Tuesday 31 December 2013

Terima Kasih Untuk Hari Ini!

Hari ini aku ketemu Dita! Yeaaaaayyy!!

Buat yang belum tau, Dita itu nama panggilan dari Mudita Nanda (@theslantedone) dan pemilik akun SoundCloud Mudita Nanda serta man behind @Peeta_IHG. Dia itu orang paling tua di [DI]versity, dan yang paling kalem juga. Nah, dari kemarin, Dita itu lagi di Bandung; hari ini kita ketemuan. Janjinya sih di KFC PVJ jam setengah dua belas, tapi aku ngaret keterlaluan baru dateng jam setengah satu >.< Dita pindah dari KFC ke Starbucks, dan tadi dia itu pake celana hijau tua pudar sama kaus hijau. Hehe, hebat ya aku bisa tahu. Iyalah se(tengah)harian aku sama dia kok. Weeekk! :p

Pas di Starbucks kita ngobrol-ngobrol dulu, sambil Dita sibuk ngurus... em... apa itu namanya? Seukuran iPhone tapi dari Samsung. Ah sudahlah, pokoknya ponsel touchscreen. Aku emang gak pernah ngerti yang begituan, huahahah. Nah pas lagi ngobrol, tiba-tiba di kaca jendela sampingku (kita berdua duduk persis di samping jendela) muncul tangan dan muka orang setinggi aku waktu duduk. Spontan aku bilang, "Astagfirullah!" Kirain apaan, taunya anak kecil iseng! Ya ampun Naaakk kurang kerjaan banget sih kamu! Kemudian Dita kasih aku DVD original The Hunger Games. Itu tuh sebenernya hadiah dari kuis #WIOL yang pernah diadain Peeta_IHG, cuma berkat kedodolan kita berdua barulah hadiah itu dikasih hari ini XD Habis ngobrol akhirnya kita mutusin untuk pergi dari Starbucks dan ke Game Master. Untung ada Dita, karena kalau nggak aku pasti bakal ninggalin DVD THG itu di atas meja begitu saja. Ya, sedodol itulah saya, ahahaha!

Sampe di Game Master kita liat-liat dulu bentar, terus isi kartu. Berhubung Dita gak punya kartu Game Master, jadi pake kartuku. Untung aku punya kartunya. Kita isi ulang yang Rp80.000,00 dengan bonus Rp10.000,00. Saldonya jadi Rp90.000,00. Astaga berarti kartu itu tadinya Rp0,00 :| Sehabis isi ulang, kita langsung gesek di mesin Pump It Up. Habis itu kan kita main, dan aku tuh dua dari tiga stage ngambil level 4 alias easy sementara Dita ngambil level 6-7 alias normal/hard (hardly normal?). Karena aku merasa bersalah ngeliat Dita mainnya riweuh di samping aku, akhirnya di stage tiga aku ngambil level 6. Ehh taunya Dita naikin level dia lagi. Yaudah deh. Tapi karena kita berdua sama-sama payah pas main lagu itu (probably levelnya ketinggian) akhirnya di-cut di tengah lagu, dikatain sama mesinnya, pula! "Hey, why don't you just get up and dance, Man?" OKE ITU JLEEEEBBBB XD.

Setelah Dita pake sepatunya lagi (dia main Pump telanjang kaki) kita muterin Game Master, nyari mainan lain. Nyantol lah kita berdua di Initial D, dan kita main masing-masing dua kali. Berhubung aku beres duluan daripada Dita, aku liatin dia main dari balik punggungnya. Terus kan ada anak kecil duduk di depan stir Initial D gitu, aku tanya, "Mau main?"

"Nggak kok Teh," katanya sambil tersenyum malu-malu.

"Mau digesekin?" tanyaku.

"Bener Teh? Mau!" sahut anak itu. Huahaha dasar anak-anak, mudah banget ditebak gak kayak remaja macam aku yang complicated XD

Jadilah aku gesek kartuku sekali, dan aku bantu dia pilih mobil sampe pilih trek. Akhirnya Dita beres, dan aku pamit sama anak itu. Bangga banget kayaknya dia, bisa main drifting ala Initial D, gratisan pula. Heboh banget dadah-dadahnya padaku waktu aku pergi. Lewat dari sana, aku sama Dita akhirnya main Time Crisis 4 dan di situlah kartu Game Master-ku sekarat XD Kita main Link Play (berdua) dan itu sampe Stage 2 masih bertahan astagaaa. Biasanya kalau aku main sendiri, paling banter pertengahan Stage 1 udahan (antara males ngelanjutin dan saldo udah abis). Tapi mungkin karena faktor ada temen main, akhirnya kita bergantian saling menggesek itu kartu tiap kali kita mati. Entah berapa kali itu kartu digesek. Yang pasti, waktu pertama main TC4 itu saldonya kalau gak salah Rp80.000,00 dan sekarang tinggal Rp400,00!

