Tuesday 25 September 2012

Berbicara Sendiri = Sakit Jiwa?

Topik ini kembali kuangkat (habis, lama gak apdet dan gak tau mau nulis apa sih, hihi :p).

Jadiii yang udah pernah baca blog post-ku yang berjudul Kejiwaan ayo acungkan tangaaaann!

*Penonton seketika hening*

Oke, krik mengheningkan cipta, mulai.

Kalau ada yang belum baca, monggo dibaca dulu. Kalau udah... yaa baca aja lagi kali-kali lupa, hihi.

Oh ya, selain karena kebetulan aku gak tau mau nulis apa aku lagi pengin ngangkat topik itu, aku juga agak-agak terinspirasi gitu dari statistik pengunjung blog. Ada yang dateng setelah searching entah di search engine mana dengan kata kunci, "Kebiasaan anak suka berbicara sen..." Aku gak bisa liat kelanjutannya, tapi kuasumsikan maksudnya adalah, "Kebiasaan anak suka berbicara sendiri," dan diketik oleh guru atau orangtua atau wali anak yang memiliki murid/anak/anak perwalian yang suka bicara sendiri. Kenapa? Karena ada kata "anak". Kalau remaja sebaya pasti akan menggunakan kata "orang". Kecuali, yah, dia merasa dirinya itu gak berada di jalur yang benar dan berpikiran itu cuma terjadi pada anak-anak sampai usia remaja aja. Mungkin, mungkin.

Omong-omong, percaya deh, semua orang itu berbicara sendiri.

Ada yang cuma di salah satu fase hidupnya (umumnya antara anak sampai remaja), ada yang dalam beberapa fase hidupnya (sekitaran anak-remaja sampai young adult--duh istilah Indonesianya apa ya? Pokoknya yang umurnya 20-an gitu deh!). Orang dewasa gimana? Pasti mereka juga pernah berbicara sendiri, bahkan bisa jadi mereka masih berbicara sendiri. Aku, secara jujur menyatakan, belum pernah ada--atau setidaknya aku belum pernah menemukan--studi yang menunjukan perilaku berbicara sendiri pada anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa. Tapi logikanya begini: Semua orang pasti pernah berbicara sendiri. Jangan tanya padaku soal Nabi dan Rasul, zamannya udah jauh banget, tapi manusia abad 15 ke atas pasti pernah berbicara sendiri.

Pertanyaan: Biasanya kalau kamu bicara sendiri tentang apa?

Yakin deh, gak ada yang aneh tentang itu, selama masih dalam standar batas "normal". Normal itu relatif. "Normal"ku belum tentu sama dengan "normal"mu. Pun tingkat kenormalan bagimu belum tentu sesuai dengan tingkat kenormalan masyarakat. Tapi soal standar masyarakat kita bahasnya kapan-kapan aja (baca: kalau aku lagi gak ada kerjaan banget baru kita bahas ._. Wkwkwk). Oh ya, pertanyaan yang kuberi itu gak perlu kamu jawab padaku, cukup kamu jawab ke dirimu sendiri aja. Sekadar pertanyaan retoris gitu. Yah, maksudku, kalaupun kalian mau jawab padaku, emang gimana caranya? Mending kalau punya akun Google atau akun apalah, bisa komen. Kalau nggak?

Kalau aku, biasanya aku berbicara sendiri itu kalau lagi membayangkan sebuah cerita, atau memperbaiki hal-hal yang udah kulakukan dalam satu hari, makanya kalau ditanya kapan biasanya aku berbicara sendiri, aku pasti jawab di penghujung hari. Karena pada saat itu apa yang udah kulakukan bisa kutelaah dan kupelajari lagi, terkadang aku tambahi bumbu penyedap biar makin seru, dan pada saat itulah aku seringkali berbicara sendiri. Yaaah sekadar dialog antar tokoh gitu deh. Kalau lagi membayangkan (atau memvisualisasikan imajinasiku, terserah yang mana) aku juga suka bikin percakapan antar pelaku. Yang ini bisa kapan aja, tapi ya biasanya di penghujung hari juga.

Jangan mengecap orang yang suka berbicara sendiri itu sebagai orang yang memiliki penyakit kejiwaan, karena memang nyatanya begitu; semua orang pasti pernah berbicara sendiri. Beberapa mau mengakui, dan beberapa lainnya tidak. Sering atau tidaknya seseorang berbicara sendiri memang pastinya tidak sama antara satu individu dengan individu lainnya. Mengapa? Aku sendiri tidak tahu. Tapi yang pasti, manusia yang memang diciptakan berbeda satu sama lainnya akan selalu memiliki hal yang berbeda dengan manusia lainnya. Jadi gak akan pernah sama, gitu? Nggak juga, kesamaan pasti bisa terjadi, seperti misalnya dalam mode ataupun ide (terutama untuk ide yang juga terilhami dari satu hal yang sama). Tapi dalam pemikiran, kayaknya perbandingan untuk kesamaannya itu 1:100.000.000. Kenapa kayaknya? Ya emang siapa gue...

Sampai saat ini, satu-satunya pemikiran logis yang kudapatkan untuk alasan seseorang suka berbicara sendiri dengan taraf yang masuk pada "sering"--yah, katakanlah, delapan hari seminggu tapi gak 24 jam full--adalah karena satu faktor: Kesepian.

Um, analogi mudahnya begini: Manusia makhluk sosial -> membutuhkan teman berbicara -> tidak ada orang yang bisa diajak bicara -> berbicara sendiri.

Hah? Apa? Itu bukan analogi? Oh jadi itu bagan ya? Whut? Bukan juga? Ya apa aja deh, pokoknya begitu!

