Friday 31 January 2014

Weirdo!

You think I'm weird? How come? Because I talk nonsense about stuff you don't understand? Because I know much more than you know? Because I fangirl over guys that didn't exist? Because I was screaming and yelling when watching movies? Because I'm about going to 16 and still sleep with stuffed animals? Because I'm a virgin in 2014, as endangered as unicorns?

I'll tell you what's weird. It's you. It's you and other people who thinks that people who are different than them are weird.

Accept the fact that our society fucks our minds, trying to change our perspective into "normal" behaviour. Everything that majority of people do, is normal. Everything that minority of people do is abnormal.

Normal is relative.

Well then I'm weird. I'm weird because I'm unlike any other people. I have people whom I share similarities with, but we're weird because we're still not identical. We're weird because we don't behave and think and speak like the society expected. We're weird because we're who we're.

I'm weird because I'm going to be sixteen in couple of months and still sleep with stuffed animals, believe that faeries and unicorns exist, scared of horror movies and darkness. I'm weird because my classmates think I'm weird. I'm weird because society thinks I'm weird. I'm weird because I love fictional men more that actual men and boys. I'm weird because I don't see things and world the way majority of people do. I'm weird because I question my existence and my sanity. I'm weird because I'm not a limited edition nor one in a million; I'm the only one. I'm weird because I don't really care about what others think about me. I'm weird because I love being different, unique, weird.

So be weird.

MTV Movie Brawl 2014

Just found out that Vampire Academy didn't win the MTV Movie Brawl 2014. Veronica Mars did win. I honestly never heard about VM but VA didn't win and neither do The Maze Runner and Mockingjay part 1 leave me to die bye.

Thursday 30 January 2014

Partner in Crime!

Kamis, 30 Januari 2014
Thursday, 30th January 2014

 
Misi: Melarikan diri dari kewajiban melaksanakan peringatan tak perlu.
Mission: To run away from responsibility to do a useless celebration.

 
Laporan oleh Operatif Kitty, Level I, didampingi oleh Nandita Chairunnisa (kode nama: Panda)
Report by Operative Kitty, Level I, accompanied by Nandita Chairunnisa (codename: Panda)

 
Pada hari ini (Kamis, 30/1), sekolah Operative Kitty melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang sesungguhnya terjadi pada tanggal 14 Januari lalu. Meskipun begitu, baik Kitty maupun rekannya, Panda, tidak merasa berminat sama sekali untuk mengikuti kegiatan tersebut. Keduanya dengan cepat merencanakan sebuah pelarian yang tidak direncanakan dengan terlalu matang (contohnya: mereka tidak sempat memutuskan apa yang harus dan tidak harus dibawa, serta rencana-rencana cadangan jika rencana utama gagal), namun ternyata didapati sejauh ini berhasil. Panda menemukan sebuah kelas kosong dengan meja-meja panjang berwarna putih yang dapat menampung empat kursi dalam satu baris. Meja-meja tersebut tertutup hingga bawah bagian depannya, dan tidak memiliki laci maupun loker yang dapat mempersempit bagian bawah meja. Bagian bawah meja, meskipun agak kotor oleh tanah serta pasir, ternyata cukup bersih dan dapat digunakan sebagai tempat persembunyian yang sempurna. Karena terpacu oleh adrenalin, Kitty hanya sempat menyambar sebuah novel berjudul Cross My Heart And Hope To Spy karya Ally Carter sebelum mengambil tempat di hadapan Panda di bawah meja. Tempat persembunyian mereka terletak di bagian belakang kelas dan Panda dibantu oleh Kitty menarik beberapa kursi kayu untuk menutupi tempat persembunyian mereka; tidak terlalu rapi hingga menarik perhatian di tengah keadaan kelas yang agak kacau, namun juga tidak terlalu berantakan hingga membuka penyamaran mereka.