Pokoknya itu rame sekali saudara-saudaraaaahhh.

Berhubung saldo kartu udah habis, kita beranjak ke Gramedia. Biasalah; kalau ke mall gak ke toko bukunya tuh rasanya kayak berdosa gimanaa gitu. Tapi ya tipikal juga, masuk ke dalam nggak beli buku. Harga buku sadis men! Daripada demo turunkan harga BBM, mending jargonnya diganti jadi Turunkan Harga Buku! dan Naikkan Harga Rokok! *kemudian saya diamuk massa*

Kayak di semua tempat lain di PVJ yang tadi kita datengin, ya kita ngobrol-ngobrol sambil liat-liat buku. Ngobrolnya macem-macem, dari satu topik ke topik lain; gak harus ada linking khusus. Kan ngobrolnya spontan, gak ditulis script dulu. Tapi berhubung lagi di toko buku ya obrolannya gak jauh-jauh dari buku. Akhirnya Dita ngajak makan, dan aku menyetujui dengan RIANG karena aku baru sadar perutku lapar waktu dia ngajak makan. Itukah yang dinamakan telmi?

Setelah muter-muter nyari tempat makan, akhirnya kita makannya di KFC, tempat janjian awal XD Kita berdua duduk di tempat yang PERSIS berhadapan dengan tempat duduk kita tadi waktu di Starbucks (lahannya Starbucks sama KFC tetanggaan). Dita pesen makanan, dan aku nungguin meja, takutnya ketiup terus padam. Eh, oke, itu salah. Aku nunggu rada lama, soalnya tadi kita liat sekilas juga di dalem tuh yang ngantri PENUH. Sambil buang waktu aku nulis-nulis gitu kan. Tetiba di samping aku ada orang berdiri, taunya Dita. Heee tumben aku bisa nunggu tanpa ribut, biasanya susah banget nunggu lebih dari lima menit (dasar manusia standar ganda).

"Ini tadi berapa, Dit?" tanyaku sambil nunjuk makanan.

"Ha? Oh, udah, gapapa."

"Nggak, um, di bawah Rp40.000,00?" tanyaku, karena Dita bilang dia mau balikin uangku senilai itu untuk mengganti waktu ngisi saldo kartu, soalnya pas ngisi pake uangku yang selembar warna merah ada gambar Soekarno-Hatta. "Kalau kurang, sisanya gak usah dibalikin," lanjutku. Maksudnya, kalau lebih dari segitu, mau aku bayar sisanya.

"Gak apa-apa kok," kata Dita sambil mulai menata makanannya. "Oh iya, ini aku balikin uang kamu."

"Gak usah Dit!"

"Udah, ambil." Dia menyodorkan paksa dua lembar Rp20.000,00.

"Um, kalau gitu, ini yang dua puluh rib--"

"Aku yang traktir."

Aku diem, ngeliatin dia. "Kamu tuh jago banget ya bikin orang speechless!"

Dita ketawa. "Yaudah deh," kataku, "makasih."

"Sama-sama," balas Dita sambil tersenyum.

Dan pada saat itu aku baru menyadari bahwa... bulu mata Dita itu ternyata turun, menghalangi mata dia. Duh kok bisa baru sadar sekarang sih.

"Jadi itu apa?" tanya Dita.

"Apa yang apa?" aku menelengkan kepala, menaikkan alis.

"Itu," ujarnya sambil menunjuk buku yang buru-buru kututup begitu ia datang.

"A," aku nyaris tergagap (tolong sadari kata NYARIS--gue gak semudah itu tergagap men! :v), "bukan apa-apa sih. Corat-coret."

"Ooh."

Dan kemudian kita makan.

