Saturday 31 August 2013

Cewek Cantik

Aku bener-bener bosen dan muak sama orang-orang yang bilang, "Semua cewek itu cantik kok. Every girl is beautiful in her own way."

Because baby, I'm not.

Dan ada juga beberapa gadis yang memang tidak cantik. Tidak secara fisik. Dan kalau kalian bilang kalian tidak menilai seseorang pertama kali dari penampilan fisiknya, berarti kalian munafik dan silakan membusuk di neraka. Aku bener-bener muak. Muak banget. Sekali waktu lo bakal bilang bahwa semua cewek cantik dan seminggu kemudian lo bakal macarin cewek tercantik di sekolah lo. Apa yang terjadi pada "semua cewek itu cantik"? Karena setelahnya lo akan membandingkan cewek-cewek lain dan akhirnya menyadari bahwa nggak semua cewek itu cantik. Itu juga kalau lo nggak muna.

Lo tau kenapa cewek nggak pernah - atau senggaknya jarang - percaya waktu ada yang nyebut dia cantik? Karena frasa cantik itu sendiri absurd dan sudah terlalu sering dilontarkan oleh masyarakat. Bahkan meskipun "cantik" bagi setiap orang itu berbeda-beda, tetep aja ada kualifikasi tertentu sebelum lo bener-bener diakui cantik sama masyarakat. Kalau ada yang cantik, pasti bakalan ada yang jelek. Dan di sini gue bakal omongin fisik. Hati yang busuk. Hah. Emang hati seseorang ngejeplak gitu di mukanya? "Woy gue cantik tapi hati gue kagak lho". Gitu? Yang bener aja.

Biar tambah jelas, gue kasih contoh. Dua cewek berdiri berdampingan. Yang satu langsing - kalau nggak kurus - dengan baju yang melekat pas di badan, cukup untuk menegaskan bahwa baju itu memang dibuat khusus untuk dia. Biar adil, dia nggak pake make up. Tapi kulitnya mulus, putih atau kuning langsat. Dan di sebelahnya adalah cewek yang pake baju seadanya, overweight, dan kulitnya nggak semulus cewek pertama. Lo kasih tau gue, cewek mana yang bakal lo anggap "cantik"?

Kalau lo sama sekali mengabaikan cewek kedua nan malang itu, gue nggak bakalan nyalahin lo. Gue bakal nyalahin lo kalau lo tetep keukeuh nyebut bahwa semua cewek itu cantik karena nggak SEMUA cewek itu CANTIK. Dan lo nggak butuh sampah macam itu untuk berusaha menyanjung seorang cewek karena sanjungan itu BASI BANGET TAU. Dan semua orang juga udah tau kalau nggak SEMUA CEWEK ITU CANTIK. Kalau semua cewek itu cantik kenapa ada cewek yang bisa gonta-ganti pacar sementara cewek lain belum pernah pacaran sama sekali - meski dia pengin punya pacar? Kenapa ada cewek yang bisa memancing tatapan kagum dari orang waktu dia lewat sementara cewek lain keberadaannya sama sekali nggak keliatan? Kenapa? Karena nggak semua cewek itu cantik. Ada cewek cantik, cewek biasa-biasa aja, dan cewek jelek. Dan kalau lo masih bersikeras bahwa semua cewek itu cantik, gue nggak bakal kuat lagi dan gue bakal nangis. Karena seumur hidup gue banyak orang yang manggil gue "cantik" tapi tatapan dan perilaku mereka menunjukkan sebaliknya. Cewek yang beneran cantik dan bukan murahan akan mendapat respek dan orang-orang bakal menatap kagum ke dia. Sementara selama ini gue seringnya dijauhi karena mulut gue dan, ya, penampilan gue. Tapi mereka bersikeras nyebut gue cantik. Tapi mereka cuma ngomong dan ngomong. Mereka nggak pernah bener-bener berusaha gue merasa bahwa gue cantik, dan begitu pula jutaan gadis bertampang biasa hingga jelek lainnya yang selalu dicekoki kata-kata "kamu cantik kok" dan diikuti "semua cewek itu cantik" tanpa pernah benar-benar diyakinkan bahwa mereka cantik. Sejujurnya, itu sakit. Asli sakit banget. Karena justru makin jelas bahwa sebenernya kita tuh nggak cantik. Orang ngomong gitu karena merasa wajib dan bersimpati. Tapi meski mereka bilang bahwa kita cantik dalam hati mereka nggak bener-bener berpikir dan merasa bahwa kita cantik. Dan gue menemukan fakta ini teramat sangat menyakitkan. Ngapain lo nyebut gue cantik, tapi nggak bener-bener nganggap gue cantik? Udah muna, buang tenaga lagi. Nggak penting banget kan.

Jadi please, sekali lagi, nggak semua cewek itu cantik, dan gue sejujurnya bakal lebih menghargai lo kalau lo mau mengatakan yang sejujurnya tentang penampilan cewek itu YANG NGGAK CANTIK tapi tanpa bikin sakit hati. Atau senggaknya kalau lo masih mau nyebut semua cewek itu cantik, cukup bilang, "Kamu cantik kok." Gak usah pake nambahin, "Semua cewek kan cantik". PLEASE PLEASE PLEASE. Karena tambahan terakhir itulah yang paling menyakitkan. Mengetahui orang nyebut gue cantik cuma gara-gara opini absurd nan sesat itu. Senggaknya kalau lo nyebut gue cantik tanpa tambahan itu, lo udah bisa bikin gue merasa lebih istimewa. Semua cewek itu cantik sama aja nyamain semuanya. Jadi nggak ada yang istimewa kan? Jadi ngapain lo ngomong? Bullshit tau gak.

Duh please deh gue jadi curhat gak jelas gini.

Saturday 24 August 2013

Consider this' a Goodbye

Baby you are beautiful
You have no weaknesses at all
But instead you have become a kryptonite to me
I will not tell how bitchy you were
A never ending itch and pain in my heart
You were just an inch but feels like miles away
Even the devil himself has a toleration rate that occurs
"Who knows who I have slept with"
Maybe you have spent too much time with the devil
That surely you have become a thing like him - not that I don't know you like it
Only doubts and stupidity that makes me stay
But baby I've had enough of it all
You may know everything about me inside and out
But your ego keeps me locked away out
Baby you are beautiful
Your lies, your betrayal, your other faces, your promises, your selfishness, your love - which you cannot give to anyone but yourself
Baby you are beautiful
But my love is white and pure
My love is a love of someone who spent her entire life locked up in a tower
Protected from all harm and danger and darkness
But your love is a love of a person who already tasted the bitterness of life and decided never to trust anyone anymore
Your love is full of hatred and anger
Baby you are beautiful
But I'm sorry, I cannot love you.