Aku sendiri orang yang pernah kesepian DITAMBAH tidak memiliki kemampuan sosialisasi yang memadai DITAMBAH tidak terlalu berminat untuk bergaul di dunia nyata. Aku bukan seorang yang tergila-gila pada gadget alias gadget freak, tapi aku memang lebih tertarik untuk bergaul di dunia maya. Kenapa? Karena di dunia maya kita bisa menjadi siapa saja dan apa saja. Gimana mengenai bahayanya? Antara bahaya dunia maya dan dunia nyata itu sama, intinya: jangan terlalu banyak mengumbar diri. Itu aja kok. Tapi kenapa aku kurang berminat sama dunia nyata? RIBET. Di dunia maya, kalau kita melakukan sesuatu yang gak begitu orang sukai minta maafnya tuh gampang. Tinggal kirim foto/cokelat/bunga permintaan maaf virtual dan selesai. Tapi di dunia nyata? Hiiiiihhh...

Yah, tapi gimanapun juga aku harus masuk ke dunia nyata kan? Dan akhir-akhir ini juga aku nggak begitu berminat lagi sama dunia maya. Jadi gimana? Ya kembali lagi kayak dulu sebelum aku kenal internet (gila, gue emang anak tahun berapa? Berasa tua banget), lebih banyak bergaul dengan imajinasi dan diri sendiri. Untungnya sekarang aku tau passion aku di mana, yaitu di menulis. Dan dengan ingatan yang cukup kuat (meski kadang gak konkret--tapi itu untuk memori dari luar, karena memori dari dalam ternyata konkret-konkret aja tuh) kalau aku gak sempet nulis, masih bisa kutulis nanti waktu sempet. Aku gak tau penulis dan calon penulis lain gimana, tapi kalau inspirasi datang padaku, aku gak membiarkan inspirasi itu mentah gitu aja. Aku olah dulu di pikiranku dibumbui oleh imajinasi. Begitu semuanya lengkap, aku simpan di folder khusus gitu. Eaaak berasa keren banget deh gue! Oh ya, apa yang kutulis selalu persis dengan yang kubayangkan pertama? Nggak selalu, dikarenakan oleh faktor (A) ternyata begitu ditulis kurang sreg dengan itu dan (B) emang udah keselip entah ke mana (baca: lupa) ._. Tapi yang penting intinya masih utuh! Iya gak? #ngeles

Dan, yep, saat membayangkan semua itu, aku berbicara sendiri.

Sebelum aku menulis ini, yaitu saat aku menyusun kata-kata untuk blog post yang ini, aku menyusunnya sambil bergumam sendiri. Dengan tambahan jalan bolak-balik ruang tamu-ruang TV-ruang tamu-ruang TV. Yaah sekadar melemaskan kaki aja siiih dan siapa tau bisa jadi kurus, hihihi.

Satu-satunya cara mengurangi kadar berbicara sendiri adalah dengan banyak bergaul dengan manusia yang nyata. Aku gak menuduh orang-orang yang berhubungan denganmu lewat dunia maya itu komputer atau--lebih parah lagi--tokoh fiksi semata, cuma rekaan. Tapi apa kamu udah pernah ketemu langsung? Belum? Sampai saat di mana kalian ketemu langsung, mereka gak nyata. Orang-orang di sekitarmu yang bisa kamu lihat, sentuh, dan dengar adalah apa yang nyata. Semakin banyak kamu bergaul dengan mereka, maka frekuensi berbicara sendirimu akan semakin berkurang. Apa kamu orang yang sama sepertiku, orang yang tidak begitu berminat karena dunia nyata itu menyusahkan? Kamu gak akan pernah maju kalau selalu mengambil jalan mudah yang, dalam kasus ini, menghindari pergaulan nyata. Aku masuk ke dalam masyarakat (meski masih dalam kadar yang terbatas mengingat aku masih di bawah umur), aku sebal pada mereka, tapi aku bertahan. Jangan pernah lari dari kenyataan. Masyarakat adalah kenyataan. Sejak kapan gue ngomong sekeren ini??? *berasa kayak badass*

Untuk orang-orang yang memiliki orang yang suka berbicara sendiri di sekitar kalian, sebelum kalian menghakimi mereka, kalian harus jujur: Pernahkah kalian berbicara sendiri? Aku yakin hanya beberapa di antara kalian yang akan menjawab YA. Kenapa? Karena manusia ditakdirkan menjadi makhluk sombong yang selalu melihat kejelekan orang lain terlebih dahulu tanpa melihat kejelekan sendiri. Tapi takdir masih bisa diubah kalau kalian mau berusaha, ibaratnya membengkokan tiang listrik oleh satu orang. Sulit, tapi bukan mustahil. Perlu waktu dan kerja keras sebelum kalian mau jujur pada diri sendiri. Sampai saat itu tiba, kumohon jangan menghakimi orang. Baik yang suka berbicara sendiri atau kasus lainnya. Dihakimi itu nggak enak, percaya deh. Dan kalau kalian sungguh-sungguh peduli pada orang-orang yang suka berbicara sendiri yang ada di sekitar kalian, kalian akan berusaha mengajaknya masuk ke dalam pergaulan yang nyata, bukan yang merupakan imajinasinya. Kalau menurut kalian sudah terlalu akut, bawa dia ke seorang psikolog. Tapi HARUS melalui persetujuan darinya. Percuma kalau dianya nggak mau, buang-buang duit tau gak. Mendingan duitnya dipake buat beli red velvet cake #eh

Percaya deh, bicara sendiri itu wajar selama nggak sampai 25 jam sehari, 10 hari seminggu, 45 hari sebulan.

Salam kece.

