Sunday 25 November 2012

Berlarilah

Aku ingat ketika mulut mungilmu berkata,
“biarkan aku berlari”
dan kau menghentakkan kakimu ke tanah
dan bersikeras kalau kau mampu
          Kemudian aku akan menyanggah
          dan kau akan berkata bahwa
          aku terlalu tua untuk mengerti
          dan kubalas kau terlalu muda untuk memahami
     Sayang, biarkan mama menjagamu
     kau tak peduli
     kau hanya ingin berlari
     kau hanya ingin pergi
     entah bagaimana,
     keinginanmu itu menyakiti

Mama, aku ingin pergi
aku ingin melarikan diri
dari mimpi buruk mengerikan
yang selalu menghantui dalam
setiap malam yang mencekam
          Ma, aku tidak akan melupakanmu
          bagiku ketakutanmu tidaklah rasional
          makhluk terkutuk macam apa aku,
          dapat melupakan makhluk seindah dirimu?
     Seolah
     kau tak ada arti
     lebih bagiku
     tidak, mama
             
Aku berharap mama dapat mengerti
              Mama berharap kau mau mengerti
          bahwa kekanganmu terlalu menyesakkan...
     bahwa kekhawatiran ini menyakitkan...
              Aku hanya ingin mama mendengarkan
              Mama hanya ingin kau dengarkan
          keinginanku untuk bebas dan lepas...
     kenyataan dunia luar tak seindah yang kau bayangkan...

Aku ingat saat mulut mungilmu berkata,
“aku mau pergi. aku benci di sini”
lalu kau akan memberontak
menendang
menggigit
melawan
mencakar
          Kemudian kau tak lagi mungil
          dalam sekedipan mata,
          kau menghilang digantikan
          oleh sosok dewasa
     Kau masih ingin pergi
     kau masih ingin berlari
     sayang, bisakah kau menjaga diri?

Aku bisa, ma
aku tidak mengerti
kenapa kau meragukan
keyakinan yang kumiliki
seolah kau ingin aku goyah
lalu kau akan menyanggah
          Ma, aku mulai muak dengan pola ini
          aku berbicara
          kau berbicara
          aku menjelaskan
          kau menolak
          aku mendengarkan
          kau menuduhku tak mendengar
          kau tak mendengarkan
          kau tak mengizinkanku bicara
     Kau semakin tua
     dan semakin egois
     dan semakin keras kepala
     dan semakin mengurung
     jadi maafkan keputusanku, ma
     aku akan pergi
     aku akan menggeliat
     kemudian merangkak
     kemudian berjalan
     kemudian berlari
     dan akhirnya terbang
     menjauh
     darimu
     dari sangkar emasmu
     dengan satu kelupas emas
     yang kubawa tanpa sepengetahuanmu
     semata karena tak ingin melupakanmu
     tapi ingin lepas darimu

Sayang, mama terima suratmu
maafkan mama karena selama ini
telah membutakan mata
menulikan telinga
dan melepaskendalikan lidah
pergilah
          Pergi dan jangan kembali
          jangan kembali sebelum
          saat ketika kau tak lagi terkungkung
          lupakan mama, sayang
          kalau mama adalah beban
          tapi maafkan mama
          kalau mama tak dapat melupakan
          tawamu
          seringaimu
          celoteh riangmu
          argumenmu
          kekeraskepalaanmu
          kebaikanmu
          keburukanmu
          segala hal tentangmu
          maafkan mama karena
          mama tidak bisa menghapus
          kenangan
          dan rasa
          bahwa kau gadis kecil mama
     Jangan merangkak terlalu cepat
     mama takut kau akan melukai lututmu
     jangan berjalan terlalu cepat
     mama takut kau akan tersandung
     jangan berlari terlalu kencang
     mama takut kau akan terjatuh
     jangan terbang terlalu tinggi
     mama takut kau akan
     jatuh
     jatuh
     jatuh
     jatuh
     dari langit yang tinggi
     menembus lapisan bumi
     dan tak dapat bangkit kembali...
     dan mama tak akan ada di sana
     untuk membantumu bangkit
     karena keberadaan mama
     telah kau tolak sebelumnya