Friday 16 August 2013

The Wallflower Series by Lisa Kleypas

Secrets of a Summer Night - Rahasia Musim Panas (Wallflowers, #1)

Empat gadis muda memasuki lingkungan sosial elite London dengan satu tujuan yang sama: memanfaatkan kecerdasan dan daya tarik mereka untuk mendapatkan suami. Maka terciptalah rencana rahasia perburuan-suami yang mengejutkan.

Keadaan keluarganya yang miskin meski berdarah bangsawan membuat Annabelle Peyton dihadapkan pada dilema terbesar dalam hidupnya: menjadi wanita simpanan pria bangsawan yang sudah menikah, atau menikah dengan rakyat biasa dan menanggalkan status kebangsawanannya.

Bersama ketiga temannya, Annabelle menyusun rencana untuk memikat Lord Kendall yang lajang lagi kaya. Sialnya, rencana mereka sedikit terhambat karena kehadiran Simon Hunt, anak tukang daging yang kini sukses menapaki tangga sosial dengan menjadi salah satu orang terkaya di Inggris.

Sekuat tenaga Annabelle berusaha menampik Simon dan berkonsentrasi pada usahanya menjadi Lady Kendall. Hingga pada suatu malam musim panas, Annabelle menyerah pada godaan yang ditawarkan Simon dan menyadari tak ada tempat lain yang pas baginya selain di sisi Simon.

Miss Annabelle Peyton secara jujur tidak bisa menolak Simon Hunt, sekeras apapun ia mencoba. Dan setelah pendekatan agresif dari pria itu, akhirnya Miss Peyton menyerah dan menerima lamaran (yang maksa) dari Mr Hunt. Yah, gak maksa-maksa amat sih. Karena rencana awalnya adalah Miss Peyton menjerat Lord Kendall dan "tertangkap basah" oleh saksi-saksi (yang terdiri dari Miss Evangeline Jenner, Miss Lillian dan Daisy Bowman, Mrs Bowman, Lord Westcliff, Lady Olivia dan Mr Gideon Shaw) dalam keadaan "dimanfaatkan" sehingga Lord Kendall tidak memiliki pilihan lain kecuali menikahi Miss Peyton.

Tapi berhubung Miss Peyton sendiri akhirnya memilih Simon Hunt ia meninggalkan Lord Kendall dengan sedikit penyesalan dan berjalan - secara harfiah - ke dalam pelukan Simon Hunt. Kemudian tentu saja mereka berciuman - ampun, gimana lagi cara terbaik dalam membuat skandal!? Ciuman itu jelas saja dapat merusak moral dan membuat gadis baik-baik tersipu malu, bahkan hanya dengan membacanya. Tapi hei, kapan pernah gue jadi gadis baik-baik?

Penilaian Lord Westcliff tentang Miss Peyton - sekarang Mrs Hunt - yang awalnya skeptis dan meragukan perasaan Mrs Hunt kepada Simon sahabatnya berubah saat jelas Annabelle mau melakukan apapun demi Simon - awwwwhhh. Dalam novel ini tarik-ulurnya berasal dari Annabelle yang mau-nggak-mau-nggak-tertarik-nggak-duh gimana ya pada Simon sementara Simon sendiri sudah jelas menginginkan Annabelle dari tingkatan wanita simpanan sampai istri. Jadi begitulah. Tapi untung Annabelle sendiri cepat beradaptasi - meskipun agak menyayangkan bahwa nggak selalu dia akan diundang ke pesta dansa bangsawan. Tapi setidaknya keluarganya aman dari kemelaratan. Ya kan?


It Happened One Autumn - Suatu Hari di Musim Gugur (Wallflowers, #2)

Sebagai Earl of Westcliff, Marcus sangat menyadari tanggung jawab yang diembannya sangat besar dan karenanya dia tidak bisa main-main dalam memutuskan sesuatu. Termasuk memilih calon istri. Dan Lillian Bowman sudah pasti tidak memenuhi syarat. Gadis itu bukan keturunan bangsawan, kasar, suka membantah, dan luar biasa keras kepala. Lillian jelas bukan pilihan yang layak untuk menjadi pendampingnya.

Lillian sangat membenci Lord Westcliff. Apa pun yang dilakukan pria arogan, sok berkuasa, sok tahu, kaku, tidak berperasaan, dan menjengkelkan itu selalu memancing kemarahannya. Ia kasihan pada siapa pun gadis yang akan menjadi istri pria itu. Tapi ketika parfum ajaibnya berhasil memikat pria itu, Lillian pun gamang.

Marcus dan Lillian menyadari betapa mereka bertolak belakang. Siapa pun akan mengatakan mereka pasangan yang sangat tidak serasi. Tapi pada suatu hari di musim gugur yang indah, mereka menemukan bahwa semua yang mereka pikir salah tentang diri masing-masing ternyata merupakan hal yang paling mereka sukai.


Lillian Bowman adalah wanita Amerika ceplas-ceplos yang dapat mengumpat sebaik pria manapun, berdarah panas, dan menolak untuk tunduk pada kekuasaan makhluk mengerikan bernama "suami" dan "laki-laki". Di atas semuanya, Lillian membenci Marcus, Lord Westcliff, setengah mati. Daripada mengurutkan hal-hal yang Lillian benci dari pria itu, lebih mudah untuk mengatakan bahwa tak ada satupun hal yang Lillian sukai darinya. Dan Lord Westcliff pun merasakan hal yang sama kepada gadis blakblakkan itu.

Namun karena hubungan bisnis yang dimiliki Mr Bowman dengan Lord Westcliff dan ambisi Mrs Bowman untuk menemukan suami bangsawan bagi kedua putrinya, Lillian dan Marcus terpaksa untuk berinteraksi sesering mungkin. Dan lama kelamaan mereka menemukan satu dan lain hal dalam diri masing-masing yang bisa dikagumi. Ketenangan hidup Marcus terganggu oleh Lillian yang meledak-ledak, namun pada saat yang sama Marcus menyukai Lillian karena tidak seperti gadis-gadis bangsawan yang selama ini mengantri menjadi calon istrinya, Lillian jujur dan ekspresif. Lillian sendiri akhirnya mengakui dengan enggan bahwa Marcus adalah satu-satunya orang yang tidak terancam dengan pengetahuannya dan kejujurannya, tidak seperti pria Inggris lainnya.

