Monday 29 April 2013

Another Mini Post from Minnie Mouse.

*Sneezes*

Alright, who the hell would ever having Sex on Fire? It'll burn you man.

*Dance a while*

Heyyaaaahh people! Just so you know I'm still dancing like an overdose chimp. Yeah, I know, I'm cool. Anyway, do you guys ever heard a statement said, "Some songs just wakes my inner stripper"? I do. And I find that statement is both amusing and true. You know why? Because there is some songs that wakes up my inner stripper. But you never gonna see me strip. Rather eat my feet. Hey, I love the rhyme.

The first song ever that makes me wanna strip is I Like That by Richard Vision & Static Revenger feat. Luciana. First time I heard that song in on Step Up 3D, actually. When I heard the full song, well, you probably already know what I did. But it's not what you think I did. I didn't strip. I did the opposite of stripping.

I dance, I grab my jacket, wear it, zip it, dance again.

See what I did there? The opposite of stripping. Ha!

This post is so nonsense OMG.

Sunday 28 April 2013

Mini Post: 157 First Pages of Shatter Me by Tahereh Mafi

Like seriously, this is going to take my breath away.

So, as usual. A love triangle. Two boys, one girl. This girl, called Juliette, has a... um... gift. Her touch is deadly. For her, it's a curse. But for the antagonist; the other boy, it's a gift. And this antagonist is called... Warner.

OMG OH MY GOD OH MY F-ING GOD IT'S WARNER HOLY SHIT I NEVER KNOW SOMEONE NAMED WARNER BEFORE IN  MY LIFE ONCE I KNEW HE'S A FICTIONAL CHARACTER BUT I DON'T CARE ANYWAY HE'S HOT HE'S UNPREDICTABLE HE GOT ME BREATHLESS THE NEXT THING I KNOW I WAS GOING TO UNDRESS MYSELF LOL JUST KIDDING BUT JUST A BIT KIDDING OH MY GOD WARNER OH.

Juliette look at him like crazy--I'M CRAZY FOR YOU WARNER OMG--because he's going to use her for his weapon. His mindset is scary, as for using other people's fear of him as his power to control them--OMG WARNER MAKE ME SCARED PLEASE MAKE ME FEAR OF YOU I PROMISE I'LL DO ANYTHING YOU WANT ME TO DO--and he knows about Juliette's sickness - that's how she called it. YET he forced her to touch someone with no protection and BAM! that guy is dying. He said he's helping Juliette, but she denies it - because she believes he--STUPID JULIETTE OH WARNER PLEASE TAKE MY HEART TAKE MY EVERYTHING JUST PLEASE LEAVE JULIETTE AND COME TO ME--didn't.

Okay. I'm sorry for what was there. You see me fangirling. I know. That's scary.

I DON'T FUCKING CARE ALL I CARE ABOUT IS WA--Warner. Yeah. I know. Fangirl, can you please shut up for a second?

I still love Warner oh my God...

That's it. So. Uhh, what I was going to say? Man, all that I was going to say is said already by my fangirl side. However, Warner is hot oh my God! And by hot, I mean, hot hot. Did you believe that he said, "I care about you" to Juliette!? Oh my God, I melted, like, literary! He really take care of Juliette, and somehow, he showed his unseen little part when he's with Juliette which makes me jeaLOUS OH MY GOD!!

*gasps*

YOU SEE WHAT YOU DID BACK THERE YOU TOLD ME TO SHUT UP BUT YOU'RE FANGIRLING TOO.

I KNOW I'M TRYING TO CONTROL IT!

NO YOU BETTER DON'T JUST LET IT FLOW YOU'RE A FANGIRL AND LET'S WE FANGIRLING TOGETHER OVER WARNER OH GOD WARNER!!

WARNER!! Wait!! He's just one! He has to choose one between me and you!

BITCH YOU ARE ME AND I AM YOU WHY THE HELL SHOULD HE CHOOSE?

OMG YOU'RE RIGHT HOW CAN I BE A DUMBASS IT'S PROBABLY BECAUSE OF WARNER'S HOTNESS THAT I LOOSE MY MIND WARNER YOU BETTER TAKE RESPONSIBILITIES OF THIS WARNER I WARN YOU.

*Beep*

Sorry about that.