Ma, aku telah merangkak
aku telah berjalan
aku telah berlari
dan aku telah terbang
          Aku telah mendapat yang kuinginkan
          aku telah menggapai yang kucita-citakan
          apa yang tidak kumiliki kini?
          tapi tidak ada yang berarti
          tak ada siapapun yang bisa
          kuajak berbagi
     Ma, aku kangen mama
     dulu aku jengah dengan keberadaan mama
     kini aku mengiba agar bisa bersama mama
     ma, apa aku dimaafkan?
     karena bahkan setelah aku berlari,
     mimpi buruk itu tetap mengikuti
     aku lemah tanpa pertahanan
     kecuali keinginan untuk
     menyelamatkan diriku sendiri
     sekarang baru terpikir,
     apa mungkin mama juga dihantui
     oleh mimpi buruk yang sama?
     ma, kau tak pernah egois
     kau tak pernah keras kepala
     kau tak pernah mengurung
     kau melakukan segala hal untukku
     kau benar tentang kesalahanku
     kau hanya berusaha melindungiku
     maaf karena aku berusaha lari darimu, ma
     boleh aku buang segala kesuksesanku
     demi kembali kepadamu?

Sayang, mama terlalu tua
dan sudah terlalu renta
untuk mengejarmu
mama masih di sini
mama masih menunggu
kapan pun kau berlari
lengan mama selalu terulur
untuk menyambut dan memelukmu
          Tapi mama minta maaf
          karena ternyata mama memang
          tidak mau mendengarkan
          tidak mau mengerti
          duniamu yang serba cepat dan instan
          tapi sayang, sekarang mama siap
          untuk mendengarkan dan mencoba mengerti
     Jadi sayang,
     kapan pun kau mau
     kapan pun kau sempat
     mama sudi mendengarkan
     segala hal tentang
     duniamu yang penuh keajaiban
     dan gemerlap kesuksesan

Gomeen...!

Gomenasai! Maaf! I'm sorry! Sepertinya karena koneksi internet yang kacau, sebuah post berjudul, "Aku Bermimpi..." telah ter-post beberapa kali. Sekali lagi muaaaaafff banget, kesannya kayak aku blogger maruk yang pengin memperbanyak isi blog tanpa beneran usaha. Yang tadi itu adalah murni sebuah kecelakaan. Totally an incident. Semoga kalian nggak kapok main ke sini m(_ _)m

Aku Bermimpi...