Tapi Lord St. Vincent juga menyukai Lillian, dan membutuhkan suntikan dana bagi gelarnya yang sekarat. Belum lagi sang countess yang terang-terangan melawan hubungan anaknya dengan gadis Amerika itu. Saat akhirnya Lillian dan Marcus nekat kawin lari ke Gretna Green dan sang countess diasingkan karena usahanya menyingkirkan Lillian, satu-satunya yang kecewa adalah Mrs Bowman karena tidak dapat menyelenggarakan pesta pernikahan besar-besaran.

Setidaknya sekarang Lillian memiliki jangkar untuk emosinya yang menggelegak.

 Devil in Winter - Romansa Musim Panas (Wallflowers, #3)

 Evangeline Jenner, si wallflower gagap dan pemalu yang selalu meringkuk di sudut ruangan tiba-tiba saja muncul di ambang pintu Lord Sebastian St. Vincent tanpa pendamping. Dan lebih gilanya, gadis itu mengajukan penawaran yang paling mengejutkan: lamaran pernikahan!

Sebastian, sang aristokrat playboy yang terkenal bejat, mengagumi keberanian gadis itu. Dengan kondisi keuangannya yang buruk, ia merasa lamaran itu akan menguntungkan satu sama lain mengingat Evie akan mewarisi kekayaan ayahnya dari klub judi terkenal di London.

Siapa sangka di balik sikap pemalunya, Evie ternyata bisa sangat keras kepala. Dan ketika ia berkeras untuk menjadikan pernikahan mereka hanya di atas kertas, tak ada yang bisa dilakukan Sebastian untuk meluluhkannya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sebastian menemukan lawan sepadan.


Pertama-tama, aku ingin memperjelas bahwa Sebastian, Lord St. Vincent, meski pernah menculik Lillian dan berusaha memaksa gadis itu untuk menikah dengannya dan terlibat baku hantam dengan Lord Westcliff dan jangan lupa bahwa dia adalah perayu wanita paling parah di London, I still have a THING for him!!! Devil in Winter memiliki hal yang mirip dengan London's Perfect Scoundrels (Suzanne Enoch), yaitu tokoh utama wanitanya sama-sama memiliki panggilan akrab "Evie" (Evangeline - Devil in Winter, Evelyn - London's Perfect Scoundrels). Tokoh utama laki-lakinya sama-sama memiliki gelar "St." meski Michael Halboro adalah seorang marquess sementara Sebastian hanyalah seorang viscount. Tapi selain itu tidak ada kesamaan. Dan yang kusayangkan dari buku ini adalah adegan - ahem - percintaan antara Evie dan Sebastian itu kurang banyak. LE WANT MOOORREEEEE!!!!! ENCORE! ENCORE! ENCORE! (?)

Baiklah, abaikan.

Miss Evangeline Jenner tidak tahan atas perlakuan keluarganya yang teramat menekannya, hanya karena mendiang ibunya menikah dengan seorang pria biasa mantan petinju yang memiliki klub judi. Tidak lagi dapat menoleransi kekerasan keluarganya, Evie yang mendengar keadaan keuangan Viscount St. Vincent yang memaksa pria itu untuk menculik sahabatnya, Lillian Bowman yang memiliki keluarga kaya raya, akhirnya Evie mendatangi rumah St. Vincent dan menawarkan pria itu pernikahan. (Gue mau tuker tempat sama Evie! Mau banget! Mau banget banget malah! AAAAAAHHHHHH)

St. Vincent awalnya kaget pada tawaran tak terduga itu. Apalagi tawaran tersebut datang dari seorang gadis berambut merah dengan jutaan bintik-bintik di tubuhnya yang pemalu setengah mati dengan penyakit gagap akut yang tidak pernah St. Vincent lirik. Selain itu, perjodohan ini tampaknya nyaris mustahil. Gadis pemalu dengan perayu? Rasanya seperti memasukkan gadis polos ke dalam kandang serigala - yang, kalau boleh kutambahkan adalah analogi persis mengenai St. Vincent yang seksinya gak ketulungan. Ahem. Baiklah, kembali ke cerita.

Tapi berhubung St. Vincent membutuhkan uang akibat ayahnya, sang duke yang hobi berfoya-foya memeras seluruh dana keluarga sementara ayah Evie, Ivo Jenner sedang sekarat dan Evie akan mewarisi klub judi Jenner's beserta seluruh kekayaannya, St. Vincent memutuskan menerima lamaran gadis itu. Berangkatlah mereka ke Gretna Green untuk menikah. Dan ya ampun St. Vincent is such an amazing sweet caring hottie! !#$%*&(^%@%^%&*

Sayang sekali aku nggak bisa fangirlingan sekarang. Cih.

Ya, baiklah.

Jadi mereka menikah. Kemudian Evie jual mahal karena dia sadar bahwa meskipun hubungan badaniah adalah bukan apa-apa bagi St. Vincent itu berarti sesuatu baginya dan dia nggak mau dirinya terjerat pesona St. Vincent (yang, omong-omong, agak terlambat berhubung Evie sendiri sebenarnya sudah terpesona pada St. Vincent). St. Vincent ngambek dan memperlakukan Evie dengan sikap sopan yang dingin. Begitu mereka sampai di London dan St. Vincent melihat keadaan Jenner's, ia memutuskan untuk mengambil alih tempat itu sementara Evie mengurus ayahnya dan menemani Ivo Jenner pada saat-saat terakhirnya.

AH LUPAKANLAH GAK MUNGKIN GUE SANGGUP NGELANJUTIN REVIEW BUKU INI TANPA FANGIRLING SEDIKITPUN. SORI YE GAK BISA NGELANJUTIN INTINYA EVIE SAMA SEBASTIAN HEPI ENDING KOK CUMA YA KURANG AJA ADEGAN HOTNYA HAHAHAHAHAHAH.

Scandal in Spring - Skandal Musim Semi (Wallflowers, #4)

 Akhirnya tiba giliran Daisy Bowman, wallflower terakhir, untuk mencari calon suami. Setelah menjalani tiga season tanpa menggaet bangsawan seorang pun, akhirnya Daisy diberi ultimatum oleh ayahnya untuk segera mendapatkan calon suami. Kalau tidak, dalam jangka waktu dua bulan ia akan dinikahkan dengan Matthew Swift, pegawai kepercayaan ayahnya.

Daisy benar-benar shock membayangkan dirinya menikah dengan pria kurus yang angkuh dan sok tahu itu. Namun, ia tak memperhitungkan bahwa dengan berlalunya waktu, pria itu telah berubah menjadi pria yang sangat memesona dengan sensualitas memabukkan. Dengan cepat Daisy menyadari pria yang selama ini ia benci ternyata menjadi pria yang ia impikan.