Wednesday 12 September 2012

IndoHungerGames Anniversary


Yak! Selamat ulang tahun untuk Indo Hunger Games! Fanbase dari trilogi The Hunger Games yang fenomenal, yang berdiri sejak tanggal delapan September 2011. The odds have, and may always be, in your favour! *three fingers salute*
Dalam rangka merayakan ulang tahunnya, IHG (IndoHungerGames) mengadakan event gathering besar-besaran bagi seluruh Tributes yang berada di Nusantara dan dari luar—kalau memang mau—yang bernama...
#IHGAnniversary!
Yap, itulah event besar yang digelar di Bumi Perkemahan Ragunan tanggal delapan September lalu, sejak pukul sembilan pagi hingga lima petang. Jadi bagi kalian yang mungkin kebetulan ada di BPR dan melihat banyak orang-orang yang mengenakan pakaian yang seragam dan sedang saling berkejar-kejaran atau, dalam satu kasus, berteriak-teriak, “Beda seragam, bunuuuhh...!” maka bisa jadi kalian sedang menyaksikan para Tributes beserta Gamemakers dan Roleplayers dari IHG dengan bantuan kak Haddi (anggota IHP—Indo Harry Potter) dan juga beberapa orang crew Indo Capitol yang sedang bermain The Ultimate Hunger Games Experience.
Apa itu The Ultimate Hunger Games Experience? Kalian semua pastinya udah tau dong soal The Hunger Games yang menceritakan dua puluh empat orang remaja yang diperintahkan untuk saling membunuh hingga hanya tersisa satu orang saja. Nah, kami sebagai Tributes (sebutan untuk fans THG) diberi kesempatan untuk mencoba bagaimana rasanya menjadi seorang Peserta Hunger Games yang harus melarikan diri dan menyerang, mempertahankan diri dan membunuh. Dua puluh empat orang dipilih, dan kami dimasukan ke dalam Arena.
Seru!

Satu jam sebelum daftar ulang yang dilaksanakan pukul sembilan, aku udah sampai di BPR, maklum pergi dari Bandung jam lima pagi, jadi kecepetan, hehe. Di sana baru ada satu orang Tribute yang hadir, namanya Adila, anak ToF (Tributes on Fire, BBM Group untuk Tributes), kemudian datang Felya dan Henidar, Tributes juga. Disusul dengan Karindea yang, kalau aku boleh bilang, sama gilanya denganku (HUAHAHA).
Selain Tributes, Panitia yang udah ada di sana seingatku ada kak Intan (Ms. Effie T.), kemudian ada Avox (lupa nama aslinya siapa >.<), kak Kiki (Foxface... kalau gak salah ._.), Imara (@Annie_IHG) dan beberapa crew IndoCapitol. Waktu mulai agak siang, sekitar setengah sembilan mungkin, Mudita (@Peeta_IHG) datang. FYI, dia itu cowok meskipun suka dipanggil Dita. Entah kapan kak Fredy (Seneca C.) datang, pokoknya tau-tau udah ada, entah muncul dari mana; kak Ruly (@Katniss_IHG) juga sama-sama muncul tiba-tiba. Akhirnya panitia yang paling terakhir datang itu tuh Diza (@Finnick_IHG). Kak Ubi (dari HobForYourHope) juga datang kok. Dan kemudian kita semua pada daftar ulang. Kita waktu daftar ulang dibagi masuk distrik mana, diberikan selembar kertas yang kita tuliskan dengan nama ala Hunger Games kita (namaku Lima Romanov), dapat majalah Cinemags (aku dapat poster THG!), kaos hijau yang bertuliskan “Hunger Games 76” (belakang) dan “#IHGAnniversary, 08092012, 76, Tribute” (depan), serta pin IndoHungerGames. Kita semua disuruh ganti baju pake baju yang baru dibagikan dan menempelkan stiker yang bertuliskan nama dan distrik kita. Bagus banget lhooo! Sayangnya, kita gak bisa milih mau masuk distrik mana. Berdasarkan yang kulihat, pembagian distriknya begini:
Pendaftar pertama —> Distrik 1
Pendaftar kedua —> Distrik 2
Pendaftar ketiga —> Distrik 3
Dan seterusnya sampai pendaftar keduabelas —> Distrik 12, kemudian kembali lagi ke Distrik 1. Aku, sayangnya, dapat Distrik 12 padahal roleplay-ku itu Johanna (yang, notabene, dari Distrik 7) L
Nah kemudian kita main permainan pemanasan sekaligus perkenalan, “Catching Fire”. Di sini, kak Fredy/Seneca akan ngelempar bola tenis yang udah diwarnai merah ke seorang peserta, kemudian peserta itu harus memperkenalkan diri dengan nama Hunger Games dan distrik (misalnya kayak, “Nama saya Lima Romanov, dari Distrik 12” atau “Aku Peony Iris, dari distrik 3”). Setelah itu peserta tersebut dipersilakan melempar bola itu ke peserta lainnya, bebas peserta mana. Wow, ternyata Tributes yang datang gak cuma dari JaBoDeTaBek aja lho! Dari Bandung misalnya aku, dan yang dari DI Yogyakarta juga ada! Saluuuut buat IndoHungerGames!
Nah setelah Catching Fire selesai, kita semua dibagi jadi empat kelompok. Kelompok satu isinya Tributes dari distrik 1-3, kelompok dua distrik 4-6, kelompok tiga distrik 7-9, dan kelompok empat dari distrik 10-12. Aku masuk ke kelompok empat, dengan escort kak Intan (yang manis-cantik-unyunya gak nahan :’D). Di sana ada empat pos, yaitu pos Real or Not Real, pos Jabberjay, pos Nightlock Ninja, dan pos Shoot Seneca (aih, suamiku…). Kelompok empat memulai dari pos Real or Not real dengan Kak Ubi (bakar :p) dan kak Ruly di sana.

