Saturday, 5 July 2014

C:

Jadi, sekarang adalah bulan Ramadan, bulan suci bagi umat Islam. Dan ada hal yang menggangguku soal bulan ini, mungkin udah jalan beberapa tahun (paling dua-tiga tahun :v).

Muslim Indonesia tuh, manja banget, ya?

Bayangkan, cuma karena mereka - kami - berpuasa, jendela-jendela dan pintu rumah makan/restoran/warung harus ditutup. Beberapa bahkan tutup total (terutama model kayak usaha pribadi). Um, oke, usaha rumah makan pribadi itu memang mengandalkan mereka yang nggak puasa, jadi waktu weekend bakalan tutup (soalnya nggak pada kerja, jadi gak pada istirahat siang... ngerti tak?). "Lokalisasi" (kalau kalian ngerti maksudku) dan tempat orang membuang-buang uang mereka berharap peruntungan bisa mengembalikan uang mereka berlipat-lipat (dan biasanya gagal, karena bandar yang menang banyak - iyalah!) harus ditutup. Orang gak boleh makan di muka umum.

Semuanya atas nama "toleransi".

Whoa, wait a sec, bud. Jadi maksudmu, karena kamu nggak boleh makan dan minum dari matahari terbit hingga matahari terbenam, maka orang lain pun nggak boleh - setidaknya nggak di depanmu? Hanya karena kamu diperintahkan untuk menahan nafsumu dari matahari terbit hingga matahari terbenam, maka orang lain pun nggak boleh melampiaskan nafsu mereka?

Wow, ternyata Muslim adalah orang-orang egois. Yah, senggaknya Muslim Indonesia.

Ada sebuah opini yang mengatakan bahwa hal seperti itu terjadi karena Muslim di Indonesia merupakan kaum MAYORITAS. Dan hal itu membuat mereka merasa that they can get away with anything. Istilah lainnya, ngelunjak.

Dikasih hati, minta ampela! Oalah, rupanya dia tukang bubur yang belum juga naik haji!

He he.

But let's be real. Banyak hal dilakukan atas nama agama throughout the history. Beberapa buruk, beberapa lainnya lebih buruk (eh?). Dan pembentukan ormas-ormas seperti *uhuk* mereka yang mengaku membela Islam *uhuk* sama sekali tidak membantu. Yang miris adalah, semakin banyak orang yang beranggapan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kekerasan.

Aku bukan seorang ahli agama (hell, aku bahkan nggak yakin kalau dites sekarang, aku bisa menyuarakan bacaan salat dengan benar!), so I won't go deep in that. Tapi, yang kutahu dan selalu diajarkan padaku adalah bahwa Islam merupakan sebuah agama yang penuh cinta dan mencintai kedamaian (love thy neighbor... eh salah subjek). Islam bukanlah agama yang mencintai kekerasan apalagi perang dan pertumpahan darah. Muslim hanya akan berperang jika mereka dikonfrontasi duluan dan jika memang harus (istrimu diculik pria dengan nama seperti ibukota Prancis? No need for a war, Bung! Lagipula istrimu jatuh cinta pada pria itu). Dan kurasa, di negara-negara tempat di mana Muslim merupakan kaum minoritas, tingkah mereka nggak seperti Muslim mayoritas di sini deh. Although aku belum pernah meet one in person. Tapi ayo kita berpikir secara logis.

Logikanya begini:
Muslim minoritas akan jauh lebih menghormati non-Muslim, mereka kan, kaum minoritas. Tahu diri dong. Muslim minoritas rasanya nggak akan deh mengomeli kaum non-Muslim kalau makan/minum siang hari bolong waktu mereka lagi berpuasa. Duh.
Muslim Indonesia akan jauh lebih keras berkoar-koar tentang toleransi dan menghargai sesama. Maksud mereka adalah, "Kami sedang berpuasa jadi kamu juga harus ikutan puasa karena itulah maksud dari toleransi". Sad but true.

Banyak yang tidak menyadari bahwa toleransi berlaku dua arah. Kalau seorang tetanggamu yang non-Muslim sedang beribadah atau berdoa atau apapun yang berhubungan dengan kegiatan keagamaannya lalu kamu mengganggu, maka kamu berperilaku intoleran. Tapi kalau mereka protes padamu, ya hakmu dong untuk menyetel musik keras-keras. Salah mereka karena beribadah di sana, ya kan? Persetan dengan agamanya.

TAPI.

Ketika kamu sedang tidur siang menunggu waktu berbuka kemudian tiba-tiba tetanggamu mengadakan acara keluarga yang RIBUTNYA MINTA AMPUN, kamu berhak protes. Oiya dong, kan kamu lagi puasa, lagi menjalankan perintah Tuhan sekaligus beribadah. Udah sabar-sabar nahan diri, ehh ini malah nyulut amarah. Gak tau ya, kamu lagi puasa? Dasar nonis gak tau diri! Tuh kan, gara-gara dia mengganggu tidur siang merangkap ibadahmu, kamu jadi marah-marah. Hilang deh, pahala puasa yang susah payah kamu kumpulkan. Dasar tetangga kafir!

:)

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, tapi juga bulan paling sulit. But if it's worth it, it won't come easy. Kamu harus bersabar, menahan diri, menahan nafsu, menolak godaan. Tapi mereka yang membuatmu kesal, makan/minum di hadapanmu, mengonsumsi alkohol, dan menggodamu bukan serta merta setan. Ingat, setan sejati itu ada di dalam dirimu sendiri. Lagipula, kan setan dikurung selama sebulan ini di penjara, main gapleh sama eSDeA. Mereka yang membuatmu tidak sabar menantikan waktu berbuka bukannya berusaha menjegalmu dari ibadahmu. They're just simply living their life.

Selamat bulan Ramadan, semoga para Muslim Indonesia bertengkorak superkeras yang merasa diri mereka patut dinomorsatukan karena mereka MUSLIM MAYORITAS bisa mikir dikit.

Mohon maaf sekecil-kecilnya. C;

N.B: Judul dan huruf terakhir yang kutulis itu emot (putar layarmu ke kiri supaya bisa lihat).

No comments:

Post a Comment