UPDATE.
Also, Warner a bit reminded me of my own fictional character in my novel. His name is Louis. They have couple of similar things. Both of them is obsessed over the main protagonist which is on the opposite side of theirs, and also unpredictable, and also hot, and, well, they could be good at one time then cool at other times or even looks hating the protagonist on the remain times. However, they also seem trapped. Between their obsession, feelings for the protagonist and their duty to destroy or use the protagonist. Ah... LONG LIVE HOT AND UNPREDICTABLE YET SWEET BOYS ON ANTAGONIST SIDES!! *starts taking off clothes* *err*

Sunday 21 April 2013

Ganti Sistem NEM Dengan Jalur Testing!

Post kali ini terkait pada masalah Ujian Nasional. Mengingat segala perkara, maka aku gak akan menentang kalau UN tahun ini disebut sebagai UGN alias Ujian Gagal Nasional. Kualitas LJUN yang jelek, soal yang tertunda, soal yang salah kirim, pemfotokopian soal dan LJUN, dan lain-lain. Belum lagi MenDikBud yang tampak seolah menganggap bahwa perkara ini bukanlah hal besar. Uhh, hellooooo, maaf ya pak, tapi mengingat sistem pendidikan di Indonesia, mungkin ini bukan masalah besar buatMU tapi ini masalah besar buat KAMI. Para pelajar. Kalau kakak-kakak kelas kami, siswa-siswi kelas XII SMA/SMK saja mengalami perkara seperti itu, apa yang menjamin bahwa kami, siswa-siswi kelas IX SMP dan adik-adik kelas kami, siswa-siswi tingkat VI SD tidak akan mengalami hal yang sama? Tidak? Nah.

Saya jauuuuuuuuuuuuuuuhhh lebih mendukung UN dihapuskan. Lalu bagaimana siswa-siswi SD dan SMP melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi? Well, berlakukan saja sistem yang sama seperti siswa-siswi SMA/SMK mau melanjutkan ke PT: testing. Jalur masuk tes sebenarnya memang sudah ada, tapi hanya khusus untuk sekolah dan kelas RSBI/SBI, sementara program reguler tetap menggunakan NEM. Setelah status RSBI/SBI dihapuskan, maka jalur tes juga dihapuskan. Tetapi bukankah akan lebih baik jika menggunakan jalur tes? Dengan NEM, saat kami hendak memasuki SMP/SMA/SMK yang kami inginkan, kami tergantung pada jawaban A, B, C, atau D. Oke, baiklah, jalur tes juga sama saja. Tapi bandingkan begini: seorang siswa SMP ingin masuk ke SMAN favorit di kotanya, tetapi nilai NEMnya tidak mencukupi. Terpaksa ia memilih sekolah lain.

Masih belum mengerti?

Dengan sistem NEM, kami para pelajar benar-benar tergantung pada hasil akhir ujian kami nanti. Bisa dibilang, kami tidak bebas memilih sekolah mana yang ingin kami tuju. Sementara dengan sistem testing, kami bisa memilih sekolah mana pun yang ingin kami tuju. Sistem testing mempersilakan hingga pelajar pelanggan ranking kesatu dari bawah sekalipun untuk mencoba; pintunya terbuka lebar. Tetapi lain halnya dengan NEM, di mana kami "dipaksa" untuk memilih sesuai angka yang tertera pada kertas yang kami terima, sekitar satu-satu setengah bulan setelah kami melaksanakan Ujian Nasional.

Saya memang bukan orang pendidikan, saya hanyalah seorang siswi kelas IX SMP biasa, tapi itu menjadi kelebihan bagi saya. Okelah orang-orang kementrian rata-rata telah merasakan UN atau yang dulu lebih dikenal sebagai EBTANAS. Mereka telah melalui apa yang sedang kami lalui. Tapi itu nggak menjamin mereka juga lebih tahu, kan? Coba pak MenDikBud sebagai contoh. Sekali waktu saya mendengar ada yang mengomentarinya tampak tak berpendidikan. Saya setuju. Ternyata setua apapun Anda tidak menjamin pendidikan Anda. Dia (MenDikBud) jelas tidak memahami posisi dan perasaan para pelajar Indonesia. Tidakkah ia mengerti bahwa kami merasa tertekan? Bahwa setelah sekian perkara yang terjadi terkait Ujian Gagal Nasional tahun ini, para pelajar SMA setidaknya berharap bahwa ia akan menanggapinya dengan serius? Tapi apa yang mereka--kami--dapat? Emosi.