Dan beres kita makan, nggak seperti yang selama ini aku lakukan yaitu get up and go (cie kayak lagu Pump aja), kita malah duduk dan ngobrol gak jelas. Oke, aku yang gak jelas. Eh, Dita juga agak gak jelas sih. Kan orang gak jelas temenan sama orang gak jelas. Oke ini mulai OOT.

Dan salah satu yang kita omongin adalah... DIZA REFENGGA!

*Ret tereret tet teeet*

"Kebayang kalau suatu saat kita jalan bertiga," kataku.

"Hahaha!"

"Dan pada saat itu ada fans dia dateng, dan waktu dia ladenin fansnya kita pergi. Waktu dia panggil..."

"Siapa ya?"

Ahahahahahahahahahahahaha...!

Memang, satu lagi anggota [DI]versity adalah Diza, dan dia lagi semacam naik daun saat ini. Makna konotasi ya, bukan denotasi. Nggak kebayang deh Diza naik daun beneran, salah-salah tuh daun malah diinjek di atas tanah lagi.

Pokoknya kita berdua--aku dan Dita--itu ngobrol asyik banget, sampe gak kerasa ternyata udah jam setengah lima. Akhirnya kita pamit satu sama lain, dan aku pulang. Meskipun kakiku sakit dipake main Pump dan nahan pedal Time Crisis serta keliling Paris Van Java yang gedenya tega banget, rasanya ketemu teman, apalagi yang jarang banget ketemu, itu seneeeeeeng banget. Saking senengnya aku bete sama teman pun aku pake emot <3. Ahaha, itu bukan emot cinta, tapi emot less than three.

Terima kasih untuk hari ini, Mudita Nanda! Terima kasih untuk jalan-jalannya, untuk capruknya, untuk mainnya, dan untuk traktirannya! See you soon, hopefully with complete [DI]versity members!!

Dan terima kasih sudah membaca!

Thursday 26 December 2013

Somewhat Menopause Middle Aged Woman Saying

Someone told me, that you found somebody
Found somebody new
I'm happy for you
Maybe that's why I don't hear from you

Like I used to
Like a faded photograph
Some moments in the past

But sometimes
Sometimes

I miss you missing me
Calling me on the phone
Asking me how I'm doing
Asking if I'm alone
I miss you missing me
I miss you missing me

*
*
*

Pretty much what I'm feeling. Watching your ex-more-like-little-brother grow is not something easy to do. Especially when he is now becoming a known actor and every girl is just head over heels on him and I feel like somehow, I must protect him, you know, like, I'm afraid that some of his fans--or FANGIRLS I should say--is going to let him down. Oh my gosh, really, I feel like some middle aged woman that watches over much too handsome gigolo wait what.

He's not a gigolo, if that's what you want to know. He has some talent in that, tho. Because puberty does him good--something that bitch didn't do to me. Oh yes I'm surrounded by well treated by puberty boys. Life is indeed unfair.

My girl friends envy me tho.

And you know what's gross? Seeing all his fangirls call him like... "kakak" "abang" and "laff yu bang" is like... ergh... I wanna vomit... I could be fangirling over books and movies but I never remembered ever fangirling like that. And they even told me to stop scolding him because "dia kan abangku".

BITCH I'VE PROBABLY KNOWN HIM LONG BEFORE YOU KNEW HIM SHUT THE FUCK HELL UP I KNOW WHAT I'M DOING KAY.

Scolding people is my way to show them how much I love them! Like really I rarely says I love you instead I said fuck you douchebag, your mom is the unluckiest person ever. Really, when I call you something bad you probably should be proud because that means I love you.

Well fuck this shit! At least his girlfriend isn't like his fangirls. Those are what you call...

Ababil.

Sunday 15 December 2013

Things Oversaid

Jadi hari ini aku mau bahas tentang kata-kata yang overused, atau, lebih tepatnya, oversaid. Entah karena emang itu lagi ngetren atau gimana, yang pasti kalau scroll TL pasti nemu kata itu lagi dan itu lagi (jiah, makanya, follow akun yang bermutu dong Dill :v).

Dan inilah kata-kata yang - menurutku - terlalu sering diucapkan dan perlu diganti dengan kata lain!