Pos Real or Not Real.
real or not real.jpg
Pos ini dipandu oleh kak Ubi dan kak Ruly. Di sini, pengetahuan dan kecerdikan kita diuji. Kayak yang kalian lihat di gambar, ada tiga orang yang dipanggil maju ke depan, dan ada kertas bertuliskan nama tokoh yang diselipkan di kepala mereka (kiri-kanan: Foxface, Effie Trinket, Haymitch). Tiap peserta cuma punya lima kesempatan untuk bertanya. Misalnya Haymitch:
Peserta: Dari distrik 12?
Tributes: Real!
Peserta: Perempuan?
Tributes: Not real!
Nah, peserta (biar gampang membedakannya: “peserta” orang yang disuruh maju/bermain game di satu pos sementara “Tributes” adalah sisa peserta lainnya) yang sudah bertanya sampai lima kali, harus menjawab (lebih tepatnya menebak) siapa nama yang ada di kepalanya. Kalau jawabannya benar, peserta mendapatkan tesserae, yaitu kertas untuk memasukan namanya lagi untuk reaping alias Pemungutan, supaya kesempatan dia mengikuti TUHGE (The Ultimate Hunger Games Experience) lebih besar.
Di pos ini aku gak dipanggil maju, jadi aku gak dapat tesserae.
Momen ter-DEMIAPA???: Sewaktu ada peserta yang mendapatkan nama Maysilee Donner. Maysilee adalah kembaran dari ibu Madge, putri walikota distrik 12, yang gugur di Hunger Games entah-keberapa-aku-lupa. Sewaktu peserta bertanya, “Dari distrik 12?” aku menjawab “Not real!” sementara Tributes lainnya menjawab, “Real!”. Aku sampai diledekin sama kak Ruly gak baca bukunya, hahaha…

Pos Jabberjay
 jabberjay.jpg
Oke, dari fotonya, mungkin kalian nggak akan ngerti di sini kita ngapain. Di pos Jabberjay ini, dengan pemandunya Avox (topi merah) dan Diza (cowok di sebelahnya), kita harus menirukan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Avox dan Diza/Finnick. Gampang saja, misalnya, “Katniss *gerakan memanah*, Peeta *gerakan menguleni adonan*, Clove *gerakan melempar pisau*, Peeta *gerakan menguleni adonan*. Katniss-Peeta-Clove-Peeta. Sesederhana itu. Tapi kalau sampai salah, atau ada, “eh… aa… ng…” kita dinyatakan gugur dan dipersilakan duduk. Setelah satu putaran selesai, peserta yang gugur akan diminta untuk ke tengah-tengah lingkaran dan dipersilakan “membalas dendam” dengan membuat gerakan sendiri. Dari sekitar empat belas orang setengahnya udah gugur dan aku masuk tujuh besar. Sialnyaaa ada satu orang peserta yang memberikan gerakan super sulit. Entah urutannya bagaimana, aku juga udah lupa. Katniss-Haymitch-Effie-Haymitch… ah gak tau deh! Yang pasti enam orang gugur dan satu orang berhasil! Jagoan banget. Sebenarnya di pos ini yang akan mendapat tesseraee adalah yang masuk tiga besar, tapi karena cuma satu, jadi yang lain gak dapat tesseraee deh.
Momen ter-DEMIAPA???: Sewaktu di awal, Avox yang kebingungan mau memilih siapa untuk ditunjuk pertama meniru gerakannya dengan tiba-tiba menunjukku. Waktu kubilang pasti Avox berkonspirasi dengan Diza, dengan pedenya mereka menjawab iya. Haduh -_-

Pos Nightlock Ninja
IMG01278-20120908-1148.jpgNaah kalau yang ini adalah pos yang dipandu oleh kak Haddi (mentor, sukarelawan dari IHP) dan, harusnya, Mudita/Peeta. Tapi katanya dia lagi sibuk ngurusin petugas HokBen yang nyasar ke Ragunan padahal acaranya di Bumi Perkemahan Ragunan. Jadi alih-alih Mudita, adanya Foxface dan kak Intan (yang nonton) dan kak Fredy/Seneca (yang mendokumentasikan).
Peraturannya sederhana. Peserta diminta membuat sebuah lingkaran dan dengan satu kaki yang berada di depan dibuat serapat mungkin dengan kaki peserta lain. Dalam hitungan, satu, dua, tiga, NINJA! peserta harus melompat ke belakang satu langkah dan mematung. Kak Haddi akan menunjuk satu orang yang kemudian harus menyerang lawan di sebelahnya—satu kali serangan saja. Dan yang diserang adalah bagian tangan tanpa melewati pergelangan tangan. Sisi, telapak, dan punggung tangan boleh, tapi tidak boleh lewat dari sana. Kemudian peserta akan bergantian saling menyerang, tapi berurutan sesuai dengan arah jarum jam. Setiap peserta yang tangannya kena dinyatakan gugur dan diminta keluar dari lingkaran. Tiga orang peserta yang bertahan sampai akhir mendapat tesserae di sesi pertama, dan sesi kedua hanya dua orang yang mendapat tesserae.
Momen ter-DEMIAPA???: Kalau nggak salah di sesi kedua. Tinggal tersisa lima orang, tiga saling menyerang sementara dua lainnya agak jauh dari mereka, juga saling menyerang. Sewaktu yang satu-lawan-satu (dua orang) akhirnya tumbang salah satu, jarak antara peserta yang tinggal sendiri itu dengan tiga peserta lainnya jauh banget, dan akhirnya tiap giliran dia yang gerak, dia cuma bisa lompat satu kali untuk mendekati, hahaha! Dan saat akhirnya dia sampai, empat orang itu terpecah menjadi dua kelompok yang—lucunya—pertarungannya gak selesai-selesai. Aku bahkan ragu mereka masih ingat bahwa setelah mereka menyerang yang lainnya harus mendapat giliran secara berurutan. Tapi kayaknya pada sibuk sendiri-sendiri, bergilirannya cuma di satu-lawan-satu itu. Jadi terjadi juga di satu kelompok seorang menyerang dan di kelompok satunya juga sedang bergerak. Gak jelas jadinya, tapi seruuu! Dan akhirnya dua orang terakhir mendapatkan tesserae xD