Aku bermimpi berada di sebuah mall. Kukira aku sedang berada di sana bersama dengan teman-teman bimbelku, aku mengenakan kaus lengan panjang warna hitam yang pas di badanku, sabuk berwarna putih polos yang gaya, celana denim biru tua dan boots sebetis berwarna cokelat. Setidaknya seingatku begitu. Tapi kemudian terjadi kekacauan entah apa. Yang kuingat aku membanting tubuh seorang temanku ke dinding metal dan menuduhnya dalang di balik segala kekacauan ini. Kami terpencar. Gadis yang kutuduh mengejarku, dan salah seorang satpam mendapatinya sedang melakukan hal yang sama padaku seperti yang sebelumnya kulakukan padanya satu lantai dari tempat kami semula berada. Gadis itu kabur sebelum satpam itu dapat menjangkau kami dan aku, yang tahu bahwa meskipun di matanya aku tak bersalah akan tetap dibawa ke kantornya untuk mengorek keterangan kenapa kami berkelahi di mall, juga berlari pergi. Satpam itu mengejarku. Lantai mall itu licin, aku kesulitan berbelok, tapi toh entah bagaimana aku sampai di lantai dasar. Ada satpam lainnya, secara mengejutkan wajahnya mirip dengan pak Joko Widodo. Tapi aku tidak terkejut, heran, ataupun geli. Setelah dipikir sekarang, dalam mimpi bisa terjadi apa saja, kan? Aku ingat berpikir tentang satpam yang mirip pak Jokowi itu, “Padahal tiga tahun lalu masih ramah dan santai, sekarang kelihatan lebih siap dan siaga,” seolah aku mengenalnya. Bagaimanapun juga, aku masih tetap bermain kucing-kucingan dengan gadis tadi, dan aku ingin segera keluar dari tempat ini. Aku mulai berlari menuju pintu keluar tepat saat aku melihat gadis itu berada di seberang ruangan. Aku kembali bersembunyi di balik elevator sebelum ia melihatku. Gadis itu berjalan, tampaknya masih mencariku, dan jarak kami hanya tinggal beberapa meter lagi. Akhirnya aku nekat berlari melewati satpam “Jokowi” yang tampak siaga saat melihat gadis itu. Saat aku berlari melewatinya, satpam “Jokowi” tampak seolah memberiku jalan dan alih-alih menahanku, ia mulai mengikuti gadis itu. Aku berlari keluar. Aku tidak menoleh ke belakang tapi aku merasa seolah aku diikuti. Mungkin gadis itu. Aku tidak tahu kenapa aku berpikir begitu, kemungkinan besar karena ialah yang tampak begitu bernafsu ingin mendapatkanku. Secara ajaib pakaianku berubah menjadi kaus tanpa lengan, celana denim panjangku berubah menjadi denim pendek dengan warna biru yang lebih muda dan boots berubah menjadi sepatu keds yang nyaman digunakan berlari (meskipun aku tidak merasakan apapun dari fisikku, tidak bahkan saat gadis itu membenturkan tengkorakku ke dinding). Kemudian aku mulai berlari.
     Seingatku, ada cukup banyak mobil yang lalu-lalang, tapi saat aku melewati sebuah perempatan, mobil-mobil tampak berkurang drastis menyisakan hanya satu atau dua mobil yang terkadang lewat di jalan raya satu arah yang begitu besar. Kalian yang orang Bandung mungkin bisa membayangkannya sebagai jalan Merdeka, karena kebetulan dalam mimpiku jalannya memang tampak seperti jalan Merdeka, lengkap dengan gedung Balai Kota di kanan dan toko sport serta apotik dan bank dan gereja di sisi kiri. Aku awalnya berlari di trotoar, kemudian aku mulai berlari di tengah jalan dan... aku merasa sangat ringan.
     Ringan. Cepat. Gembira.
     Kau tahu saat kau bermimpi dan kau ada di sana seringkali rasanya kau seolah melihat dari mata dirimu sendiri dan terkadang berubah menjadi seolah melihatnya dari mata orang lain? Seperti menonton film?
     Saat tubuhku dibenturkan oleh gadis itu, aku merasa seolah aku melihat diriku berusaha dihajar oleh gadis itu.
     Saat aku melarikan diri darinya, aku merasa seolah akulah yang melarikan diri darinya.
     Saat aku berlari keluar dari mall itu, aku melihat tanganku yang mendorong orang-orang minggir dari jalanku.
     Kini saat aku berlari dengan ringannya, aku merasa seolah menonton diriku sendiri, dengan kamera memfokuskan lensanya padaku. Nyaris seperti menonton film Dredd, adegan ketika orang-orang menggunakan Slo-Mo. Hanya saja, yang tampak bergerak lambat adalah aku, sementara yang lainnya tampak seperti kelebat kabur dengan warna-warna yang seolah dipertajam. Menakjubkan. Aku bahkan seolah bisa melihat keringat yang menetes keluar dari pori-poriku. Rambutku yang berwarna hitam di atas dan cokelat kemerahan di bawah berkibar di belakang kepalaku. Sinar matahari mempertajam warna merah rambutku, dan, menjadikannya tampak seperti lidah api yang menyala. Sesaat, aku seolah melihat diriku sendiri bercahaya.