Galau :( [dan curhat dari hati terdalam lainnya]
   Seiring dengan kemajuan teknologi, memberitahu orang lain tentang kabar kita sudah menjadi semakin mudah. Surat digantikan oleh e-mail dan telegraf digantikan oleh telepon. Ketika situs jejaring sosial (sosmed) diperkenalkan pada masyarakat kita yang - uhuk - konsumtif - uhuk - maka semakin mudah pula bagi orang-orang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada suatu individu, apalagi dengan media microblog semacam Twitter yang terbatas 140 karakter. Kadang saking panjangnya curhat, bisa memanjang jadi beberapa tweet. Tapi serius, masalahmu itu masalahmu. Orang-orang nggak akan peduli kecuali a) masalahmu terkait dengan mereka atau b) mereka pikir kau pantas mendapat masalah itu. Yang, omong-omong, melihat panjangnya tweet curhat soal masalahmu, jelas kau pantas!

Pacarku menyebalkan! [dan problema antar pasangan lainnya]
    Sama seperti masalah pribadimu, nggak ada yang mau tahu tentang apa yang terjadi antara kau dan pasanganmu. Anggaplah kau dan pacarmu (atau kekasihmu. Atau suamimu) tinggal di sebuah rumah bersama. Apa yang kalian lakukan di dalam rumah itu, baik ataupun buruk, nggak perlu diumbar. Kalau mau diumbar, umbarlah yang baik saja. Kalau kamu mengeluhkan masalah antara dirimu dan pacarmu lalu ada orang yang masuk di antara hubungan kalian, nggak seharusnya kau tuduh dia PHO - Perusak Hubungan Orang - karena kaulah yang memberitahunya celah di mana dia bisa menyelinap masuk!

Huhuhu, tugas kok banyak bangeet!
   Setiap hal datang bersama hak dan kewajiban. Kalau kau pelajar, hakmu adalah mendapat ilmu dan kewajibanmu adalah untuk belajar. Kalau kau pegawai, hakmu adalah mendapat gaji dan kewajibanmu adalah menuntaskan pekerjaan. Nggak seharusnya kau mengabaikan salah satunya. Kalau kau tidak mau melakukan kewajibanmu, jangan menuntut hakmu. Kalau kau nggak mau mengerjakan tugas sekolah, ya nggak usah sekolah! Ribet banget haduh *face palm*

Gadget baru nih [dan ucapan pamer lainnya]
   Aku gak bakal bohong, aku paling bete sama poin things oversaid ini. Semacam campuran antara rasa iri dan merutuk. Perbandingannya iri : merutuk mungkin 1 : 2. Duh, plis ya, nggak semua orang bisa seperti kamu atau memiliki hal-hal yang kamu miliki. Dan aku merutukimu karena setelah itu kamu bilang "haters gonna hate" dan blah blah, menyalahkan orang lain menganggap mereka iri dan orang iri nggak mampu. PUHLEASE. Memangnya salah mereka kalau mereka bisa membedakan mana PERLU mana INGIN? Well sebenarnya itu salah mereka tapi bukan itu maksudku! Berhentilah memamerkan hal-hal yang kamu miliki. Diam dan tunjukan tanpa pamer. Kesannya bakal lebih berasa tau.
   Dan memangnya kamu ngapain aja sampe perlu banget kamera SLR dan Android dan iPhone 5? Seriously. Paling ujung-ujungnya buat ngedit foto.

Nggak ada yang peduli padaku!
   Aku gak bakal bohong, aku juga kadang berkata begini. Tapi serius, nggak benar-benar gak ada yang peduli padamu. Kalau teman-temanmu nggak peduli, keluargamu peduli. Kalau keluargamu gak peduli, teman-temanmu peduli. Kalau mereka semua nggak peduli, terkadang ada seseorang yang bahkan tidak kamu ketahui ada yang peduli padamu. Serius. Ini pengalaman pribadi. Bukan, aku bukan yang dipedulikan. Aku orang yang tidak diketahui ada dan peduli. HAHAHAHAHAHA *ketawa miris sambil asah pisau*
   Kembali ke subjek. Setelah dipikir-pikir, mungkin rata-rata orang mengatakan bahwa tidak ada yang peduli pada mereka adalah supaya orang peduli pada mereka. Tapi praktiknya nggak semudah itu. Tau matahari, gak? Nah, dunia berputar mengelilingi benda itu, bukan dirimu. Mau merengek bagaimanapun juga, kalau orang nggak peduli, ya nggak peduli. Ingat, bayanganmu sendiri meninggalkanmu waktu gelap.