Pos Shoot Seneca
shoot seneca 2.jpgPos terakhir bersama seorang crew IndoCapitol, kak Nuna (err, siapa ya? Lupa ._.) dan Imara/Annie! Di sini kita akhirnya akan menggunakan panah, horee!
Peraturannya gampang kok. Satu orang peserta mendapatkan tiga kali kesempatan menembak plus satu kesempatan mencoba (trial). Trial gak dihitung, tapi kalau panah kita mengenai gambar Seneca itu, kita sudah mendapatkan satu tesserae. Kalau semuanya kena, berarti kita dapat tiga tesserae. Yang bikin sulit adalah kita harus berdiri di belakang garis (maaf gak kelihatan di foto) dan gak boleh melempar anak panahnya (ya iyalah! Dikata maen darts!). Tambahan, anginnya cukup kencang. Kalau aja kitanya memang pintar dalam memperhitungkan jarak sih, kita bisa memanipulasi anginnya supaya meniup anak panah kita yang ditembakkan melenceng dan mengenai gambar Seneca. Tapi sepertinya tidak ada yang mencoba, hahaha.
Momen ter-DEMIAPA???: Waktu giliranku, dengan percaya diri aku memanah di sesi trial. Syuut… kena! Aku udah senang tuh. Eh, taunya, begitu mulai dihitung per tembakan, gak kena. Tembakan pertama, oke, mungkin karena aku belum terbiasa. Tembakan kedua gak kena juga, oke, mungkin itu terlalu ke bawah. Tembakan ketiga masih gak kena, OKE GUE EMANG GAK JAGO MAEN PANAHAN SOALNYA GUE BUKAN ANAK KYUDO OKE SIP.
Dalam hati: *mencak-mencak, lempar tuh busur*
Realita: “Nih Im, makasih ya :D”

Selesai semua pos, kita pada ISHOMAT dulu—Istirahat Shalat Makan. Dari semua pos aku sama sekali gak dapat tesserae—sial. Tapi gak apa-apalah, toh kami semua senang kan, hahaha… Waktu ishomat kita makan dan HFYH (HobForYourHope) bukan stan. Kak Ubi langsung diserbuuu! Aku sendiri, cuma beli sebuah pin Mockingjay seharga Rp54.000,00 dari harga asli Rp60.000,00. Karena barang HFYH udah harga mati yang gak bisa ditawar, semua pasti bertanya-tanya kan kenapa aku bisa dapat potongan harga? Jeng jeng jeng jeng, ternyata di plastik kaos yang dibagikan saat daftar ulang, ada kupon diskon 10%! Satu kupon untuk satu item. Naaah Tributes yang kemarin ngebuang plastiknya emang gak tau, gak sadar, apa gak peduli? Beruntunglah kami yang mungut-mungutin plastik-plastik itu, ohohoho.
Waktu ishomat itu, aku ngobrol sama adik Mudita, namanya Paramita. Dia manggil aku “kakak” lho, awww unyu bangeeeettsss… Kita ngobrolin macem-macem, salah satunya gimana aku bisa kenal sama kakaknya dan juga “kak Diza”. Ya udah aku cerita. Terus selesai ishomat kak Nuna minta tolong Mudita sama Diza untuk bantu dia beli empat dus air mineral lagi karena sepertinya kurang dari yang dibutuhkan. Aku nawarin diri untuk ikut. Agak lama nunggu di warungnya, karena dus-dusnya lumayan berat dan ruang lowong di sana agak sempit, jadi bersusah payah gitu dibawa keluar. Akhirnya kita bawa dus-dus itu ke BPR dan mereka bertiga sempet berhenti sebentar untuk memperbaiki posisi dus di lengan mereka dan istirahat juga. Padahal dari tempatnya IHG ke warung itu gak begitu jauh lho, mungkin 500 m ada sih, tapi gak jauh banget. Cuma emang dusnya berat sih, jadi aku gak bisa nyalahin apalagi nyebut mereka bertiga payah. Aku sendiri pengin nurunin itu dus, kalau bisa ditendang aja sampe ke area IHG, tapi mana bisa. Dan aku takut kalau aku nurunin dusnya aku gak akan bisa ngangkat lagi—hal yang sama kalau aku lagi lari; aku gak berani berhenti karena setelah itu pasti susah untuk lari lagi, jadi mending istirahatnya pas ngelambatin kecepatan aja—terus ini kenapa ngomongin lari?
Yang kocak adalah: Mudita bilang, “Dilla perkasa banget.” HUAHAHAHAHA.
Sesampainya kita di sana, ternyata acara reaping udah dimulai. Aku gak dipanggil di sesi pertama itu. Dua puluh empat orang terpilih, terus mereka diturunkan ke Arena. And let the 76th annual Hunger Games begin!