Namun, Matthew ternyata menyimpan masa lalu kelam, yang tak berani ia ungkapkan kepada siapa pun. Meskipun demikian, Daisy tetap bersedia menerima Matthew berikut masa lalunya. Tepat di tengah kebahagiaan mereka, rahasia kelam itu terungkap dan mengancam menghancurkan Matthew serta jalinan cintanya dengan Daisy...


Daisy Bowman adalah gadis pemimpi, pengkhayal, dan romantis yang entah bagaimana juga logis pada saat bersamaan. Melihat sahabat-sahabatnya satu per satu menemukan kebahagiaan mereka dalam pernikahan Daisy mau tidak mau merasa agak tersisih meski ikut senang untuk mereka. Lalu ia diberi ultimatum oleh ayahnya: Temukan suami sebelum akhir bulan Mei atau ia dinikahkan dengan Matthew Swift.

Daisy dapat menjejerkan nama pria yang lebih ia sukai daripada Matthew Swift yang arogan, menyebalkan, tinggi hati, tidak menarik, dan ugh. Tapi siapa sangka, setelah lama tak bertemu Matthew Swift ternyata memiliki segala hal yang Daisy impikan dalam seorang pria. Namun meski Daisy telah mengesampingkan penolakan lamanya terhadap pria itu, Matthew tetap berusaha menghalau Daisy dari dirinya sendiri. Tapi sebagai pria, pertahanan diri Swift benar-benar payah dan gagal dengan menyedihkan, terutama karena fakta bahwa pria itu sudah mencintai Daisy bertahun-tahun lamanya, despite pandangan sinis Daisy padanya.

Saat seseorang dari masa lalu Matthew Swift datang dan berusaha menuntutnya atas kejahatan lama yang bahkan tidak ia lakukan, Matthew akhirnya dan untuk pertama kalinya berani membuka diri pada orang luar dan menceritakan kejujuran yang tersembunyi (halah). Dan akhirnya dengan susah payah Matthew dibebaskan dari tuduhan, sedikit banyak dengan pengaruh Westcliff. Serta mendapatkan restu dari Lillian.

Setelah tiga tahun pertemuan mereka, akhirnya setiap Wallflower mendapatkan suami dan bahagia. Semuanya berkat sedikit skandal di sana-sini, persahabatan, dan kekeraskepalaan.

Cuma di novel persahabatan antar wanita bisa begitu kental tanpa saling tusuk di belakang. #curhat

A Wallflower Christmas - Perayaan Cinta di Penghujung Tahun (Wallflowers, #5)

Para wallflower adalah empat gadis muda London yang bersahabat dan saling membantu dalam pencarian cinta sejati. Sekarang setelah menikah dengan bahagia, mereka kembali bersatu untuk membantu seorang playboy sinis mendapatkan kebahagiaannya.

Playboy Amerika Rafe Bowman, kakak Lillian dan Daisy, tiba di London untuk mencari istri. Putri Lord dan Lady Blandford yang cantik dan berdarah biru menjadi pilihan sang ayah. Dengan iming-iming posisi di kerajaan bisnis ayahnya, Rafe pun bersedia mendekati sang lady.

Rafe menyadari bahwa gadis London sangat berbeda dengan gadis Amerika. Ia pun meminta bantuan para wallflower. Sayangnya rencana para wallflower untuk membantu Rafe malah membawa pria itu kepada situasi yang lebih rumit. Terutama ketika ia tak bisa menentukan apakah gadis yang harus dipikatnya adalah lady yang akan membawanya kepada kesuksesan dan posisi tinggi di masyarakat atau gadis biasa yang mencuri hatinya sejak awal.


Miss Hannah Appleton adalah pendamping bagi Lady Natalie Blandford yang dijodohkan dengan Raphael Bowman. Kesan pertama Miss Appleton pada Mr Bowman jelas tidak memiliki sisi positif sedikitpun; lupakan ciumannya yang panas dan membangkitkan keingintahuan gairah dalam diri Miss Appleton - itu bukan hal yang pantas dilakukan oleh gentleman. Namun tak dapat dipungkiri Miss Appleton memiliki ketertarikan tak terelakkan pada bajingan Amerika itu, meski dirinya sendiri tidak menyadari hal itu. Sementara bagi Rafe yang terbiasa berhadapan dengan wanita Amerika ceplas-ceplos dan menggelegak (yah, seperti adiknya Lillian tersayang), wanita kaku dan tertutup seperti Miss Appleton adalah hal baru bagi Rafe. Dan satu jam bersama Lady Natalie Blandford yang terhormat dan mengira dirinya adalah wanita paling menggoda satu ruangan, Rafe jelas lebih memilih Miss Appleton yang misterius.

Tapi Miss Appleton yang tidak merasa dirinya menarik dibandingkan Lady Natalie jelas berusaha sebisa mungkin menghindari Rafe. Belum lagi desakan dari Mr Bowman pada Rafe dengan ancaman akan dicabut haknya sebagai pewaris jika Rafe tidak menikahi Lady Natalie. Pada akhirnya, dengan bantuan para Wallflower - Annabelle, Lillian, Evie, dan Daisy - di sana-sini Hannah dan Rafe "bersatu" sementara Lady Natalie menerima lamaran Lord Travers.

Satu-satunya keluhanku adalah minimnya kemunculan Sebastian, Lord St. Vincent. Dikeluarkan secara resmi oleh seorang fangirl. Okesip.

Long live historical romance! (ノ `▿´)ノ   

Wednesday 14 August 2013

Tea Time Thought

What is worse than to want something you might never could get?
To stand, and see from a safe distance
To watch, as the thing you want either growing or moving
But let me tell you what is worse
You may not believe me at first, but there are

To love and never be loved
To feel like you are never enough
To know that at some point
You are already at your worst
And still it could get worse

Some people desperately want to be needed
They are lonely, and usually ignored
These people desperately want to be worthwhile
They are the dull flowers on the wall

What is so hard about making people feel good,
To make them feel better?
What is so fun about tearing people apart,
Making them break down
Hopelessly beg for mercy?

ego
selfishness
fear

Or is there anything else?
Something else?

You find out by yourself.

Saturday 10 August 2013

Money Honey

Kopinya yang kini hangat terasa pahit setelah kue yang ia makan sebelumnya. Kue itu penuh dengan krim dan parutan cokelat, serta kelembutan yang meleleh di dalam mulutnya.