     Lalu aku berbelok ke kanan dan jalan mulai menanjak. Aku berlari melewatinya seolah itu bukan masalah, meskipun aku bisa melihat—dan merasakan—bahwa napasku pun sudah mulai terengah-engah. Tanjakan itu basah, seolah baru saja hujan. Saat nyaris berada di puncak tanjakan aku melihat bahwa jalan yang menantiku tampak rusak dan air berkubang di sana-sini, berwarna cokelat seperti tercampur dengan tanah. Aku menjejakkan kakiku, selangkah lagi sebelum sampai ke puncak dari tanjakan itu, dan aku melompat.
     Atau mungkin, lebih tepat kalau disebut aku melayang.
     Aku melayang dengan kemiringan sembilan puluh derajat. Mataku terbuka lebar, dan kali ini aku melihat langit biru diselingi warna putih. Jantungku seolah terhenti. Aku menutup mataku, dan membukanya lagi (kau bisa bilang aku berkedip, tapi kalau aku bilang, “Aku berkedip...” akan terasa berlalu dengan cepat, sementara kalau aku menutup lalu membuka mataku terasa lebih lambat), dan kakiku menjejak tepat di depan kubangan air besar yang mungkin bisa disebut sebagai samudera bagi seekor semut mungil. Aku berlari lagi. Masih dengan ringan dan bebas.
     Tidak ada lagi rasa dikejar-kejar seseorang. Aku menoleh ke belakang, dan melihat gadis itu—yang siluetnya entah bagaimana tampak seperti seorang lelaki tinggi dengan bahu yang lebar—telah menjadi bayangan hitam di belakangku, menyerah lelah mengejarku.
     Aku tetap berlari.
     Aku berlari hingga aspal digantikan tanah dan gedung digantikan pohon, sesemakan, dan sulur-sulur yang saling berebut berusaha mendapatkan sinar matahari. Ya, di sini gelap. Satu-satunya beton di tempat ini ada di sebelah kiri, tampak mirip dinding beton untuk menahan tanah longsor. Aku berlari seolah aku mengenal tempat ini. Mungkin aku memang mengenalnya. Aku merasa pernah melihat tempat ini sebelumnya, di mimpiku yang lain. Saat itu, seingatku aku merasa takut sekaligus penasaran, karena jalan ini katanya mengarah ke lubang besar yang seperti black hole. Dalam mimpiku yang itu, aku menemukannya, dan nyaris terhisap ke dalamnya. Sebuah sulur datang dan aku menggapainya, kemudian seseorang menarik sulur itu dan aku terbangun.
     Kali ini, aku tidak menemukan lubang hitam besar mengerikan itu. Aku juga tidak terbangun—setidaknya belum. Alih-alih, aku menemukan sebuah selokan besar dengan dua selokan yang lebih kecil di kanan-kirinya. Jadi beton yang tadi itu memang sebuah bendungan, tapi bukan untuk membendung tanah dari longsor melainkan air. Selokan-selokan itu tampak basah sehabis hujan, dan aku akhirnya berhenti berlari dan berusaha mengatur kembali napasku. Dedauan yang ada tampak hijau dan embun sehabis hujan tampak menjadi titik-titik berkilauan seperti berlian di permukaan daun yang berlilin.
     Selokan yang besar, yang berada di bawahku dan tampaknya memiliki kedalaman dua setengah meter mungkin adalah pintu keluar bagi air yang dibendung, mengarah langsung pada sungai yang meski tak terlihat olehku tapi aku bisa mendengar kecipak arusnya yang membentur batu atau membentur arus lainnya lagi. Aku tidak tahu orang gila mana yang mau memiliki rumah di samping bendungan, tapi selepas tembok yang membatasi tanah dengan pintu keluar bendungan, tampak sebuah pintu kayu berwarna cokelat di sebelah kiri.
     “Mau coba main?”
     Seorang gadis yang tampak seperti keturunan China menyibak dedaunan dan muncul di hadapanku. Ia tersenyum dengan bibir dan matanya. Aku kenal dia. “Mita?”
     Paramita hanya mencabut dua helai daun yang sangat besar itu, dan menyerahkan satu padaku. “Asyik lho kak berseluncur di sini habis hujan. Selokannya licin, dan sungainya gak terlalu dalam. Ikut?”
     (Untuk kalian yang bertanya-tanya bagaimana mungkin aku bisa ingat percakapan ini... aku tidak ingat. Tapi aku ingat bahwa Mita membicarakan hal ini, aku hanya tidak ingat bagaimana ia berucap dan kata-kata apa yang meluncur keluar. Tapi, ya, memang tentang ini.)
     Pintu yang berada di sisi bendungan terbuka dan nenekku berjalan keluar. “Dilla!” panggil nenekku, samar-samar aku ingat beliau tampak senang, “dari mana saja kau? Dicariin sama semua orang, ayo sini masuk!”
     Nenekku berjalan masuk dan membiarkan pintu terbuka. Paramita mengalihkan pandangan dari nenekku dan tersenyum kembali. “Jadi, kak? Ikut?”
     Aku tidak berbicara. Aku hanya menatapnya, kemudian kami meluncur melewati sungai.
     Lalu gelap. Dan beberapa detik berikutnya, aku terbangun.
     Dipenuhi rasa dingin rindu yang mendesakku untuk berlari.

