Begitu keras hingga akhirnya Nao memutuskan meninggalkanku.
*
"Hai Toriii," sapa Nao saat Tori lewat untuk kedua kalinya, kali ini tangannya memegang boks makanan. Di belakangnya, Annisa dan Diana mengikuti. Melihat gelas plastik berisi cairan coklat dalam gelas Annisa, aku sontak menyeringai.
"Mau majak!"
Annisa menjerit kecil lalu berlari, dengan penuh semangat aku mengikutinya. Saat aku berhasil menjajarinya, akhirnya ia menyerah sambil tertawa dan menyodorkanku bubble drink rasa coklat itu, yang tanpa tahu malu kusedot banyak-banyak.
"Udah! Udah!"
Aku mengeluarkan suara yang mirip tawa dari dadaku, karena mulutku penuh. Aku mengerucutkan bibir dan memberinya kecup jauh dan berbalik. Diana mengangkat bubble drink miliknya yang berwarna biru dan - seharusnya - memiliki rasa bubble gum. "Dilla, mau sabun?"
"Ew," aku mengerutkan wajah jijik. "Gak. Makassih."
Diana tertawa dan masuk ke kelasnya. Saat aku kembali duduk di hadapan Nao di depan lab. kimia, ia sedang menyuruh Tori masuk kelas.
"Udah, makan sana," ujar Nao sambil mengial ke arah kelas Tori.
"Oke," jawab Tori pelan sambil tersenyum.
"Aku berasa tua tau kalau sama dia," Nao mengempaskan punggungnya ke tiang tembok (atau apapun itu namanya). "Soalnya dia tuh sering merhatiin orang, kan. Orang ngobrol, ngumpul, atau ngapain, dia ikut. Terus dia nemeniiin aja terus, sampe lupa makan. Makanya kusuruh makan."
Aku hendak menyahut, mengatakan sesuatu tentang Kamu induk ayamnya Tori ciap ciap tetapi kemudian speaker berbunyi dan suara seorang wakasek menggema ke mana-mana. Suaranya dipantulkan dari satu sudut ke sudut lain di ruang terbuka ini hingga kami tidak bisa mendengar apapun. Meskipun begitu, mereka yang berada cukup dekat dengan kelas-kelas sontak mendekati pintu untuk mendengar pengumuman itu.
Begitu keras, jika sang malaikat meniup trompet tanda kiamat telah datang pun tak akan terdengar.
Nao kembali padaku dengan mata berseri-seri. "Pulang!" katanya. "Sekolah dibubarkan!"
"Pulang!?" aku melonjak. "PULANG?"
Aku ikut bersorak-sorai bersama wajah-wajah yang hanya kuketahui namanya satu persen dari keseluruhan, dengan mereka yang tidak kukenal namun untuk lima menit yang singkat itu kami semua satu kesatuan yang padu.
Karena kami semua gembira sekolah dibubarkan.