Tetap saja ia tidak merasa puas.

Dan hal itu mungkin ada hubungannya dengan warisan yang mendadak ia terima dari sepupu keempatnya. Warisan itu nyaris mustahil hingga jika saja bukan karena kerja keras pengacara yang ia sewa - dengan harga mahal, tentu saja - mungkin ia akan bergantung pada judi balap liar dan hidup di jalanan. Seperti seekor kucing yang dibuang majikannya.

Meskipun hal itu kurang tepat, karena ia tidak dibuang majikannya. Ia melarikan diri dari majikannya. Atau lebih tepatnya, walinya.

Tapi siapa yang butuh wali kalau kau sudah terbiasa hidup mandiri, memiliki mobil yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga seandainya ia memutuskan menjualnya - yang tidak akan terjadi selama tujuh abad ke depan - harganya akan berkali-kali lipat dari harga asli, dan dikenal sebagai Ratu Balap Liar? Gelar itu bersifat regional, memang. Tapi tetap saja itu gelar yang membanggakan. Untuk mendapatkannya sama sekali tidak mudah. Butuh bertahun-tahun memacu mobilnya secara ilegal di jalan, dua mobil bagus yang rusak - satu "terserempet" truk dan satunya lagi meledak setelah terguling secara epik - dan mematahkan satu tulang iga serta memberi tujuh jahitan di pelipis. Jika ada yang tahu dia masih ditampung oleh seorang wanita sok tahu yang sok suci, dia bisa menjadi bahan tertawaan di jalan.

Seandainya bukan gara-gara "warisan" itu, pasti ia akan tetap menjadi tertawaan di jalan.

Ia menyesap kopinya. Kemudaan serta ketololan adalah dua hal yang berbeda tipis. Yang satu selalu mengikuti yang lainnya. Beruntung setelah tahun-tahun hidup yang keras, ia berhasil melewati masa remajanya tanpa melakukan banyak tindakan bodoh. Yah, terjun ke dunia balap liar adalah satu hal, dan kabur dari rumah dengan membawa barang-barangnya tanpa tahu hendak ke mana adalah hal lain. Tapi setidaknya ia berdiri di atas kaki sendiri, tidak seperti kebanyakan anak-anak yang sebaya dengannya.

Ia meringis jijik. Hidup yang bebas tanpa aturan selalu lebih cocok dengannya. Ia bukanlah kucing rumahan yang mendengkur puas setiap kali majikannya mengelusnya dan memberinya apa yang ia mau. Hal-hal yang ia dapatkan melalui keringatnya sendiri lebih memuaskan. Dan mungkin itulah mengapa dengan uang yang nyaris mencapai sembilan digit di bank serta sebuah rumah luas dengan empat kamar tidur dan lima kamar mandi beserta sebuah garasi/bengkel pribadi tidak memuaskannya. Tapi tidak puas lebih baik daripada meringkuk di sudut luar etalase toko.

Ponselnya berdering. Ia meletakkan mugnya yang masih setengah penuh di meja balkon dan berjalan memasuki kamarnya. Ponselnya bergetar di atas meja rias yang tidak diisi dengan alat-alat rias wajah. Ia meletakkan ponsel di telinganya. "Halo."

"Kit," suara di seberang sana memanggilnya dengan akrab. "Hei. Pakabar?"

Ia mengulas cengiran, meski hanya pantulannya yang bisa melihat. "Hei Jim. Baik. Lo?"

"Baik kalo gue nggak diancam ngembaliin sejumlah uang yang gue pegang."

Keningnya berkerut. Jim adalah salah satu orang yang berjasa dalam mengenalkannya pada dunia yang kini menjadi sumber penghasilan serta ketenarannya, dan ia tak akan membiarkan orang yang berada dalam lingkaran perlindungannya mendapat masalah. "Jangan bilang lo ngutang sana-sini. Bro, siapa?"

"Siapa... maksud lo?"

"Ya, siapa yang ngancem lo?"

Suara di sana tertawa terbahak-bahak. "Neng, jangan kecepetan ngambil kesimpulan. Bukan gitu. Harusnya ada empat orang yang ikut balap malem ini. Satu orang kabur. Taruhan udah dipasang."

"Oh," bahunya rileks. "Gitu."

"Iya. Makanya gak usah angkat senjata duluan. Nah, sekarang, gue butuh lo. Tapi jelas itu tergantung sama lo. Lo butuh duit apa nggak? Kita pasang tiga ratus ribu. Lo bisa menang gampang, tapi kalau lo lagi nggak butuh duit - dan sejujurnya gue tau lo nggak pernah butuh duit - gue bakal nyari racer lain."

"Nah..." ia mengedarkan pandangan pada kasur king size, pintu terbuka yang menunjukkan kamar mandi elegan sekaligus mewah, dan memikirkan keseluruhan rumah miliknya yang tidak pernah benar-benar menjadi miliknya. "Gue butuh."

"Lima menit."

"Tempat biasa?"

"Kitty Sayang, di mana lagi? Oh ya, dia juga ada di sini."

Tanpa perlu diberi tahu, ia tahu siapa yang Jim maksud dengan dia. "Dia ikut balap juga? Gue kira lo bilang gue bakal menang mudah."

"Nggak, dia lagi ngegodain cewek dan nggak nunjukin tanda-tanda mau ikut balap malem ini. Tapi siapa tau. Dan gue tau kok lo ada kepentingan sama dia."

Ia menyeringai. "Oke. Lima menit."

Dengan itu ia mengantongi ponselnya, mengenakan jaket lalu menepuk bagian dada untuk memastikan dompetnya ada di sana. Ia berjalan keluar dan menyalakan Toyota Supra miliknya. Jika Jim benar, maka malam ini ia bisa mengantongi satu juta dua ratus ribu, bahkan lebih jika mereka bisa mengadakan lebih dari satu putaran balap. Dan jika polisi "teman" Jim benar-benar bisa diajak bekerja sama.

Seringai liar muncul lagi di wajahnya saat ia memacu mobilnya di bawah lampu jalanan yang sepi. "Come to Mama, money honey."

Lessons in Love series by Suzanne Enoch

Lady Georgiana, Lucinda Barrett, dan Evelyn Ruddick berniat mendidik tiga pria London yang paling menyebalkan menjadi gentleman. Dan mereka menetapkan aturan yang harus dipatuhi para pria. Tapi ketika rencana mereka berbalik, siapa sebenarnya yang belajar mencintai?