Keduanya duduk dan berusaha membuat diri mereka senyaman mungkin di bawah meja dan mengobrol dengan suara berbisik. Kitty, yang memegang boneka lumba-lumba milik Panda sekaligus dengan ponsel dan novelnya agak kerepotan, bagaimanapun juga, Panda tidak membawa hal lain selain seragam dan jaket yang semuanya melekat di tubuhnya. Keduanya melipat lutut ke dada meski Kitty agak kesulitan melakukannya. Selama beberapa saat, hanya ada mereka berdua di dalam kelas yang kosong itu. Setelah itu, sekitar dua atau tiga orang remaja berjenis kelamin laki-laki (Kitty menyimpulkan dari suara mereka yang berat dan kebiasaan mereka untuk menghentakkan kaki saat berjalan, sementara Panda mengetahui dari bayangan yang mereka timbulkan di salah satu kaca) masuk dan mengobrol, semuanya merupakan pelaku pembolos sama seperti Operatif dan rekannya. Salah satu remaja berjenis kelamin tersebut tampaknya menyadari kehadiran Kitty dan Panda karena ia membungkuk di belakang meja dan mengintip ke bawah. Operatif dan rekannya melambaikan tangan menyapa.

Setelah itu, ruang kelas kembali kosong hanya diisi oleh Kitty dan Panda. Beberapa orang (sekitar lima atau tujuh, mungkin lebih) berada di kelas sebelah yang sebenarnya masih merupakan bagian dari ruang kelas yang ditempati oleh Operatif dan rekannya, hanya dibatasi oleh sekat yang tidak sampai langit-langit. Remaja-remaja tersebut mengobrol mengenai sesuatu yang tampaknya kisah seram dengan suara-suara yang cukup mengganggu. Karena kesal, Panda menyikut bagian bawah meja hingga menimbulkan suara gaduh yang mengagetkan, tak terkecuali Kitty. Meski terdengar ketakutan dan kaget, para remaja di ruang sebelah sempat berhenti mengobrol sejenak, namun subjek yang menceritakan kisah seram di rumahnya tetap melanjutkan dan hal ini justru membuat Panda menjadi lebih kesal. Ia mulai menggoyang-goyangkan kursi dengan suara berisik, mencakar meja, dan bahkan menjatuhkan kursi. Tindakannya membuat Kitty luar biasa geli hingga nyaris meledak tertawa, namun karena takut ketahuan, Kitty membekap mulutnya, nyaris menutup jalur udaranya sendiri. Kitty akhirnya tertawa tanpa suara hingga otot-otot wajah dan perutnya sakit, dan akhirnya ikut melancarkan aksi membuat-suara-gaduh-arwah-penasaran. Mereka berdua menendang, mencakar, memukul, hingga menjatuhkan kursi. Para remaja di ruang sebelah dua kali memastikan bahwa di kelas tersebut tidak ada orang, dan saat jelas memang tidak ada siapapun yang dapat menjadi penyebab suara-suara gaduh nan aneh tersebut, mereka berhenti menceritakan kisah horor.

Namun, hal itu tidak menghentikan mereka dari mengobrol, dan tentu saja Operatif dan rekannya menjadi semakin dan lebih kesal. Mereka bersembunyi mengharapkan ketenangan, bukannya suara gumam mengganggu obrolan remaja. Oleh karena itu, mereka mulai kembali membuat suara-suara gaduh, hanya saja kali ini para remaja tersebut mencemooh sebagai gantinya, kemungkinan untuk menyembunyikan rasa takut mereka karena mereka melihat dengan jelas ruang tersebut kosong, begitupun ruang yang sesungguhnya digunakan oleh Kitty dan Panda untuk bersembunyi.

Setelah merasa bosan duduk tanpa melakukan apapun (selain mengganggu dan menakut-nakuti para remaja di ruang sebelah), Operatif dan rekannya memutuskan untuk pergi dari ruang kelas tersebut. Mereka keluar perlahan tanpa menimbulkan suara apapun, namun gagal karena pintu tua payah yang menimbulkan suara saat dibuka. Tidak ada remaja yang mengikuti mereka, hanya terdengar sorak sorai pelan, mungkin merayakan perginya arwah penasaran yang mereka kira ada.