Friday 9 November 2012

Cinta.

Haloooo....! Perasaan udah lama banget semenjak aku terakhir kali nulis-nulis di sini. Biasanya kan kalau pikiranku lagi kritis tuh baru nulis di sini (ceilah). Dan, betewe, nggak, aku jarang menulis di sini bukan karena aku sibuk nulis novelku. Dengan berat hati aku mengakui bahwa aku beberapa hari terakhir ini belum ada menyentuh mereka lagi. Dan bukan pula karena kesibukanku sebagai seorang siswi kelas IX, meskipun itupun mengambil andil cukup besar. Tapiii lebih karena akunya aja malas menulis. Gubrag!

Hari ini, aku mau ngomongin hal yang cukup umum. Bukan cukup malah, sangat umum. Apa itu? Hal yang sering bikin remaja galau dan nilai mereka naik-turun kayak roller coaster Trans Studio Bandung dan bikin TL Twitter penuh dengan segala keluh kesar serta ungkapan berbunga-bunga yang--huek--manis. Yap!

Cinta.

Kurang keren apaan coba! Udah ditebelin, dimiringin, dan digarisbawahi pula. Saiiiikk....

Oke, jadi ada contoh begini: A (cewek) naksir sama B (cowok), tapi B pacaran sama C (cewek). A bukannya pengin jadi PHO, tapi kalau kerennya mah she's falling unexpectedly. Ejaannya bener gak tuh? Kepalaku dirasuki terlalu banyak rumus Bangun Ruang Sisi Lengkung dan masih menghafalkan segala rupa majas. Beuuuhh...
   Oh, ya, dan alasan kenapa B bisa pacaran sama C adalah gara-gara D (cowok). Jadi B dan C temenan sama D, terus D ceritanya ngejodohin mereka berdua gitu. Dan, KABOOM!, B dan C pun pacaran. Lucunya, B yang kebetulan temenku itu bilang bahwa dia gak punya perasaan romantis apapun pada C, sementara dari cerita B, tampaknya C cuek-cuek aja atas dirinya. Haduuuuh...... niat pacaran gak sih? Dan B selalu ngasih pembelaan lemah yang sama, "Aku mah emang gak suka sama C, si D aja yang maksa-maksa aku." YA TAPI KALAU DIA PUNYA PENDIRIAN GAK AKAN GAMPANG DIPAKSA KAAAN? NOLAK BISA KAAAAAAN? Duuuuhh, padahal dia cowok! Aku selalu menyayangkan sikap lame dia, hmph.

Ah, dan, A baru tau bahwa ternyata B pacaran sama C tuh di tengah-tengah, pada saat dia--ceritanya--lagi berbunga-bunga gitu sama B. Tapi akhirnya A pun berakhir menjadi teman dekat B, dan, meskipun ia selalu bilang padaku bahwa itu lebih baik daripada nggak sama sekali, aku gak percaya bahwa orang yang beneran ada 'rasa' sama seseorang bisa cuma berteman dengan orang yang dia sukai. Maksudku... ah, sudahlah, siapa aku berhak berbicara tentang itu.

Contoh di atas itu baru sedikit, baru satu per sekian persen. Lagian sebenarnya aku gak bisa omong banyak, karena aku sendiri masuk IJO LUMUT alias Ikatan JOmblo LUcu dan iMUT, hehehe. Tenang, aku masih betah tinggal di Panti Jomblo, soalnya belum ada cogan yang khilaf dan mau mengadopsiku *meringis*

Selain contoh tadi, masih banyak lagi kisah 'cinta-cintaan' remaja zaman sekarang. Kenapa kubilang cinta-cintaan? Yaelah, mereka belum tau apa itu cinta kecuali mungkin cinta dari kedua orangtua, kok udah berani-beraninya bilang cinta ke lawan jenis--atau, dalam beberapa kasus, sesama jenis. Well, I believe that people never too young to be in love because we never too young to die, tapi menurutku remaja sekarang itu terlalu cepat mengucapkan 'cinta'. Bagiku pribadi, 'cinta' adalah kata yang sakral. 'Cinta' memang tidak selalu tentang kekasih, 'cinta' memang bisa jadi persahabatan, kekeluargaan, dan hubungan lainnya, seperti misalnya hobi.

Sebelum kita memulai lebih lanjut, aku mau kalian tahu bahwa AKU TIDAK BERBICARA ATAS NAMA ORANG LAIN SELAIN ATAS NAMA DIRIKU SENDIRI, DAN SEMUA UCAPAN BERIKUTNYA ADALAH OPINI PRIBADIKU. Kalian bisa aja punya opini lainnya, tapi aku cuma ingin kalian tahu bahwa aku tidak mengutip riset apapun, murni sebuah opini gadis remaja berusia 14 tahun.

Cinta
Apa sih cinta? Menurutku cinta bukan hanya satu emosi yang bisa dirasakan pada lawan jenis/kekasih, tapi cinta juga bisa kita rasakan pada keluarga, orangtua, saudara, sahabat, teman-teman, hewan peliharaan, lingkungan, hobi, bahkan barang. Cinta itu rapuh sekaligus kuat. Cinta sejati (yang, lagi-lagi tidak hanya bisa kau rasakan pada kekasihmu) itu menurutku seperti berlian; tidak peduli berapa kalipun kau menjatukannya, dia tidak akan mengalami cacat kecuali sebuah retak kecil di dalamnya. Yup, menurutku satu-satunya keretakan yang dapat ditunjukkan oleh cinta sejati adalah retak yang berasal dari dalam, yang mana artinya cinta sejati tidak begitu terpengaruh oleh faktor eksternal. Bedanya cinta sejati yang terjadi antara dua orang manusia (tidak bisa lebih, bahkan meskipun ini bukan dengan kekasihmu) dengan berlian adalah, sementara berlian tidak dapat memperbaiki retakannya, cinta sejati bisa. Tapi cinta juga rapuh, karena cinta sangat membutuhkan feedback. Feedback di sini bukanlah komentar, melainkan cinta itu sendiri kembali. Cinta itu tentang memberi dan menerima--give and take. Kalau cuma satu pihak yang memberi sedangkan pihak lainnya hanya menerima, cinta itu akan terluka. Penyebab terburuknya tanpa membuat si korban bunuh diri atau depresi? Dia tidak akan percaya lagi pada cinta.