The Rake - Sang Penggoda (Lessons in Love #1)
1. Jangan membuat wanita patah hati.
2. Selalu berkata jujur.
3. Jangan bertaruh dengan perasaan wanita.
4. Bunga memang indah, tapi pastikan itu bunga kesukaan si wanita.
Kali ini Lady Georgiana menyiapkan rencana yang sederhana: Ia akan menggunakan segala trik menggoda yang ia tahu untuk membuat Viscount Dare jatuh cinta padanya, lalu... ia akan mematahkan hati sang viscount. Tapi tiba-tiba Dare meminta Georgiana menikah dengannya. Apakah itu permainan belaka, ataukah kali ini benar-benar karena cinta?
Lady Georgiana Halley dendam kesumat sama Viscount Dare, Tristan Carroway, karena kejadian enam tahun lalu yang melibatkan taruhan di White's dan reputasi seseorang yang tercoreng. Karena itu, Lady Georgiana menetapkan Dare sebagai 'murid' untuk ia ajari mengenai rasa hormat dan menghargai wanita. Namun, ternyata feelings don't just go away. Ketertarikan Georgiana pada Tristan yang ia rasakan enam tahun lalu masih ada, along with rasa benci dan keinginan mencabik-cabik tubuh Tristan lalu mengumpankannya pada bebek di St James's Park. Begitu pula dengan Tristan. Bahkan meski ia telah menghabiskan satu malam dengan Georgiana, ia masih tetap menginginkannya. Dua-duanya merasa frustrasi dengan keinginan mereka sendiri dan rada geli juga membacanya, terutama waktu Tristan ngegodain Georgiana dan Georgiana yang sebel jadi matah-matahin kipas miliknya di buku jari Tristan dan bikin jari-jari kaki Tristan memar setiap kali mereka berdansa. Sweetnya, Tristan yang gelarnya di ambang kebangkrutan masih aja kekeuh beliin Georgiana kipas. Dan Georgiana sendiri, walau sebel, menyimpan kipas-kipas pemberian Tristan dan menggunakan kipas lain untuk dia patahkan di buku jari Tristan. Ya pokoknya gitulah, hahahaha.

Seperti yang bisa ditebak dan khas historical romance, pada akhirnya Georgiana dan Tristan jatuh cinta sama masing-masing. Dan kalaupun mereka menikah, sebenarnya proposalnya menguntungkan kedua belah pihak. Err, oke, pihak Tristan jelas lebih diuntungkan dari pihak Georgiana, tapi selama Georgiana sendiri nggak keberatan, gak masalah kan? Dan lagi, Georgiana memberi pendekatan lebih lembut pada adik kedua Tristan, Robert alias Bit yang tertimpa kecelakaan pada saat berperang melawan Bonaparte. Agak berharap ada Epilognya sebenarnya... tapi ternyata di ketiga buku pun nggak ada epilognya :( Yah, I could deal with that.

Ayo cepat Georgie-Tristan bikin anak! (ノ `▿´)ノ


London's Perfect Scoundrel - Sang Marquis Perayu (Lessons in Love #2)
1. Jangan memotong pembicaraan wanita seolah yang ingin kausampaikan lebih penting.
2. Jika kau meminta pendapat, terimalah.
3. Pria sejati harus rela mendahulukan kepentingan wanita di atas kepentingan sendiri.
4. Jangan menganggap tugas atau kegiatan wanita sebagai sekadar 'hobi'.
Meski orang memanggilnya 'Saint', Marquis of St. Aubyn dikenal atas reputasinya yang buruk sebagai pria penggoda di London. Evelyn Ruddick tahu ia seharusnya menghindari St. Aubyn, tapi keinginan wanita itu untuk membantu Panti Aushan Heart of Hope membuatnya harus berhadapan dengan St. Aubyn, ketua dewan pengawas panti asuhan tersebut. Evie bertekad mengajari pria arogan dan memesona itu menjadi gentleman. Ia tahu itu takkan mudah, terutama ketika situasi berbalik, dan ia tergoda oleh rayuan Saint.

I must say bahwa dari ketiga pria yang dipilih oleh wanita-wanita dalam Lessons in Love untuk 'diajari', favoritku adalah Marquis of St. Aubyn. Alasannya adalah karena saat Evelyn memberi 'pelajaran' pada Saint... well... gadis itu benar-benar tahu bagaimana menggunakan cara keras. OMG aku kedengaran tidak seperti gadis lima belas tahun yang polos! Aaaaaaaahhh tiddaaa - tunggu. Aku emang nggak pernah polos.

Baiklah. Jadi Miss Evelyn Ruddick ingin merasa lebih berguna bagi masyarakat kalangan bawah sekaligus melarikan diri dari kakaknya yang tidak begitu memikirkan kebahagian adiknya alih-alih justru memikirkan karier politiknya dan bagaimana menggunakan sang adik sebagai alat untuk menambah dukungan padanya. Kemudian ia menemukan PA Heart of Hope dan memutuskan bahwa tempat itu berhak mendapatkan dukungan serta tenaganya. However, Miss Ruddick sama sekali tidak menyangka bahwa Marquis of St. Aubyn yang tersohor itu merupakan ketua dewan pengawas panti asuhan tersebut. Nggak cocok! Pria penggoda dengan panti asuhan. Tapi sekeras Saint yang berusaha membujuk dan merayu Evie supaya meninggalkan panti asuhan (dan pindah ke kamar tidur Saint... okesip) keinginan Evie untuk tinggal lebih keras lagi. Terutama saat ia melihat betapa 'liar'nya anak-anak dalam panti asuhan itu. Mulailah Evie melakukan kegiatan sosialnya. Namun, Saint yang terpaksa berada di panti asuhan itu telah membuat perjanjian dengan Prince George alias Prinny untuk merobohkan panti asuhan dan menggantinya dengan sebuah taman. Ketika kabar itu sampai kepada Evie dan anak-anak, mereka memutuskan untuk mengubah pendirian Saint... dengan cara yang keras.

Dan 'cara keras' itu melibatkan Evie yang menggoda Saint untuk mengikutinya ke gudang lalu beberapa anak yang lebih tua menghantam kepalanya dengan kaki tempat tidur tua dan menyeretnya masuk ke penjara bawah tanah yang berada di panti asuhan karena tempat itu dulunya markas militer dan memborgol kaki Saint dengan borgol kuat yang berusia berabad-abad lamanya yang merusak bot Hessian mahal milik sang marquis. Exactly.