Operatif dan rekannya berlari sambil terkikik menuju kelas rekan sang Operatif, sayangnya Kitty melihat dua orang anggota Dewan Kemakmuran Masjid SMA, dan kedua orang tersebut mengejar Kitty beserta Panda. Sesampainya di kelas, Panda menyadari bahwa laptopnya hilang, dan kedua anggota DKM tersebut memerintahkan Kitty dan Panda untuk ke lapangan. Kitty membalas dengan bertanya apakah hal itu memang teramat wajib, yang dibalas oleh salah satu anggota DKM bahwa kegiatan itu sangat wajib, dan ditutup dengan pertanyaan apakah sang Operatif merupakan seorang non-Islam, yang tidak dijawab oleh Operatif (itu pertanyaan retorikal, dan kalaupun bukan, Operatif tidak terlalu peduli mengenai pandangan keagamaannya oleh orang lain). Kitty dan Panda berdiam diri di kelas Panda hingga beberapa orang teman sekelas Panda kembali. Panda berbaring dan menceritakan isi hatinya kepada Kitty yang dengan baik hati mau menyisihkan waktunya untuk mendengarkan masalah orang lain selain keluh kesah pribadinya (mungkin faktor usia, atau mungkin juga semata karena Operatif sedang tidak memiliki kegiatan lain untuk dilakukan sehingga ia menjadi lebih baik daripada biasanya). Teman sekelas Panda mengatakan bahwa laptop milik Panda berada di ruang Bimbingan Konseling, dan Kitty dan Panda pergi untuk mengambil laptop tersebut.

Panda meletakkan laptopnya di kelas dan pergi menuju toilet bersama dengan Kitty. Ketika mendengar suara sirene mendekat, Operatif otomatis berjongkok untuk menyembunyikan diri, namun rekannya (yang telah membuktikan dirinya tampak sanggup bertahan menghabiskan es krimnya sambil duduk di kursi taman saat bom nuklir meledak tak sampai sepuluh meter darinya) hanya diam dan berkaca di cermin toilet. Setelah sirene itu berlalu (baik Kitty maupun Panda tetap utuh tanpa dipermalukan), Kitty keluar dan berjalan bersama Panda menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar. Salah seorang guru berada di kantin memelototi siapapun yang tampak membolos, namun Operatif dan rekannya hanya memesan makanan tanpa kepedulian sedikitpun. Mereka pergi menuju kelas Operatif untuk makan dan bersantai. Meskipun begitu, baik Kitty maupun Panda tidak dapat tidak merasa seperti narapidana yang kabur dari penjara. Jika mereka benar-benar narapidana, pasti mereka akan menjadi pelarian paling hebat.

Beberapa teman sekelas Kitty berada di dalam kelas, namun tak lama mereka turun menuju lapangan dan aula. Kitty dan Panda bertahan di dalam kelas, memakan makanan mereka dan mengobrol, hingga suara peluit kembali terdengar. Karena panik, Kitty langsung menunduk dan bersembunyi di bawah meja, sementara Panda memasang tampang orang sakit. Peluit itu berlalu, dan Kitty merasa malu. Operatif jelas membuktikan dirinya membutuhkan banyak kerja keras dan keajaiban sebesar alam semesta untuk dapat lulus dari Level I.

Waktu menunjukkan tengah hari, dan Operatif masih bersama rekannya berada di dalam kelas. Untuk saat ini, keadaan baik-baik saja tanpa gangguan berarti dari pihak manapun kecuali para siswa yang berada di kelas sebelah yang tampaknya tidak mengerti frasa "tutup mulut."

Laporan selesai.

Status Misi Berhasil dilaksanakan 

Mission Status Accomplished.

Sunday 26 January 2014

Getting Older

Aku nggak tau gimana dengan kalian, tapi bagiku, selalu aneh untuk melihat diriku yang dulu.

I mean I outgrew them; aku bukan lagi orang yang sama dengan aku tiga tahun yang lalu, setahun yang lalu, atau bahkan lima menit yang lalu! Dan melihat betapa banyak aku udah berubah... that's a pretty much weird thing to do.

Aku bicara begini karena aku baru aja membaca salah satu terbitan blogku sekitar setahun yang lalu. Err, dua tahun yang lalu; karena itu ditulis pada tahun 2012.

Damn, aku mati dua tahun yang lalu.

Oh ya, pokoknya, aneh banget deh baca tulisanku itu karena rasanya... beda banget dengan aku yang sekarang. Rasanya aku yang dua tahun lalu itu bego banget, super bego terlampau bego terlalu bego sampe gak bisa dibegoin lagi. Back in the days, rasanya aku bahkan nggak tau apa yang kuomongin pada saat itu. Tapi setelah dipikir lagi, sekarang pun rasanya aku jarang tau apa yang kuomongin. Mungkin perbedaannya satu: sekarang aku tau bahwa aku nggak tau apa yang aku omongin, tapi dulu aku nggak tau bahwa aku nggak tau apa yang aku omongin. Ngerti? Aku sih nggak.