Aku orang paling sengsara di dunia.
   Sebenarnya, nggak semuanya menyatakan dengan gamblang begini. Rasanya, lima belas tahun aku hidup baru satu atau dua orang yang kudengar menyatakan hal ini secara langsung. Mudahnya begini: apakah kamu nggak punya teman satupun? Nggak punya rumah tempat bernaung? Nggak punya keluarga yang memberi perlindungan? Belum makan dan minum selama berhari-hari? Terjangkit penyakit mematikan yang belum ada obatnya? Jelek teramat sangat? Bodoh kebangetan? Matamu berada di lutut?
   Kalau kamu nggak menderita semua itu, berarti kamu bukan orang paling sengsara di dunia. HADAPILAH, QUASIMODO, MASIH ADA ORANG-ORANG YANG LEBIH SENGSARA DARI KAMU. HADAPILAH KENYATAAN YANG PAHIT INI.

Dan yang terakhir adalah...
If you know what I mean.
   Seriously. The trend is over. Get over it. 

Thursday 12 December 2013

Three Quizzes!!!

So I was just being bored and clueless about what I'm about to do when I remembered my Fifty Shades e-book novels. I had these new trilogy about Fifty Shades, but it's written from Christian's point of view. But what I'm about to say has nothing to do with Fifty Shades. Well, it does, but not the way you'd think.

Christian is the D and Ana is the (failed) Sb. Christian is also an S but let the truth be forgotten because he never really hurt Ana unless when he hurt himself and those ones doesn't count because I love Christian Grey I'd go down for him.

Just kidding. Half kidding.

And since my wifi is finally repaired (good bye to those dark days in cave!), I went to Google and fucking typed fucking random quizzes that I thought of.

It turned out, it's a D/s quiz.

And just so you know, I took three quizzes - THREE!!! - and the answer is always the same.

"You are a D."

Can anyone give me a whip? Or a handcuffs? Because I'd like to cuffed someone then spank their asses really fucking hard just kidding I'm no person like that.

Seriously? I indeed love Christian Grey, which is, by the way, is a D, but that doesn't make me a D, does it!? There is only one way to prove it and I'm not proving it now just yet. Oh, and also, I took the seme/uke quiz and I got Seme which, by the way, Japanese way of calling the 'male' or the 'alpha' in homosexual relationship.

And my friend just got Uke! If she is also a Sb I won't be too surprised I'll probably take her to... no, not Timbuktu. That place is too fucking crowded I'll take her into some abandoned island and live happily ever after with unicorns and cats.

And why am I even telling you this!? This is on my blog everyone gets to see it! Oh shit, my parents are reading my blog too! Let's hope that they would think I was talking about some crazy Spanish shit because that's probably the only thing they wouldn't understand even if someone explain it to them until sharks become vegetarian lol just kidding I love you mom. And dad. Don't forget the dad. Err... my dad. Or dads?

Nah, fuck it.

Wednesday 4 December 2013

So What's Up?

Nothing much. Hanya sedang berusaha bertahan hidup dari eliminasi mengerikan ala institusi berkedok pendidikan yang mereka adakan setiap akhir semester semata untuk mengevaluasi hasil belajar para peserta didiknya yang, omong-omong, tidak akan menggunakan lebih dari 80% hal yang mereka ujikan di realita.

Dan juga sedang berusaha melupakan kematian Paul Walker 30 November lalu, atau, 1 Desember menurut waktu kita. Ini tidak seharusnya terjadi. Bukan kematiannya, tapi mental breakdown yang aku rasakan. Maksudku, well, mungkin aku menyukainya tapi kehidupannya nggak pernah bersentuhan secara langsung denganku dan aku nggak seharusnya merasa begitu kehilangan tapi toh nyatanya itu yang kurasakan.