Kau seorang perempuan. Membaca sebuah cerita tentang seorang pria yang disekap oleh seorang wanita di penjara bawah tanah. Pria itu adalah seorang bangsawan dengan pembawaan yang arogan namun berkelas, bahkan saat bajunya koyak dan rambut-rambut kasar di wajahnya tumbuh setelah beberapa hari tidak dicukur. Apa yang kaupikirkan, apa yang kaurasakan? ...Exactly.

Dengan kecerobohan Evie yang bergerak terlalu dekat pada sang marquis dan usaha sang marquis merayunya, tentu saja pada akhirnya pria licik itu lolos. Dan kabur dari panti asuhan itu. Kemudian dia mengejar Miss Ruddick kita yang malang. Dan sekonyol apapun gagasan 'pernikahan' bagi pria sekaliber Honorable His Majesty Marquess of St. Aubyn, Michael Halboro, toh ia memikirkannya juga. Dan dia menggunakan kursi kosong di Parlemen untuk menyuap kakak Evie, serta membawa anak-anak asuh Evie ke pesta dansa yang mereka berdua hadiri saat Saint melamar Evelyn. Akhir yang bahagia? BELUM!

Tapi aku nggak keberatan dirayu seseorang seperti Marquis of St. Aubyn. *kedip-kedip*


England's Perfect Hero - Sang Pahlawan Pemikat (Lessons in Love #3)
1. Ketika berbicara dengan wanita, pria harus bersikap penuh perhatian dan tidak memandang ke sekeliling ruangan selagi mengobrol, seokah mengharapkan kedatangan seseorang yang lebih menarik.
2. Ketika menghadiri acara dansa, pria harus berinteraksi dan berdansa, terutama jika ada wanita yang tidak memiliki pasangan berdansa.
3. Pria harus memiliki minat di luar tren populer terbaru. Otak yang cerdas lebih menarik daripada dasi yang diikat dengan baik.
4. Pria harus menunjukkan sikap sopan yang sama terhadap ayah wanita yang sedang ia dekati baik di depan maupun di balik punggung sang ayah.
Lucinda merupakan orang terakhir dari tiga sahabat yang setuju melawan para perayu wanita terburuk di London.
Robert Carroway, sang pahlawan perang yang tampan dan muram itu bukanlah pilihan Lucinda, tapi ia tak dapat menolak godaan mata biru Robert yang sensual - serta kehadiran pria itu yang membuat napasnya tercekat.
Lucinda tahu pria ini bisa menjadi cinta yang paling berbahaya, paling merusak... dan paling menegangkan yang pernah ia kenal.

Miss Lucinda Barrett telah menetapkan Lord Geoffrey Newcombe sebagai 'murid' untuk pelajaran cintanya. Melihat kedua sahabatnya pada akhirnya justru menikahi murid-murid mereka, tak heran Lucinda pada akhirnya agak melenceng keluar jalur mendidik pria penggoda menjadi seorang gentleman. Kali ini ia akan mendidik seorang Kapten Angkatan Darat Inggris penggoda yang memiliki keunggulan-keunggulan untuk menjadi suami Lucinda.

Robert Carroway, putra ketiga keluarga Carroway dan adik Viscount Dare, juga seorang mantan Kapten Angkatan Darat Inggris. Bertolak belakang dengan Newcombe yang ceria dan selalu menggembar-gemborkan tentang lengannya yang terserempet peluru tentara Perancis, Bit lebih tertutup dan seolah hidup dalam kegelapan. Ia tak pernah bercerita pada siapapun kecuali keluarganya tentang dirinya yang ditembak sebanyak lima kali. Dan tak pernah memberitahu siapapun kecuali Miss Barrett tentang penahanannya di Chateau Pagnon.

Lucinda yang selalu menceritakan segalanya pada ayahnya tanpa sengaja menanyakan lebih lanjut tentang Chateau Pagnon pada ayahnya. Kemudian, kurang dari dua belas jam kemudian, dokumen negara yang dapat memicu perang kembali dengan Perancis serta dapat membebaskan Bonaparte hilang dari Horse Guards. Tersangka utama dan satu-satunya, tentu saja Robert Carroway.

Berbeda dengan dua buku sebelumnya, buku ketiga ini menurutku sedikit lebih complicated. Baiklah, jadi konflik buku pertama terletak pada dendam Georgiana pada Tristan serta seorang debutante yang nekat mencuri stoking Georgiana yang Tristan simpan dan mengancam akan menyebarkan skandal jika Tristan tidak menikahinya. Lalu buku kedua tentang Saint perayu yang ingin meruntuhkan sebuah panti asuhan dan Miss Ruddick yang mati-matian berusaha mempertahankannya. Dalam England's Perfect Hero, Robert sama sekali tidak menggoda Lucinda. Baiklah, Robert sama sekali tidak menggoda Lucinda tanpa persetujuan wanita itu. Perjanjian Robert dengan Lucinda tentang Lucinda mengajarinya berkebun mawar dan Robert membantunya menjerat Newcombe adalah semacam bumerang bagi Robert yang selalu memperhatikan Lucinda dari jarak jauh sejak tiga tahun terakhir. Kemudian ia dituduh menyelinap masuk ke dalam Horse Guards untuk mencuri dokumen-dokumen dan memulai perang lagi dengan Perancis padahal yang paling Robert inginkan justru berada sejauh mungkin dari perang dan tentara. Robert tidak ingin Lucinda yang menyebarkan gosip tentang penahanan dirinya di Chateau Pagnon dan Lucinda tidak ingin Robert berpikir bahwa ayahnyalah yang menyebarkan gosip itu. Maka yang menyebarkan gosip tersebut pastilah orang yang akan mendapat keuntungan dari perang sekaligus cukup dekat dengan Jenderal Barrett untuk mendapatkan kepercayaan sang jenderal hingga ia mau membuka mulut atas apa yang Lucinda beritahukan padanya.

Jadi dalam buku ini: Lucinda mengejar Newcombe, Robert mengejar Lucinda, orang-orang Horse Guards mengejar Robert. Belum lagi trauma dan paranoia yang sering menyerang Robert pada saat-saat tak terduga. Juga keluarganya yang ingin membantu namun Robert tak ingin membahayakan mereka. Dan usaha Robert berjalan menuju cahaya tanpa membuat dirinya sendiri jadi abu setelah lima tahun berkubang dalam kegelapan. Jadi ya intinya adalah bagaimana Robert menghadapi ketakutannya sendiri dan bagaimana Lucinda memahami bahwa 'ketenangan' sama sekali bukan apa yang dia butuhkan. Should say that England's Perfect Hero adalah buku favoritku dari trilogi ini. Dan hubungan batin antara Robert dengan kudanya juga teramat mengagumkan.