Secara garis besar, aku dua tahun yang lalu adalah makhluk yang sangat sok tau.

Tapi orang berubah, kan? Aku bertambah tua dan mungkin bertambah dewasa. Meski kusarankan jangan terlalu berharap. Soal aku bertambah dewasa, maksudku. Aku bisa aja udah berumur tujuh puluh delapan tahun dan masih bermain petak umpet. Hell, aku bahkan cuma bakal tertawa selama setahun saat usiaku mencapai 69. Get what I mean? IMMATURE!

Hidup manusia childish!!

Oke terima kasih karena udah baca, aku tau aku orangnya teramat sangat random sampe bikin orang berpikir bahwa makhluk sepertiku seharusnya dilestarikan. Ini pertama kalinya aku ngomong begini, tapi tolong follow blog ini meskipun rasanya blog ini gak layak untuk difollow. Entahlah, kalau kalian memang regular reader dan kalian cuma datang dan pergi tanpa pernah memencet tombol follow...

Kalian adalah jelmaan jelangkung.

Saturday 25 January 2014

Tea and Sugar

Jangan marah. Aku siswi SMA, itu artinya aku lebih sibuk dan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah lebih daripada biasanya. Artinya pula aku tidak bisa blogging secara reguler. MEMANG KAU BELUM PERNAH SMA?

Halo semuanya! Sabtu siang yang cerah di kotaku saat ini. Aku ingin mengatakan pada kalian betapa aku merasa bersyukur memiliki pembaca-pembaca yang baik hati dengan sungguh begitu banyak kesabaran menghadapiku yang sangat random ini. Beberapa dari kalian yang berasal dari luar negeri juga mungkin mengandalkan Google Translate. Aku minta maaf atas ketidaknyamanan kalian. Aku mengerti betapa Google Translate bisa menjadi sangat menyebalkan. Tetapi blogging menggunakan bahasa Inggris dapat membuatku terlihat seperti pamer dan seorang bedebah. Ah, aku memang bedebah. Who cares?

Non, non, aku terlampau malas untuk blogging menggunakan selain bahasa ibuku. Sorry not sorry!

Omong-omong, kalau-kalau kalian belum menyadarinya, aku menikmati menyombong dan pamer mungkin lebih dari siapapun. Dan kalian yang tidak mengerti apa yang kubicarakan adalah orang-orang bodoh! Nggak, nggak juga. Yang mengerti memang hebat, tapi yang tidak mengerti bukan orang bodoh. Tidak, tidak, aku tidak seburuk itu. Tapi beberapa orang memang bodoh. Bukan, bukan kau. Apa? Tidak! Bukan aku! Jangan merasa iri dengan kecerdasanku.

Sudahkah kukatakan bahwa aku menjadi lebih sering membolos daripada sebelumnya? Sebagai siswi SMP aku adalah siswi yang rajin. Rajin masuk sekolah sih, bukan rajin belajar. Tapi di SMA, aku akan melarikan diri dari kelas jika pelajarannya membosankan. Aaah tidak perlu keluar kelas, di dalam kelas pun aku bisa saja melakukan apapun yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Dan dengan kelakuan seperti itu, rasanya aku tidak akan terkejut kalau tiba-tiba mereka menendang bokongku keluar dari gerbang. Ha! Tidak mungkin. Aku ini aset yang berharga. Yah, kuharap sih begitu.

Entahlah aku tidak merasa ingin menulis. Kurasa aku malas. Mungkin aku memang malas. Unicorn juga bisa malas, tahu.

Saturday 18 January 2014

Inheritance

Some random short story I think would be nice. This short story is so short teachers would be VERY mad if you ever dare to wear them to school. Ha, just kidding! Hope you guys enjoy it. I like the couple Janet-Evan (or Jevan), but let your imagination wanders! What happened to them? Personally, I know, but I have no time (nah, I'm just lazy) to write down all their relationship. So that's it!

*


The first thing I recognized about him is his eyes.

His eyes are a pair of sky blue on its finest day. It's so blue that other colors would envy them. And I'm afraid that if I stare at him for too long I might fly into the sky then fall hard when he doesn't look at me anymore.

So I know I should have breaking the eye contact right away, but I just can't. I stare at him, wide eyed, and almost forget to breathe.

Then the second thing I recognized is that he's talking to me.

"I'm sorry, what?" I say, feeling embarrassed. Leave it to me to make the first impression as an idiot who forgot how to breathe!