Next thing. Kemarin aku ke toko buku dengan ibuku dan aku membeli tiga buku: Prodigy--lanjutan dari Legend--The Hunger Games, dan Catching Fire. Kau salah besar kalau mengira aku baru menonton filmnya dan memutuskan aku menyukai ceritanya lalu membeli bukunya. Bukan. Aku memiliki seluruh triloginya, lengkap. Aku hanya membeli buku baru karena buku-buku ini dicetak ulang dan ganti kover. The Hunger Games masih mempertahankan background hitam dengan simbol Mockingjay di tengah-tengah, namun simbol itu diperkecil dan diletakkan di balik tulisan The Hunger Games. Sementara Catching Fire merombak total kovernya. Kover yang dulu berwarna merah bertuliskan Catching Fire - Tersulut dengan ilustrasi Mockingjay yang dijadikan target, kini berubah menjadi gambar sebuah tebing dengan Katniss Everdeen kita tercinta berdiri di ujungnya; busur di tangan dan panah di punggung. Yang kubenci adalah judulnya yang diubah. Catching Fire menjadi The Hunger Games: Catching Fire. Aku mengerti itu untuk memudahkan orang-orang mengetahui bahwa buku ini merupakan sequel dari The Hunger Games tapi aku merasa bahwa mereka yang membutuhkan keterangan lebih lanjut seperti itu tidak cukup peduli untuk mengetahui keseluruhan judul trilogi The Hunger Games. Kurasa real tribute--baru ataupun lama--akan mengetahui yang mana kisah yang berhubungan dengan The Hunger Games dan bukan karena mereka CUKUP PEDULI untuk mencari tahu.

I JUST DOWNLOADED ANOTHER TRILOGY TO FIFTY SHADES!!! Kisah ini--kalau review dari Goodreads bisa dipercaya--menceritakan keseluruhan kisah Fifty Shades--Fifty Shades of Grey, Fifty Shades Darker, dan Fifty Shades Freed--dengan point of view Christian. Yes, THAT Christian. Our hot, sexy, dominant, filthy rich, worry-like, blond Christian Grey. OH MY GOD AKU BISA MATI KESENANGAN! Despite what everybody tells me about the story (itu novel dewasa, itu nggak cocok dibaca olehmu, kamu nggak seharusnya baca cerita begitu, itu novel erotica, blah blah blah) aku cukup menyukai trilogi Fifty Shades meski kurang menyukai Fifty Shades Darker (Fifty Shades, #2). Gimana mau suka kalau sejak halaman 30-or-so setiap kali Anastasia dan Christian bertemu yang mereka lakukan cuma having sex? It's really a porn in a book. Tapi Fifty Shades Freed was the best and most favorite of all three! Pertama-tama, di buku ketiga Ana dan Christian MENIKAH *lempar confetti* dan kedua... well... baca sendiri, sana!

Sepertinya aku sedang memulai hobi baru yaitu menulis di atas tisu. Well, setidaknya tisu-tisu yang selama ini selalu kubawa tanpa kupakai berguna juga!

Aku ternyata bisa membaca aksara Sunda! Kenyataan ini membuatku terperangah karena selama ini intelejensiku dalam bahasa Sunda dan hal-hal yang terkait dengannya dapat disamakan dengan intelejensi seekor NGENGAT meskipun jika hal itu menyangkut sastra dan bahasa intelenjsiku nyaris sama dengan MANUSIA meski lebih tinggi sedikit.

Aku mengerjakan soal UAS Matematika dengan cara yang unik; aku mengerjakan 15 soal nyaris bersungguh-sungguh, hampir menangis saat melakukannya, dan akhirnya memilih mana yang tampaknya cukup mendekati kebenaran dari kilau-kilau depresi yang tampak di pilihan A, B, C, D, atau E. Kemudian aku menyingkirkan soal dan mengerjakan sisa 25 nomor lainnya dengan membulatkan secara sembarangan pilihan yang tertera di LJK. Serius. Belum pernah aku mengerjakan soal ujian senekat dan sengaco itu. Aku cuma membulatkan pilihan yang kurasa kusuka tanpa melihat soal SAMA SEKALI. Terkadang kebodohanku sendiri mengejutkanku.

Aku menonton Catching Fire sebanyak TIGA kali, seperti yang kulakukan pada The Hunger Games tahun lalu. PERTAMA aku menontonnya dalam acara #NonbarIHG2 yang diselenggarakan @IndoHungerGames dan jejeritan bareng satu studio. KEDUA aku menontonnya sendiri di sebuah mall dan di dalam bioskop itu aku duduk di row K, persis di tengah menghadap layar, dan aku sendirian! Nggak mungkin ada situasi untuk fangirling yang lebih purrfect lagi. KETIGA aku nonton bareng Asep dan Habibi, bertiga, dan meskipun akulah Tribute-nya (fans The Hunger Games), Asep fanboying lebih keras daripada aku fangirling. Aku merasa tersisihkan. Dan aku nggak ngerti kenapa bisa Katniss tidur bersebelahan dengan Peeta cuma untuk meredam mimpi buruk tanpa mengoyak baju pemuda itu. Kalau aku Katniss, di tengah gejolak hormon remaja ini pasti aku sudah dituduh melakukan pemerkosaan oleh Effie Trinket. Okesip.