The Ultimate Hunger Games Experience (sesi 1)
“AYO KARIEEER!!”
“MAJU DISTRIK TIGAAA!!”
“DISTRIK DUA BELAS! DISTRIK DUA BELAS! DISTRIK DUA BELAS!”
“AWAS BELAKANG!”
Yang gak tahan berisik, tutup telinga kalian! Karena sisa Tributes yang tidak terpilih untuk mengikuti TUHGE terus-menerus menyoraki tim jagoan mereka, terutama tim Karier. Teriakan kecewa dan jeritan senang terus terdengar, apalagi kalau bukan ketika ada Peserta yang tumbang. Dua orang mutts (yang sebenarnya dua orang panitia yang menggunakan topi hewan) terus menerus mengejar Peserta, dan sialnya mereka gak bisa dibunuh. Jadi Peserta gak punya pilihan lain selain lari dan menghindar begitu bertemu dengan mutt alias mutan.
Di sini, peraturannya mudah: siapa yang mati, dia kalah. Tapi jelas aja kita gak saling bunuh-bunuhan beneran. Kalau iya berarti aku udah mati, dong. Peraturannya: Tiap Peserta mendapatkan satu glove (sarung tangan) yang dipakai di satu tangan. Jika Peserta A menyentuh kepala/kaki Peserta B, maka Peserta B dinyatakan gugur alias mati. Di Cornucopia tersedia senjata-senjata seperti kapak, trisula, celurit, pisau, bahkan keris yang bisa dipakai membunuh Peserta lainnya dengan syarat (A) senjata berada di tangan yang menggunakan glove ketika menyerang dan (B) senjata mengenai kepala atau kaki Peserta lainnya. Sementara mutt yang gak bisa dibunuh, mereka bisa membunuh peserta lain dengan aturan yang sama; menyentuh kepala atau kaki Peserta, bedanya kalau Peserta cuma mendapat satu glove dan dilarang menggunakan dua, mutts kedua tangannya ber-glove. Jadi bisa bunuh kanan-kiri deh.
Di sini Peserta benar-benar harus mengerahkan segala strategi (bagaimana membunuh lawan tanpa terbunuh), stamina (bagaimana melarikan diri tanpa kehilangan konsentrasi) dan kelicikannya (bagaimana beraliansi dengan Peserta lain alias menjadi tim Karier tetapi setelah itu tega membunuh kawan sendiri). Kalau aku gak salah, di sesi ini tuh akhirnya tinggal tersisa Peserta dari Distrik 3 dua orang dan Distrik 12 satu orang. Kedua Peserta D3 gugur meninggalkan Peserta dari D12 (Artemis Black—apa gitu) menjadi Pemenang. Woohoo! Jadi penonton aja udah seru banget, apalagi kalau jadi Pesertanya!

The Ultimate Hunger Games Experience (sesi 2)
“Ini aku copot aja deh stikernya,” ujar salah satu Tribute, “gak guna, udah gak kepilih ini untuk TUHGE.”
Itu adalah kata-kata salah seorang Tribute yang kecewa karena namanya tidak disebutkan ketika reaping. Tetapi setelah TUHGE sesi 1 selesai, kak Intan dengan baik hati mengatakan bahwa akan ada sesi kedua. Sontak aja Tributes yang awalnya mukanya udah pada suntuk karena gak kepilih bercahaya lagi. “Memang rencananya supaya kalian semua bisa main,” kata kak Intan. Thank you miss Effiiieeeeeee…!
Gak begitu banyak yang bisa aku certain soal sesi kedua ini. Satu, karena memang gak ada bedanya dengan sesi pertama dan dua, karena akunya sibuk ngobrol sama Mita (buat yang lupa, dia adik dari man behind @Peeta_IHG yaaa). Di sesi kedua ini, mutt-nya adalah Mudita sama Diza. Padahal badan mereka berdua itu tinggi besar, tapi begitu make topi beruang dan penguinnya, dan sarung tangan warna-warni udah terpasang, mereka unyuuuu bangeeeet!IMG01288-20120908-1526.jpg
(Kiri: Diza/Finnick, kanan: Mudita/Peeta. Di sebelah mereka itu Cornucopia. Coba perhatiin muka Mudita, sok cool gimanaaa gitu, haha)
Capture23_7_40.jpgMutts unyuuuuuu!
Oke lupakan mutts unyunya, gak penting #jlebb
Intinya, pemenang dari sesi ini… aku lagi-lagi lupa siapa namanya. Yang pasti dia menang tanpa membunuh! Jadi gimana dia bisa menang? Satu-satunya Peserta yang tersisa selain dia dibunuh sama mutt. Anti-klimaks…

The Ultimate Hunger Games Experience (sesi 3)
Nah, kali ini, aku jadi Peserta!
Harusnya aku beraliansi dengan teman sedistrikku. Ini bukan kebijakan dari IHG, tapi rencana awal kita gitu. Tapi begitu kita menempati lingkaran distrik masing-masing, aku berubah pikiran. Dan saat peluit ditiup, aku berlari lurus menuju Cornucopia—bertentangan dengan kesepakatan kami untuk lari menjauh—dan mengambil pisau. Aku langsung lari dari Cornucopia dan, bertemu satu Peserta yang lengah, memegang kepalanya. Dor! Aku membunuh satu Peserta!
Aku lari lagi menjauh, eh malah ketemu mutt. Putar haluan! Ketemu Peserta lain, tapi dia kabur. Aku kejar dan, lagi-lagi, sambil lari kupegang kepalanya. Dor! Aku membunuh dua Peserta!
Sampai sini mungkin bisa dibilang Peserta pertama yang kubunuh itu kuserang dari belakang, sementara yang kedua memang kukejar dia, jadi bukannya kubunuh tanpa sepengetahuannya. Aku gak pengecut lhoh, tapi ini kan TUHGE, dan aku pengin menang, hohoho.
Sayangnya, cuma beberapa saat setelah aku membunuh Peserta ketiga korbanku—yep, dengan cara mengejar-sentuh kepala-kabur—aku ketemu Peserta lain. Coba ingatkan aku, kalau gak salah itu Karindea, salah satu Tribute yang kenalan denganku sebelum pendaftaran ulang dibuka. Senjatanya kena ke kepalaku. Untuk sedetik terpikir bagiku untuk mengelak dan bilang bahwa yang kena itu cuma rambut, gak ke kepala, tapi kami berdua tahu bahwa senjatanya memang mengenai ubun-ubunku. Gimana pun juga aku mati. Yah, tapi udah membunuh tiga orang lah, lumayan.
TUHGE sesi ketiga ini dimenangkan oleh dua orang, keduanya adalah Peserta dari Distrik 4 (pengganti PeeNiss?). Saking girangnya mereka berdua sampai pelukan dong. Selamat yaaaa.