Dan percaya deh, itu tuh buruk banget. Karena manusia tidak bisa hidup tanpa cinta. Cinta itu emosi paling kuat sekaligus paling rapuh yang manusia miliki. Tanpa cinta, manusia akan menjadi individu tidak pedulian yang meremehkan segala hal kecuali dirinya sendiri. Tanpa cinta, manusia bisa saja tidak akan percaya pada dirinya sendiri. Tanpa cinta, tidak akan ada ikatan perdamaian di dunia ini. Aku tahu aku terdengar naif (sekilas info: aku tidak percaya bahwa dunia bisa menjadi aman damai tentram--pasti selalu akan ada konflik di sana-sini), tapi itulah kenyataannya. Sebegitu pentingnya cinta bagi kehidupan kita. Contoh simpel: tanpa cinta, seseorang tidak akan peduli apakah orang lain sekarat atau hidup mewah bergelimang harta. Singkatnya, orang tanpa cinta akan menjadi pribadi antipati. Selain itu, untuk remaja yang kekurangan cinta orangtua biasanya tumbuh menjadi remaja pemberontak (baca: caper) yang suka memaki, terjebak pergaulan bebas, dan tersesat tanpa pernah tahu arah yang benar. Lihatlah betapa pentingnya cinta orangtua kita terhadap kita para remaja imut ini.

Cinta Keluarga
Cinta keluarga terhadap satu sama lain adalah hal pertama yang membentuk pribadi suatu individu. Kalau individu tersebut kekurangan cinta dari keluarganya, dia akan tumbuh menjadi orang yang mengabaikan keluarga. Sebaliknya, jika individu tersebut mendapatkan cukup cinta kasih dari keluarganya, maka ia akan menjadi pribadi yang sangat menghargai ikatan kekeluargaan dan umumnya menempatakan keluarga sebagai hal nomor satu yang harus dilindungi dan dijaga. Pribadi yang tumbuh di keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang juga, biasanya menjadi orang yang baik, berbudi pekerti, dan segala sifat baik lainnya numpuk seabreg pada dirinya. Karena hubungannya dengan keluarganya harmonis, maka hubungannya dengan orang lain pun akan berlangsung harmonis. Keluarga memang faktor yang sangat penting dalam perkembangan suatu individu, disusul oleh lingkungannya. Maka jangan heran kalau kalian melihat banyak remaja yang masuk kategori 'bandel', cobalah lihat keluarga mereka. Mungkin keluarganya orang terpandang atau kaya, tapi tanpa kasih sayang dan perhatian dan, ya, cinta, begitulah mereka tumbuh. Kupikir guru dan masyarakat sudah terlalu banyak menghakimi dan menghukum anak-anak itu. Mungkin seharusnya bukan mereka yang diberi penyuluhan secara berkala, tetapi begitu juga orangtua mereka. Orangtua yang 'dingin' pada anaknya akan membuat anaknya tumbuh menjadi seorang yang 'dingin' pula. Dan saat anak itu memiliki anak, ia akan memperlakukan anaknya seperti orangtuanya memperlakukannya dulu. Ini menjadi sebuah lingkaran setan mengerikan yang tiada akhir. Bagaimana menghentikannya? Tumbuhkan cinta dalam keluargamu. Ajak mereka menghabiskan waktu bersama, luangkan waktu untuk saling bercerita, kenallah satu sama lain lebih dalam. Tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang yang tinggal di satu rumah yang sama sebenarnya tidak saling mengenal, meskipun mereka adalah keluarga. Saat kalian merasa tidak ada gunanya berusaha memperjuangkan hubungan keluarga itu, ingatlah bahwa blood is thicker than water, tapi bahkan setelah dibiarkan darah akan mulai lepas satu sama lain dan tak lagi menjadi lebih kental daripada air.