Masih nggak setuju Mockingjay dipisah menjadi dua part. Oke, Breaking Dawn dan Harry Potter seri terakhir mungkin memang pantas di-split menjadi dua part karena bukunya aja udah TEBEL BANGET. Tapi Mockingjay cuma terdiri sekitar 400-500 halaman. Puhlease mau dipotong DI MANA?

Akhirnya aku ketemu Re! Dia adalah salah satu dari sekian banyak teman yang kutemui di cyber world. He's an asshole-gentleman (Re bilang padaku di dunia ini cuma ada tiga macam laki-laki; gentleman, asshole, dan gay. Dengan cepat aku memutuskan bahwa dia adalah asshole-gentleman sedangkan temanku yang satu lagi adalah seorang gay-gentleman). Aku langsung MENYUKAI sekaligus MEMBENCINYA begitu kami bertemu. Nggak ada bedanya dari Re yang kukenal lewat Twitter direct messages, mentions, SMS, dan e-mail, cuma yang ini empat dimensi dan bisa ditonjok dan bisa ditendang dan bisa dicincang dan bisa dimakan. Menilik dari bernafsunya aku untuk memutilasi dia, bisa disimpulkan bahwa aku TERAMAT SANGAT menyayanginya. I LOVE YOU, RE! Tapi nggak dengan cara yang mungkin kau pikirkan karena mencintaimu sebagai seorang perempuan pada laki-laki bakal terasa amat MENJIJIKKAN aku lebih memilih tidur dengan kasur.

Baru menyadari bahwa aku mengasosiasikan bayangan sadisku pada seseorang seperti rasa sayangku pada orang itu. Mungkin aku harus mulai menemui psikolog.

Aku menulis surat pada ayah kandungku, Bun. Tapi sampai sekarang belum kukirimkan karena aku belum menulis alamat suratnya. Ibuku bilang Bun udah nggak sabar dan minta supaya suratnya tebal. Err maaf Bun, cuma satu lembar folio bergaris bolak-balik. Ntar aku selipin majalah deh ya, biar tebal.

SELURUH kelas Bahasa digabungkan untuk UAS dan dengan maksudku SELURUH artinya SELURUHNYA dari kelas X, XI, dan XII. Aku duduk bersebelahan dengan Nandita, temanku. Dan duduk cukup jauh dari Mugya, orang yang sampai sekarang masih nggak kumengerti KENAPA aku bisa naksir dia. Baik Mugya, Nandita, Kang Bayu, maupun orang lain di sekitarku pun nggak ada yang bisa jawab. Mugya mukanya tambah aneh dari hari ke hari. Kadang aku cuma pengin nendang dia pada hari Selasa begitu keras sampai-sampai dia baru mendarat Kamis minggu depannya. Kali lain aku cuma pengin nenggelemin dia di kolam sekolah. Kemudian aku ingat bahwa menghilangkan jejak pembunuhan itu sulit jadi aku batal melakukannya. Tapi mungkin, someday soon.

Temanku pindah sekolah dan dia belum mengembalikan bukuku.

Seseorang menyebut Catching Fire sebagai "Hunger Games kedua" dan aku hampir meledak. Menerapkan metode pernapasan sebagai upaya menenangkan diri tapi aku nggak bisa menghilangkan godaan untuk mencekiknya sampai wajahnya biru. NGGAK ADA THE HUNGER GAMES 2 ATAU 3. YANG ADA HANYALAH THE HUNGER GAMES DAN CATCHING FIRE DAN MOCKINGJAY. ENYAHLAH KE NERAKA KALAU KAU MASIH BERSIKERAS MENYEBUTNYA THE HUNGER GAMES KEDUA ATAU KETIGA DASAR KAU MANUSIA.

Dipeluk Mudita waktu #NonbarIHG2. Pulang dengan perasaan ringan berbunga-bunga. Sayang Diza nggak datang. Seandainya datang, pasti formasi [DI]versity akan jadi lengkap dan aku mungkin pulang ke Bandung meledak menjadi jutaan taburan confetti di KM 69. Aku tidak tahu mengapa harus KM 69.

AKHIRNYA AKU BERMIMPI KEMBALI.