus ketika sisi yang lain hendak membocorkan rahasia yang itu. Saat itu, sebagian diriku berkata, Nggak, rahasia-rahasia yang lain udah cukup jadi alibi. Dan aku tuh pengecut banget. Aku cerita sama ANR bahwa itu tuh aku dipaksa orang. Ya, aku begitu pengecut sampai mengkambinghitamkan satu lagi karakter rekaan.

AAAAAAGGGHHHHHHHHHHHH........................ DILLA! KAMU TUH BEGODUNGUTOLOLGOBLOKIDIOTIMBESILGAKPUNYAOTAKOTAKUDANGTOLOLGOBLOK BANGET SIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH.......................................................... !!!!!!!!!!!!!!!!! #jedukin kepala ke tembok

Setelah tau alasannya... well, aku gak berharap mereka akan mengerti. Setidaknya mereka jadi tau, atas dasar apa aku melakukan itu. Sementara kalau mereka gak tau alasan sebenarnya tapi langsung main judge kan... itu curang. Gak adil. Penilaian sebelah mata. Berat sebelah. Tidak setimbang. Menyakitkan.

Bagiku, hal lain yang paling menyakitkan selain menyilet tangan sendiri (udah pernah lho, dan ya ampun.. *pingsan*) adalah ketika orang menilaiku tanpa melihat keseluruhan.

Karena nila setitik, rusak susu sebelaga. Mereka mungkin akan berpikir begitu. Ya, memang benar. Imej baikku yang selama berbulan-bulan mereka tau (lebih dari setahun deh, buat AJW sama ANR, buat AIL sebulan juga belum ada), kini rusak karena kebohongan. Imej baik itu susu dalam belaga, kebohongannya itu tuh setitik nila (tinta).

Tapi bukankah akan lebih baik seandainya mereka tau dulu alasannya?

Bukankah itu akan lebih baik ketimbang mengetukkan palu, memvonis bersalah dan layak dihindari seperti virus tanpa mendengar kesaksianku?

Bukankah lebih baik seandainya mereka memberiku satu kesempatan menjelaskan?

Tapi mereka tidak memberiku kesempatan. Mereka bertiga hanya memutar balik tubuh mereka lalu lari, pergi, tanpa menoleh lagi.

Setidaknya dengan menjelaskan aku bisa merasa lebih enakan.

Tapi entah mereka menganggapku patut terbebani dalam lumpur rasa bersalah atau memang ego mereka memaksa mereka tidak mendengarku lagi.

Ya, kini aku tidak patut dipercaya.

Ya, semua itu karena aku berbohong.

Dan, ya, aku menampilkan profil tidak peduli saat kalian pergi.

Tapi apa kalian tau apa yang ada di balik topeng cuek itu? Tidak?

Ya ampun. AJW dulu kuanggap seperti kakakku sendiri, dan ANR dulu kuanggap sahabatku. Kami klop. Begitulah yang aku kira. Tapi ternyata... mereka tidak seperti bayanganku. Apa yang ada di dalam bayanganku? Oh, bahwa mereka marah. Itu jelas. Tapi dalam bayanganku, mereka akan berkata (walau dengan nada dingin dan sinis), "Perbuatan kamu itu gak bisa dimaafkan, tapi mungkin aku mau mendengarkan penjelasan kamu."

Mereka tidak melakukan itu. Tidak, mereka bahkan tidak menyebut-nyebut tentang alasan. Penjelasan. Sebuah titik terang atas kelakuanku.

Tidak.

Dan, sungguh, kalau aku boleh bilang, aku kecewa. Guru BK-ku benar. Pun psikologku benar. Sahabat sejati tidak dapat ditemukan lewat dunia virtual. Kalian itu semu. Ya, ANR, AJW, kalian semu. Tidak nyata. Tidak tersentuh. Tidak terlihat. Tapi kalian bukan Tuhan. Kalian hanya figur. Sosok tak jelas. Profil berbayang-bayang di internet. Dan, sialnya, aku menaruh rasa percaya dan rasa sayang yang cukup besar pada kalian. Tapi sama seperti kalian, rasa sayang itu pun semu. Dengan cepat surut, digantikan level kecil rasa kecewa.

