Sunday 20 January 2013

Saya tidak tahu arti kata cinta
Lagipula, sebenarnya siapa yang tahu?
Saya selalu berpendapat bahwa,
segala kata sifat--termasuk juga cinta
--adalah kata yang bermakna abstrak
dan berbeda-beda maknanya bagi tiap orang.

Jadi, bagi saya, cinta tidak harus selalu
berhubungan dengan lawan jenis
Cinta, kepada keluarga
Cinta, kepada kawan
Cinta, kepada diri sendiri
Semuanya cinta
Bahkan cinta kepada Pikachu.

Tapi, memang benar
bahwa saat saya
menulis ungkapan ini,
puisi ini,
curhatan ini,
tergantung dari sudut pandang apa
kalian melihatnya,
saya menghubungkannya
dengan lawan jenis saya.

Terus kenapa?
Kalian mau menghakimi saya?
Silakan saja,
saya sudah kenyang dihakimi,
dan dengan bodohnya mau dihakimi
dan mengikuti perkataan
serta pendapat orang lain
saya muak.

Asal kalian tahu,
dulu bagi saya,
pendapat orang lain
adalah segalanya bagi saya.
  Tapi sekarang,
  saya mendengarkan
  tapi saya tak lagi peduli.

Dan yang ingin saya katakan adalah...

Saya mencintai kamu,
  tapi kamu tak peduli
Saya mencintai kamu,
  tapi kamu tidak menyadari bahwa
Saya mencintai kamu,
  apa adanya dengan segala kekuranganmu karena
Saya mencintai kamu,
  yang bermula dari tawa
  yang kamu beri pada saya
  saat saya pikir, mungkin saya tak akan lagi tertawa

Saya mulai mencintaimu,
  tanpa sadar dan tanpa perencanaan
Saya mulai mencintaimu,
  saat kamu datang dan membawa cahaya
Saya mulai mencintaimu,
  ketika kamu memberikan saya tempat bersandar
  seseorang yang cukup saya percaya
  untuk saya tunjukkan air mata saya
  untuk saya curahkan keluh kesah saya
  dan
Saya mulai mencintaimu,
  manakala kamu merangkul saya
  tanpa banyak bicara,
  tanpa penghakiman,
  hanya penerimaan

Tapi hati saya hancur,
  saat saya melihatmu bergandengan
  tangan dengan gadis lain
Hati saya hancur,
  begitu lebur hingga rasanya gak mungkin disatukan kembali
Hati saya hancur,
  tapi apalah daya,
  kamu memang tak pernah menjanjikan
  apapun kepada saya yang lebih
  daripada sahabat tempat bersandar
Tetap saja hati saya hancur,
  terutama ketika matamu, wajahmu
  berbinar membicarakannya

Kamu tak pernah menyebut nama
Dan saya membawa itu sebagai pegangan,
  panduan
Ke dalam mimpi dan angan saya,
  bahwa mungkin,
  mungkin,
  saya adalah gadis yang kamu maksud
Tapi hati kecil saya tahu
Bukan saya
Dan tidak akan pernah menjadi saya.

Lalu gadis itu mematahkan hatimu
Kau sakit,
  kau hancur,
  kau kacau
Aku jahat,
  aku egois
Karena diam-diam senang

Aku memanfaatkan saat terlemahmu
Aku menunjukkan segala sisi baikku
Aku mengarang beberapa di antaranya
Tapi kamu tahu,
  kamu selalu tahu
Kamu mengenalku terlalu baik
Tapi tidak terlalu baik
  untuk jatuh hati padaku
  kala itu
Itu membuatku sadar,
  aku tak perlu menjadi orang lain
  ketika berusaha mendapatkan simpatimu
  aku sudah mendapatkannya
  sebagai sahabat dan pengganti adik
Itu menyedihkan
Aku menyedihkan
Pada akhirnya...
  kamu yang merangkul aku
  padahal seharusnya
  aku yang merangkul kamu.

Pada akhirnya aku selalu menjadi beban
Aku tahu, aku sadar bahwa aku adalah beban
Aku menuntutmu untuk mendengarkan aku,
  tapi tak mau mendengarkan kamu
Aku memintamu untuk menemaniku,
  tapi tak mau menemanimu
Aku ingin kamu selalu memelukku,
  tapi aku tak pernah memelukmu

Dan tetap saja kamu berkata bahwa aku baik,
  bahwa aku cantik,
  bahwa aku tidak serapuh kelihatannya,
  bahwa aku mandiri,
  bahwa aku tidak egois
  bahwa aku teguh

Sementara aku tahu sebenarnya aku jahat,
  aku buruk rupa,
  aku begitu rapuh,
  aku sangat manja
  aku teramat egois,
  dan aku labil

Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya
Disanjung, dipercaya, diyakini
Sampai aku bertemu kamu
Tapi aku tidak cukup baik untuk kamu
Kamu menerima orang apa adanya
Aku menerima orang ada apanya

Tapi memang kamu adalah orang pertama
Yang berhasil menembus perisaiku
Yang berhasil memulihkan tawaku
Yang berhasil menjungkirbalikkan aku
Yang berhasil... membuatku menerima seseorang apa adanya
Kamu.

Tapi kamu membiarkan hati saya hancur
Sementara saya tidak dapat
  memaksa agar sisa hati yang berserakan
  itu membencimu
Kamu memutar otak saya 180 derajat
Buktinya?
Saya tak fokus antara saya-aku-saya

Setiap tahun
Setiap bulan
Setiap minggu
Setiap hari
Setiap jam
Setiap menit
Setiap detik
Selalu kamu
Yang mengisi
Pikiranku.

Just Stop!

Sometimes, all you have to do is just stop.
Stop talking.
Stop thinking.
Stop moving.
Anything, but stop breathing
because we all know that you'll die
if you stop breathing, I mean.

Inhale, exhale.
Give it a rest,
don't force yourself too far.
We know that your creativity
is unlimited
but all of that is inside
a body with limited energy.

Stop giving a fuck to what other people thinks.
They're not your judges,
they just act like they are.
No one ever has the right
to judge other people.
If they think they have,
then, for God's sakes, they're idiots.
Oops, I was judging!

Sorry for that,
technical error.

Anyway,
Sometimes you just have to stop
from doing anything
and enjoy your life.

We are all doing what we have to
but no one could works without rest
unless maybe Japanese.
No racism.

Sometimes, we're moving too fast
Running too fast
that we couldn't take a look around
that we didn't realize how incredible
life around us are.

Stop complaining!
Complaining without doing,
is nothing.
You can never get anything from that.
You are blessed,
there's reason why you're living
a life you're living right now.

Stop looking for reasons,
because reasons
will not lead you to
promotions.

TEEHEE.