He just smile at me, like dealing with a girl like me is what he does for living. "Are you Will's acquaintance?"

"Oh," I say as realization settles. "Yes. And I don't see any other people beside those Nightingales, so I assume that you are Mr Mallory?"

His smile widen. "Thank God you didn't mistaken me as one of those Nightingale. And please call me Evan. After this will has been read the Nightingales would hate us, and we should stand together against them as friends."

I can't help but to laugh a bit. "I'm Janet. Why would they hate us?"

Evan sit then points the chair beside him and I follow. "Because," he says, studying the Nightingales that are about nine feet away, "they would receive nothing but a house and some pennies, when you and I, well, you know Will. He's filthy rich. He's going to split his wealth even for both of us."

"And why would he do that?"

He looks at me, half serious and half grinning. "You know why."

I sigh. Of course I know why. William had fight with his family years ago and hasn't contacted them even until his last breath. I honestly would even be surprised if he left them anything, considering their rejection to him; the problem that caused him to walk out his family's house with nothing but the clothes he wore, some money, and couple of clothes. Now that he died billionaire, his family only come wishing that they would inherit some.

William is--was--greatest man I ever knew. But I'm still 17, so that couldn't be relevant. There are still many men I haven't get to know yet.

But so far, William held the record. From about $75 now he has nine zeros on his bank account. Hearing Mallor--err, Evan--says Will would split that even for both of us make me shiver. I'm 17 going to 18 in thirteen months. What am I going to do with millions of money? I used to dreamed about being rich, but not this rich. My rich was more like... I don't know. Waking up late and gets no one yelling at me saying how lazy I am. Well yeah sometimes I'm lazy but life is hard and there's nothing wrong with craving more rest.

Then Will's lawyer stepped in with a map that is no doubt Will's will. As Evan predicted, the Nightingales staring at us with looks that could kill, like somehow if they stare at us long enough there would be red lights shooting at us. The only part that I'm paying enough attention was the part when the lawyer said something about "houses". I only paid attention to, "...with my house in hometown with all maids and butlers still works for her until the time she fires them; I have paid their salary for five years since first year I passed away."

So now I'm walking out of the lawyer's office a millionaire with also a house and servants. The Nightingales only received silver old watch Will wore when he left their house (Evan almost laughed, but he falsify a cough to cover it). Evan now a millionaire too, the difference is he has an apartment instead of a house. And because Will said "all my other houses and villas are belong to both my dear friend Evan Lucas Mallory and dearest little bookworm Janet Jay, they may share them and use them however they like it" it automatically bonds me with Evan together, like it or not, because we also should take care of his other places.

The only thing none of us get is his company, because he already handed it to his some kind of first mate and right hand. I'm more than glad that I didn't walk off a millionaire with new house with full servants and a CEO. It's just too much for a teenage girl.

Although I knew that my life would never be the same again, especially when a stranger but oh-so-good-looking-guy like Evan bend down and whispers to my ear, "I'll see you around."

Random Mid Month Post

Hai haaaiii

Rasanya udah lama banget sejak terakhir kali aku ngepost di sini. Um, mungkin delapan belas hari memang waktu yang cukup lama. Udah tengah bulan dan aku masih belum menulis apa-apa, aww jangan kecewa aku di sini sekarang. ;3

Oke, pertama-tama, selamat tahun baru! Semoga kalian nggak berpartisipasi dalam polusi udara dan suara pada malam tahun baru kemarin. Tetanggaku sih dengan senang hati iya, dan aku cuma bisa ganjel telinga pake earset sambil berharap nggak ada petasan nyasar yang ketembak ke dalam kamarku. Dan semoga kalian juga nggak berpartisipasi dalam omong kosong New Year New Me yang sepertinya gencar sekali dilakukan oleh orang-orang! Membuat resolusi sekaligus perenungan mengenai apa yang telah dan belum dicapai di tahun sebelumnya memang bagus, tapi nggak seluruh dunia harus tau, sama kayak nggak seluruh dunia harus tau bahwa kamu lagi memasuki rakaat ketiga salat Magrib!

Maaf kalau aku nggak menanggapi tahun baru seserius yang masyarakat harapkan. Toeeeett!