Saat ini baru terpikirkan olehku: apa sebenarnya kalian takut? Apa kalian takut bahwa ternyata alasanku melakukannya begitu kuat sampai menggoyahkan rasa benci dan amarah kalian padaku, membuat kalian bersimpati padaku?

Kalau iya, berarti kalian pengecut.

Lebih dari aku, bahkan.

Thursday 1 March 2012

Aku belum siap menerima konsekuensinya. Aku sama sekali belum siap. Tapi sekarang kalian semua udah tau. And I can do nothing with that. Aku mengerti kalau kalian berbalik membenciku. Atau, minimal, berhenti mempercayaiku. Sungguh bodoh jika tidak. Sejujurnya, aku menolak keras prinsip "mereka/dia gak pantas menerima aku". Semua orang memiliki tempatnya masing-masing. Dan, dengan berakhirnya hubungan kita semua, mungkin tempatku memang bukan dalam hidup kalian.

Tapi kehilangan seseorang yang udah dekat banget dengan hidup kita itu sakit. Sakit sekali. Bagaimana pun juga, kalian berdua adalah orang yang dekat denganku. Dan kenapa aku mengecewakan dan menyakiti kalian dengan kejujuranku? Karena aku sayang kalian dan aku mau kalian tau kebenaran. Tapi pertanyaan utama: kenapa aku berbohong?

Aku sendiri belum bisa menjawabnya.

Aku gak tau kenapa aku berbohong. Bukan cuma berbohong, bahkan melanggar hukum. Menipu. Aku bukan cuma pembohong tapi juga seorang penipu. Tempat penipu adalah penjara, sayangnya aku terlalu pengecut untuk pergi ke sana.

Entahlah, kurasa aku harus pergi ke psikiater. Atau mungkin psikolog. Aku sendiri benci mengakuinya, tapi ada setitik kecil bagian diriku yang berharap supaya aku sakit jiwa. Supaya aku memang gila. Mungkin skizofrenia. Dengan begitu akan lebih mudah bagiku menjelaskan mengapa, dan lebih mudah bagi kalian menerima kebohonganku. Setidaknya kalian hanya akan berpikir, "Oh, Dilla Nanditya sih memang karena jiwanya terganggu."

Aku sungguh-sungguh minta maaf. Tidak seorangpun dari kalian mau membalas SMS dan menerima panggilan teleponku. Itu wajar. Tapi aku kehabisan cara memberi tau kalian bahwa aku sungguh menyesal. Aku tidak pernah tau bahwa proses belajar menjadi seseorang yang lebih baik akan pernah sesakit ini. Ketahuilah, ketika aku menyakiti kalian, rasanya sama seperti menyakiti diriku sendiri.

Tapi untuk kebohongan soal Matteo, kurasa itu bisa dijelaskan. Aku kesepian. Aku butuh teman. Dan aku menciptakannya.

Untuk hal lainnya, kurasa aku memang mulai lupa siapa diriku sebenarnya. Kurasa jiwaku memang mulai terganggu. Mungkin suatu saat nanti aku akan berakhir di salah satu bangsal rumah sakit jiwa.

Tapi aku berusaha sebaik mungkin untuk berhenti. Berhenti berbohong. Berhenti mengganggu kalian... Berhenti menjadi parasit. Aku akan menghargai pendapat, keputusan, dan hak privasi kalian. Aku cuma pengin kalian tau bahwa aku menyesal. Sangat menyesal.

Tapi aku juga tetap cukup egois untuk mempertahankan pemikiran bahwa kalian tetaplah sahabatku. Meski sekarang cuma kusimpan dalam hati.