The Ultimate Hunger Games Experience (sesi 4)*
*Panitia menjadi Peserta
IT’S THE BEST SESSION OF ALL! GAMEMAKERS + ROLEPLAYERS VERSUS TRIBUTES!
Awalnya katanya ini seharusnya menjadi sesi khusus Panitia, tapi ternyata Panitia cuma berjumlah beberapa orang—sepuluh, kalau aku gak salah ditambah roleplayers 4 orang—kemudian Pemenang-Pemenang sebelumnya, yang berjumlah empat orang, diminta ikutan lagi, dan akhirnya kak Haddi bilang butuh enam orang lagi. Kita yang awalnya udah bilang, “I volunteer as mutt! Volunteer as mutt!” langsung ganti jadi, “I VOLUNTEER AS TRIBUTE!”
Sengaja pake huruf gede semua biar jelas segimana kenceng dan semangatnya kita tereak.
Daaaaan guess what, aku terpilih lagi dong untuk ini! Woohoo!
Awalnya sih rencana kita biasalaah, bikin aliansi terus ngelawan yang lainnya. Awalnya aliansku itu Karindea, Fahri, dan satu lagi cowok entah siapa aku lupa. Awalanya kita berempat. Tapi kemudian, entah siapa yang mulai, tiba-tiba udah pada bilang, “Bantai para Gamemakers!”
Ya udah seluruh Tribute (biar beda dengan Peserta yang merupakan Panitia) langsung ikutan bilang, “Bantai Gamemakers!”
Diza dan Imara, yang kebetulan cuma seorang dariku—terpisahkan oleh Fahri—bilang, “Eh kita bukan Gamemakers ya, kita bukan Gamemakers.”
Aku, yang dengar itu dengan jelas, langsung teriak, “BUNUH SEMUA PANITIANYAAAA!”
“BUNUUUUUHH!” sahut Tributes yang lain, bahkan Tributes yang cuma jadi penonton.
Aku menyeringai puas pada Diza :D
Entah siapa—yang pasti dia Tribute yang jadi Peserta—bilang, “Beda baju bantaaaaii!”
“BEDA BAJU BANTAAAAAIII!”
BTW, aku udah bilang kan, Tributes dapat kaos sendiri? Nah kalau Gamemakers dari IHG pakai kaos hitam bertuliskan “Indo Hunger Games” dengan gambar Mockingjay yang membawa anak panah dengan bendera Indonesia di paruhnya, sementara Roleplayers pakai kaus hitam dengan tulisan, “Keep Calm Cause We’re Roleplayers and Awesome”, dan crew IndoCapitol kaosnya bisa kalian lihat di foto pos Shoot Seneca. Kakak yang ada di belakang gambar Seneca itu pakai kaos hitam-abu-abu bertuliskan “Crew Indo Capitol”, jadi memang semuanya beda dan gampang lihat mana yang Tributes mana yang panitia. Kak Haddi? Well, aku lupa, tapi kayaknya kak Haddi juga pake kaos warna hijau deh (tapi kak Haddi kan udah ketahuan Panitia sukarela, jadi tetap ajaaa). Dan akhirnya, TUHGE sesi keempat ini tuh terbagi cuma menjadi dua kubu, tanpa ada yang bekerja sendirian, semuanya beraliansi. Kubu apa aja? Kubu TRIBUTE dan kubu PANITIA. Tributes, seraaaaangg!
Sayang waktu main ponselku dititipkan, tapi nanti aku coba minta fotonya ke IHG ya, siapa tau mereka mendokumentasikan juga yang TUHGE sesi 4 J
Pokoknya, yang namanya Panitia itu dikejar habis-habisan. Yang aku takuti justru bukannya kak Fredy/Seneca atau kak Haddi, tapi justru Avox. Kenapa? Gak tau, tapi Avox gerak-geriknya serem banget, penuh dengan aura membunuh ._.
Seingatku—karena aku juga sibuk mempertahankan diri—Avox udah dua kali hampir ngebunuh aku. Sekali waktu pertama kalinya kita papasan di daerah yang pohonnya lumayan rindang (aku bisa mengelak dan kabur), dan kedua kalinya waktu Avox lagi bareng sama Mudita/Peeta, kita papasan lagi. Sementara Tributes yang lain agak jauh di belakang mereka dan udah pada mulai capek juga. Avox sekali lagi ngincar kepalaku, tapi gagal. Akhirnya Mudita dibunuh sama mutt (kak Ubi), sementara Avox dibunuh sama adiknya sendiri yang jadi mutt setelah sebelumnya, kalau gak salah, disudutkan sama satu lagi cowok yang awalnya jadi kawan aliansiku (tapi bukan Fahri). Good job Kiddo! Woo! Kita semua seneng, tapi yang bisa mengalahkan kesenangan atas gugurnya Avox adalah sewaktu kak Fredy akhirnya tumbang. WHOOOOOOO! Kita semua loncat-loncat girang, tapi masih ada yang lainnya, Panitia belum gugur sepenuhnya. Salah satunya, kak Haddi. Keguguran kak Haddi adalah satu-satunya keguguran yang bisa mengungguli rasa senang karena kak Fredy gugur. Gak tau kenapa, mungkin karena pada dasarnya kak Haddi kelihatan lebih lincah dan jago daripada kak Fredy (oke kak Fredy no offense ya :p), tapi kita beneran loncat-loncat kesenengan dan jejeritan girang. Begitu kak Haddi tumbang, Panitia yang lainnya pun menyusul :3
Di sini aku bisa masukin Momen ter-DEMIAPA??? yaitu waktu aku berpapasan sama Diza dan Imara (awalnya juga Roleplayers bikin aliansi sendiri, tapi sejak Tributes bilang, “Beda warna bantai!” mereka juga akhirnya gabung sama Panitia lain), Diza langsung bilang, “Wah, gawat!” lalu putar haluan. Ahaha, itu kocak banget! xD
Setelah semua Panitia gugur, harusnya sih Tributes lawan Tributes. Karena itu begitu kita menumbangkan Panitia terakhir yaitu Avox, aku yang posisinya ada di belakang kelompok dengan cepat menyentuh kepala dua orang Peserta yang ada di hadapanku. “Mati, mati,” kataku.
“Ah!” mereka berdua dengan pasrah kudu melepas sarung tangan, huehehehehe.
Apa yang tidak kuduga adalah ternyata permainannya selesai sampai di situ. Yah, kami semua emang udah pada capek sih. Panitia mungkin capek ngurus acara, tapi selain yang kebagian jadi Mutt, mereka kan gak lari-lari, gak harus mempertahankan diri. Jadi kita minggir dan keluar dari Arena. Kak Intan aja sampe komentar, “Jadi ini tuh bener-bener cuma Tributes lawan Panitia!?”
Oh iya dong kak, ohohohoho.