Pertengahan bulan ini kabarku cukup baik. Dompetku menunjukkan dengan jelas bahwa what matter is beauty inside karena walaupun dompet tua itu penampilannya sudah cukup memprihatinkan, setidaknya masih ada selembaran uang berwarna merah bergambar Soekarno dan Hatta beserta uang berwarna biru yang entah apa gambarnya di dalam. Hore untuk pengencangan ikat pinggang!

Walaupun ikat pinggangku nyatanya nggak mengencang. Sial, kayaknya malah makin lebar. Pertanda harus olahraga nih.

Selain dompet yang masih menyanyikan Timber dengan riang gembira, dengan bangga aku juga mengatakan bahwa bulan ini aku cukup produktif. Aku menamatkan dua trilogi dalam delapan belas hari; trilogi Abandon dari Meg Cabot serta trilogi Ruby Red (atau Time Travelers) dari Kerstin Gier. Tapi yang kubaca full dalam bentuk trilogi dalam satu bulan ini cuma Abandon, karena buku pertama Time Travelers udah kubaca tahun lalu. Jadi sejauh ini, aku udah baca:
  1. Somewhere I'll Find You - Lisa Kleypas
  2. Abandon (Abandon trilogy, #1) - Meg Cabot
  3. Underworld (Abandon trilogy, #2) - Meg Cabot
  4. Awaken (Abandon trilogy, #3) - Meg Cabot
  5. Sapphire Blue (Time Travelers trilogy, #2) - Kerstin Gier
  6. Emerald Green (Time Travelers trilogy, #3) - Kerstin Gier
 Kemudian jurusanku, kelas Bahasa, (sayangnya) beranjak dari angka cantik 13 dan berubah menjadi 14 karena ada seorang gadis pindahan dari Madiun. Menurutku anaknya cukup manis, tapi aku nggak pernah bisa diandalkan dalam membuat penilaian tentang orang-orang. Contohnya, orang itu bisa aja manusia paling baik di mata masyarakat tapi karena dia mengatakan bahwa unicorn itu tidak nyata maka menurutku dia orang paling jahat di seluruh jagat raya.

Oke aku melebih-lebihkan tapi senggaknya kalian mengerti maksudku!

Oh ya, dan meski nilaiku nggak ada satupun yang mencapai IPK sempurna (paling tinggi 3.8) berbeda dengan temanku yang mendapat nilai 4.0, aku toh masih hidup! Nilai bukan segala-galanya, tahu. Dan aku bersebelahan dengan kelas IIS 2 yang, omong-omong, super berisik dan kami cuma dibatasi oleh sekat tripleks yang bahkan tidak mencapai langit-langit. Ooh I so hate high school. Eh nggak juga sih, tapi kalian harus mengakui bahwa empat belas orang melawan tiga puluh sembilan orang dalam membuat keributan jelas menyebalkan. Kami kan kalah telak!

Dan kurasa tidak ada lagi yang harus kusampaikan kecuali bahwa aku sudah memiliki dua cowok baru. Bukan pacar, bukan--sayang sekali. Mereka adalah tokoh rekaan. Tapi sial, mereka ganteng banget! Tapi terserahlah. Why fall in love when you can fall asleep. Yang mengingatkanku pada sesuatu: aku kemungkinan bakal jadi ibu paling payah di dunia. Kalau di hari sekolah anakku bangun dan bilang, "Ma aku gak mau sekolah aku mau tidur seharian," mungkin aku cuma bakal ketawa dan menyelimutinya dan menutup gorden dan mematikan lampu.

Setelah itu, jelas aku sendiri kembali ke tempat tidurku sendiri.

OKE BAIKLAH dan kesadaranku baru saja mengendap menyatakan bahwa kalau ini tahun 2014 berarti a) tahun ini umurku enam belas tahun b) 2012 itu dua tahun yang lalu serta c) hei kalian inget gak waktu kita semua mati Desember 2012 yang lalu?

Dulu aku selalu mengira bahwa mereka yang telah berumur 16-17 tahun sangatlah tua dan merupakan orang dewasa yang belum mencapai usia 20 tahun. Tapi lihat aku dan lihat teman-temanku! How wrong I was! Neko yang udah mau 18 tahun aja masih... well... Neko. Jadi kurasa umur benar-benar hanyalah angka dan huruf.

Sampai bertemu lagi, kawan-kawanku yang baik. *naik ke punggung unicorn* *terbang* *meninggalkan jejak pelangi dari dubur unicornku*

N.B: omong-omong, ini posting ke-150. Hore untuk blogku!