Gagasan putus asa tiga orang wanita saat hujan turun pun berubah menjadi kenyataan. Mereka mengajarkan tiga pria menjadi gentlemen sekaligus menemui akhir kisah bahagia masing-masing. Ooooohh.

Honorable His Majesty Marquis of St. Aubyn all the way tho. (Hidup cowok ganteng perayu!!!)

Saturday 3 August 2013

Most Viewed Within ONE Day!

Baru ku-post kemarin, Trio #1 udah masuk jajaran Most Viewed di urutan #3!! OMG aku gak tau apakah hal itu disebabkan ceritanya memang sekeren itu atau kalian hanya kesasar ke sana lantaran Trio #1 mengandung kata kunci yang kalian cari di Google dan kalian salah kira kalau cerita itu memang merupakan jawaban yang kalian cari atau bagaimana. Yeah, oke, baru enam views but hey, it's most viewed already!

Sebenarnya cerita tentang trio Linda-Keira-Tina itu ceritanya absurd banget sih. Cerita #1 dimulai oleh Linda yang terobsesi pada mimpi-mimpinya dan resah gegara udah lama tidur tanpa mimpi (FYI, sebenarnya tidur nyenyak yang terbaik adalah tidur pulas tanpa mimpi), sekalinya mimpi rasanya kayak semacam "lanjutan" mimpinya yang sebelumnya gitu deh. Hahaha absurd banget kan.

Omong-omong, obsesi Linda terhadap mimpi itu mirip siapa yaaa? *siul-siul*

Gue. Hahahahahahahahahaha.

Bedanya, gue nggak seterobsesi Linda. Gue cuma mencatat dan menuliskan kembali mimpi-mimpi yang rasanya nyata banget buat gue, sementara Linda setiap mimpi yang dia alami selalu dia catat dalam jurnal gitulah. Jadi ya, dia lebih parah. :v

Ya pokoknya tunggu ajalah kelanjutannya. Kalau aku mood bikin sih...

Thursday 1 August 2013

Catching Fire

Kurasa agak terlambat kalau dilihat dari pernyataan orang-orang lainnya tentang bagaimana mereka sudah melihat trailer Catching Fire (beberapa masih menyebutnya The Hunger Games 2 dan aku ingin menggorok leher mereka) dan bagaimana mereka tidak bisa menunggu bulan November (beberapa berkata semoga film ini bukan cuma film action abal-abal dan aku ingin mengumpankan potongan tubuh mereka pada rottweiler tetangga). Bagaimanapun juga, setelah lebih dari satu minggu - bahkan hampir dua minggu - setelah video official trailer 2013 Catching Fire dirilis, aku baru mendapat kesempatan HARI INI untuk menontonnya.

Beberapa dari kalian mungkin mengira aku menjerit-jerit histeris (seperti yang kulakukan saat melihat theatrical trailer City of Bones - terutama saat Magnus Bane muncul) atau setidaknya bertingkah laku seperti kebanyakan fangirl "normal".

Sesungguhnya, apa yang benar-benar kulakukan bahkan cukup mengejutkan untuk diriku sendiri.

Karena aku hanya diam, membeku, terpaku. Oh terserah bagaimana kau menyebutnyalah. Tapi... aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Atau mungkin sebenarnya aku tahu bagaimana menjelaskannya tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya tanpa membuatnya terdengar seolah-olah aku melebih-lebihkannya karena bahkan di telingaku sendiri penjelasanku berikutnya terdengar sangat berlebihan.


Tapi waktu selalu berhenti bagiku. Selalu berhenti di saat-saat aku benar-benar tenggelam dalam kesibukanku atau terlalu asyik menekuni sesuatu. Aku pernah menulis selama enam jam penuh dan bahkan tidak sadar bahwa kopi di gelasku sudah habis. Aku pernah melahap delapan ratus halaman buku tanpa menyadari bahwa waktu sudah menjelang dini hari. Aku pernah mendengarkan musik - katakanlah - tiga hingga empat album penuh dan aku bahkan tidak menyadarinya hingga telingaku terlalu capek diimpit oleh sepasang headset. Jadi bisa kukatakan bahwa jika aku benar-benar larut, aku tidak akan menyadari waktu atau tempat. Aku bisa tiba-tiba terpesona pada satu paragraf dalam novel dan yang selanjutnya terjadi adalah aku ditabrak oleh truk jasa pindahan. Kau tidak pernah tahu.

Aku hanya diam dan masuk ke dalam duniaku sendiri.

Oleh karena itu, dengan sangat menyesal aku katakan bahwa nyatanya, Catching Fire membuatku lebih "fangirling" dibandingkan City of Bones. Karena aku hanya terpana menatap layar Sebastian dan nyaris tidak sadar bahwa aku bernapas - yang, kalau boleh kutambahkan, baru kulakukan lagi saat Katniss menyelam masuk ke Arena Quarter Quell (kurasa aku menahan napas selama tiga menit tapi aku belum pernah melakukannya selama itu, jadi tidak tahu juga deh).

Aku tenggelam. Terseret masuk ke sebuah dunia lain bernama Panem di mana pemerintahnya di Capitol memaksa setiap dua belas distrik yang ia perintah untuk memberi persembahan berupa seorang gadis remaja dan seorang lelaki remaja untuk mereka buat bertarung sampai mati sebagai hiburan. Dan seorang gadis berusia enam belas tahun telah memulai pemberontakan bahkan tanpa ia sadari, saat ia nyaris membunuh dirinya sendiri dan partner sedistrik yang kebetulan jatuh cinta setengah mati padanya menggunakan beri beracun, memaksa Capitol meloloskan dua orang sebagai pemenang setelah selama 73 tahun sebelumnya hanya ada satu pemenang.

Indah sekali. Dan maksudku bukan tentang kebrutalan dan ketidakmanusiawian orang-orang Capitol. Melainkan... betapa hidupnya karakter-karakter itu. Mereka yang awalnya hanyalah berupa barisan kata-kata dan kalimat, divisualisasikan oleh imajinasi masing-masing individu yang berbeda, tampak begitu... hidup. Dan nyata. Dan mematikan, mengingat Peserta Quarter Quell tahun ini merupakan pemenang-pemenang Hunger Games tahun-tahun sebelumnya. Harus kukatakan bahwa aku nyaris menangis. Karena... ah... sudahlah, kurasa kau tidak akan bisa memahami maksudku.

Hanya saja aku ingin kau mengerti. Trailer ini... wickedly beautiful. I guess this is what you may call a situation where you would kill.