Cinta Persahabatan
Setelah cinta dari orangtua/cinta dari keluarga, cinta dari sahabat adalah cinta penting selanjutnya. Tanpa sahabat--atau minimal teman dekat--kau tidak akan merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh orang lain selain keluargamu. Sahabat sejatimu akan selalu berada di sampingmu, apapun yang terjadi. Banyak yang bilang, sahabat terbaik berasal dari jenis yang sama. Bukan familinya, semua jelas-jelas Homo Sapiens, tapi maksudnya, kalau perempuan besahabat dengan perempuan lagi dan lelaki bersahabat dengan lelaki lagi. Anggapan ini, menurutku, tidak sepenuhnya benar. Kalau perempuan menceritakan masalahnya kepada perempuan lainnya, ia hanya akan mendapatkan pendapat dari sudut pandang yang sama, yaitu sudut pandang perempuan. Terkadang yang kita butuhkan adalah sudut pandang dari lawan jenis. Perempuan, yang katanya berasal dari Venus, jauh lebih memerhatikan detil ketimbang laki-laki, tapi perempuan, sekalinya sudah membuat suatu keputusan atau pendapat, sangat sulit digoyahkan. Jika perempuan bertengkar dengan seseorang karena kesalahpahaman, maka perempuan tidak akan mau lagi mendengarkan penjelasan apapun dari orang tersebut karena istilahnya, perempuan ini sudah mengetuk palu. Tapi laki-laki yang katanya berasal dari Mars lebih santai dan easy going ketimbang perempuan, dan itulah yang membuat laki-laki biasanya tidak akan membiarkan masalahnya berlarut-larut. Sedikit makian dan pukulan di sini atau di sana mungkin terjadi, tetapi setelahnya mereka--para laki-laki yang berselisih itu--bisa saling bertukar pikiran dan masalahpun selesai. Karena itu, meskipun sahabat dari gender yang sama juga menguntungkan dalam mengerti perasaan kita, tetapi sahabat dari gender yang berlawanan pun bisa sama menguntungkannya. Dengan tambahan, sahabat dari gender yang berbeda bisa saja berakhir menjadi pasangan kita, hehehe :p

Cinta Lingkungan
Saat kubilang 'Cinta Lingkungan', maksudku bukan hanya kita yang menghargai lingkungan tetapi bagaimana kita juga membuat lingkungan menghargai kita. Bagaimana caranya? Jika saja kita mau mengambil waktu sejenak untuk memperhatikan lingkungan di sekeliling kita--yang termasuk pada alam dan manusia--kita akan bisa melihat berbagai hal yang mungkin seringkali terlewat atau tak terlihat di mata kita saat kita terburu-buru melakukan sesuatu. Apakah tetangga sebelahmu memang selalu bertengkar dengan istrinya atau baru kali ini saja? Apakah memang tumpukan sampah di sana sudah menjadi TPA cadangan bagi warga sekitar sejak beberapa waktu lalu atau sudah lama? Apakah kucing liar itu selalu berkeliaran di sekitar sana atau tidak? Dan banyak hal lainnya. Dengan hal ini kau menumbuhkan simpati dalam dirimu terhadap lingkungan sekitar, yang bisa berubah menjadi empati. Ketika kau sudah berempati, kau akan mulai peduli dan tergerak untuk melakukan sesuatu. Beberapa menit kunjungan bersahabat ke tetanggamu mungkin bisa memberimu pergaulan baru. Membersihkan sampah di satu spot tertentu yang tampak sangat menumpuk dengan keluarga atau teman sepermainan sekomplekmu bisa meningkatkan kebersihan lingkunganmu dan menaikkan respek warga padamu. Memberi makan hewan liar yang tidak tampak terlalu liar mungkin bisa meningkatkan rasa sayangmu pada makhluk hidup lainnya selain manusia. Tidak ada yang terlalu sulit, dan, lagipula semua itu akan menjadi bumerang balik padamu. Bumerang yang manis. Karena saat kau sudah bersikap baik pada lingkungan di sekitarmu, lingkungan di sekitarmu pun akan bersikap baik padamu. Siapa tahu? Mungkin pasangan suami-istri tetanggamu adalah pasangan yang sama-sama jago masak dan mereka bertengkar tentang giliran siapa yang harus memasak makan malam. Menjalin hubungan baik dengan mereka mungkin bisa memberi sedikit camilan tambahan pada perutmu, hihi.