Acara Puncak
“Tunggu!” panggil kak Intan, “jangan pulang dulu!”
Kak Intan datang sambil membawa sebuah kue dengan gambar Mockingjay yang mengapit sebuah anak panah dengan bendera Indonesia dekat mata panahnya. Di atasnya ada lilin angka satu. Ah iya! Aku hampir aja lupa bahwa alasan utama kita semua ada di sini adalah karena ini ulang tahun IHG! Maaf ya IHG, habis acaranya seru banget sampe lupa tujuan utamanya >.<
Kita semua nyanyi Happy Birthday, kemudian kak Intan ngucapin terima kasih untuk semuanya; 8 followers pertama IHG, orang-orang yang bergabung dan meramaikan IHG, Tributes yang mendukung IHG, Cinemags, dan bahkan Suzanne Collins. “Karena tanpa tante Collins The Hunger Games gak akan ada, dan IHG juga gak akan ada.”
Terakhir, kita semua make a wish. Ada yang bilang, “Semoga event-nya jadi sebulan sekali!”
Kemudian ada yang ngusulin, untuk #IHGAnniversary tahun depan, mendingan di Bumi Perkemahan Cibubur aja. Terus aku protes, “Jangan cuma di Jakarta dong! Ke kota lain jugaa! Bandung gitu, Bandung!” dan Tributes lainnya pada protes, “Jauuuuhh!”
“Ya udah,” kataku akhirnya, “tahun depan di Amerika Utara aja.”
Yang ini malah banyak yang setuju.

Suasana daftar ulang IHG, dengan Roleplayers yang membagikan pin + kaos + majalahIMG01267-20120908-0954.jpg

IMG01268-20120908-0955.jpgIMG01269-20120908-0956.jpgIMG01270-20120908-0957.jpg
Tributes cewek gila; Karindea, Henidar dan Felya.

IMG01272-20120908-1013.jpg
Ki-Ka: (Kalau gak salah) Primrose, kak Fredy (belakang), kak Nuna (depan), dan crew IndoCapitol yang pakai topi beruang ._.

IMG01281-20120908-1336.jpg
Foto bareng kak Fredy yang berpenampilan sebagai Seneca (tapi gak terlalu mirip ._.)! Iyeeeeeeyy…

IMG01284-20120908-1439.jpg
Mulutnya biasa aja mas…

IMG01282-20120908-1421.jpg
Tisu mana tisu!

IMG01292-20120908-1709.jpg
Foto bareng dengan @Katniss_IHG alias kak Ruly. Burem ._.

IMG01293-20120908-1709.jpg
Bersama kak Intan alias miss Effie! Awawawawaw!!

IMG01294-20120908-1710.jpg

IMG01295-20120908-1711.jpg
Potong kuenya, potong kuenya, bagi ke aku sekarang juga, sekarang juga~

IMG01291-20120908-1708.jpg
Foto bersama @Finnick_IHG dan @Annie_IHG. Kenapa Diza dan Imara kalem sementara gue gila sendiri…

IMG01290-20120908-1707.jpg
[DI]versity formasi penuh! Uwooohh… aku pendek bangeeet!

IMG01313-20120908-2301.jpg

HAPPY VERY FIRST ANNIVERSARY INDOHUNGERGAMES! MAY THE ODDS WILL ALWAYS BE IN YOUR FAVOR!

Thanks to:
@IndoHungerGames
[@Katniss_IHG
@Peeta_IHG
@Finnick_IHG
@Annie_IHG]
@IndoCaptiol
@HobForYourHope
@IndoHarryPotter (especially kak Haddi yang udah mau “mengorbankan” diri)
Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta

Follow me on Twitter!
@AdityawhXo
@D7_Johanna





Atas cacat post ini, saya meminta maaf. Akan berusaha diperbaiki secepat yang memungkinkan. Saya juga mohon maaf apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau apabila ada salah kata, baik yang disengaja maupun tidak. May the odds be ever in your favour.