Cinta Sesama
Setelah cinta dari keluarga, cinta dari sahabat, dan cinta kepada/dari lingkungan, saatnya kau belajar mencintai sesama. Sebenarnya kalau kau sudah mencintai keluarga, sahabat dan lingkungan di sekitarmu, mencintai sesama manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan menjadi tugas yang sulit. Kau hanya perlu menumbuhkan rasa simpati dan sikap empati. Mungkin kau bisa bergabung dalam organisasi-oraganisasi sosial atau badan amal. Atau, kalau kau tidak begitu tertarik, kau juga bisa memulainya hanya dengan menyantuni rumah-rumah tetangga di sekitar rumahmu. Kemudian berusaha menjalin hubungan baik dengan teman-teman sekelas dan kelas tetangga, atau rekan-rekan kerjamu. Selain nilaimu di mata masyarakat akan naik, kau juga sekaligus menambah teman dan menambah bantuan cadangan. Yep, kalau pergaulanmu luas dan kau disukai orang banyak, maka saat kau butuh bantuan mengenai sesuatu, kau tidak perlu mencari jauh-jauh. Cukup hubungi salah satu kawanmu yang memang ahli dalam bidang tersebut dan kau pun mendapat tenaga tambahan. Jeng jeng!

Cinta Tuhan
Mencintai Tuhan itu sepertinya tugas yang cukup mudah sekaligus sulit. Tidak sulit untuk mencintai Tuhan, karena Ia memang patut dicintai, terutama setelah apa saja yang telah Ia berikan kepada kita. Tetapi di saat yang sama, begitu banyak godaan yang dapat merapuhkan cinta kita pada Tuhan. Salah satu cara agar kau tetap mencintai Tuhan--dan membuat Tuhan tetap mencintaimu--adalah jaga hubunganmu denganNya. Pastikan kau beribadah sesuai ketentuan agamamu masing-masing dan jangan lakukan hal-hal yang Ia larang kau untuk lakukan. Cinta dari Tuhan adalah cinta paling indah yang bisa kau dapatkan, disusul oleh cinta dari orangtuamu. Karena jika kau mencintai Tuhan dan Tuhan mencintaimu--yang mana nyaris mustahil Tuhan tidak mencintai umatNya sendiri--maka hidupmu bisa bahagia dan tenteram. Karena dengan mencintai kaupun memercayai. Mencintai Tuhan sama seperti memercayai bahwa hanya yang terbaik untukmulah yang akan Ia berikan.

Cinta Kekasih
Tidak banyak yang bisa dikatakan di sini. Kau mungkin tidak selalu menyukai jodoh yang telah Tuhan pilihkan untukmu, tapi Ia Maha Adil dan Maha Pemurah; lambat laun kaupun akan mencintainya.  Dari apa yang kudengar, katanya cinta adalah emosi saat kau akan melakukan apapun demi melihatnya bahagia. Dan suatu saat, kau pasti akan menemukannya; pria/wanita yang memang ditakdirkan untuk menjadi cinta sejatimu seperti di film-film. Jadi daripada sibuk mencari pacar di sana dan di sini, lebih baik isi waktumu dengan pengalaman yang ingin kau kenang dan tunggu Tuhan mengirimkan pasangan yang tepat untukmu.

Cinta yang berakhir dengan hidup bahagia selama-lamanya tidak kuyakini ada; kecuali kau menghitung Surga di mana Tuhan melimpahkan cintaNya pada umatNya yang paling beriman (AMIN YA ALLAH AMIN O:]). Lagipula, apa asyiknya hidup bahagia selamanya? Kebahagiaan adalah manisan yang harusnya kau cicipi sedikit-sedikit, karena kalau terlalu banyak kau akan bosan. Siapa bilang mencintai itu mudah? Banyak pengorbanannya, tetapi jika kau memang mencintai orang yang tepat, it always worth it. Semua rasa sakit, tawa, air mata, momen bahagia... akan terbayar pada akhirnya. Dengan manis, aku janji. Meskipun aku tidak menjanjikan kemudahan menuju ganjaran manis itu. Hei, apa gunanya hidup kalau tidak mau berkorban?

Aku punya tiga tips simpel yang berkaitan dengan apa yang hari ini kita bahas:
1.  Cintai Tuhan; dengan mencintaiNya, everything's just makes sense
2.  Cintai dirimu sendiri; karena dengan mencintai dirimu sendiri kau percaya bahwa dirimu layak dicintai dan itu akan memudahkanmu mencintai orang lain dan memudahkan orang lain pula dalam mencintaimu.
3.  Tersenyumlah; karena kau tidak tahu siapa yang mungkin jatuh cinta pada senyummu. Tambahan, katanya dengan tersenyum kau bisa menjadi awet muda! Selamat tinggal krim anti-aging!