Sekali lagi, saya sebagai seorang pelajar yang akan menghadapi Ujian Semoga Tidak Gagal Nasional tingkat SMP dalam 10,5 jam lagi berharap bahwa UN benar-benar akan dihapuskan. Ujian Nasional tidak lantas menjadi acuan dan patokan potensi anak, malah bisa menjadi sebuah penghambat kreativitas. Mengapa kami harus dibatasi oleh jawaban A, B, C, atau D setelah segala pengorbanan kami selama tiga, bahkan enam tahun? Baiklah kalau ilmu ekstakta memang tak bisa diganggu gugat. Tapi ilmu bahasa, yang notabene selalu berubah tiap masanya? Bagaimana jika kami memiliki pendapat lain? Indonesia itu bangsa yang mengutamakan hasil alih-alih usaha, padahal yang penting itu usaha, bukannya hasil. Hasil bagus memang membanggakan, tapi kalau usahanya jelek gimana? Orang dewasa mengeluhkan pelajar yang sering mencontek, tapi kalau pelajar tersebut mengerahkan kemampuannya dengan jujur dan mendapat nilai jelek, diomeli lagi. Kami para pelajar berada di posisi terjepit. Padahal kalau dipikir, jika seseorang memang berusaha dengan kemampuannya pribadi dengan jujur, jikalau hasilnya jelek ia akan terus berusaha memperbaiki diri. Sementara kalau ia mendapat hasil bagus dengan mencontek, ia tak merasa perlu memperbaiki diri. Apa yang perlu diperbaiki? Ketika mencontek, kita mengandalkan kemampuan orang lain. Artinya kita buta pada kemampuan diri sendiri. Kalau kemampuan sendiri tidak diketahui, bagaimana mau memolesnya?

Nah, sistem NEM adalah sistem yang mengutamakan hasil. Mau diberi paket sebanyak apapun kalau memang kami mengejar hasil kami pasti akan mencari cara untuk mencontek. Mencontek tidak hanya sekadar mendapat kunci jawaban lho. Dengan mencatat rumus secara diam-diam untuk nanti digunakan juga sudah termasuk mencontek. Sementara sistem testing mengutamakan usaha. Selain itu, karena sistem testing soalnya dibuat oleh sekolah masing-masing dapat meminimalisir tersebarnya kunci jawaban ataupun bocoran lainnya. Bagaimana dengan mencontek rumus? Yah, kalau memang anak itu berniat masuk ke sekolah itu, ia akan belajar, kan? Karena di testing yang utama itu usaha, bukan hasil.

Pilih bibit bangsa yang jujur dan terus berusaha memperbaiki diri atau bibit bangsa yang licik dan buta pada potensi diri?

Who Am I?

I don't know what I'm doing with my life
In fact, I don't even know who I am
If someone comes and ask you, "Who are you?"
What do you gonna answer?

Your name?
Your job?
Human?
Alien?
Not me.
I wouldn't know what to answer.

It is some kind of philosophy, I think
But I'm not really sure
I mean, who am I, I don't even know
I could be a girl
I could be just a human
An average human
Or I could be a dreamer
I could be a writer
I could be a friend
I could be a lover
I could be a student
I could be an enemy
I could be an idol
I could be an astronaut
I could be a runner
I could be a speaker
I could be a listener
I could be an artist
I could be a teacher
I could be an unstable teenager
I could be an irresistible person
I could be the most undesirable person
I could be a designer
I could be a music addict girl
I could be a fashionista
I could be a bitch
I could be a clever man
I could be a sister
I could be a liar
I could be an honest person
I could be an alcoholic
I could be a fan
I could be a challenger
I could be an adventurer
I could be a daughter
I could be a singer
I could be a painter
I could be a policewoman
I could be a firewoman
I could be a super hero
I could be a witch
I could be a monster
I could be a vampire
I could be a pervert
I could be a shy girl
I could be a withdrawn
I could be introvert
I could be arrogant
I could be kind-hearted
Or I could be just me.

I don't know which one to choose.

Monday 8 April 2013

Thursday 4 April 2013

Labilitas Homoseksual

Tujuh belas hari sepuluh jam dua puluh tujuh menit lagi aku menghadapi Ujian Nasional dan aku malah bersantai-santai di warnet. Hmm. Perlu dipertimbangkan untuk menghajar wajah manisku.

Heeeyyy....
Aku tahu kok, aku tahu kalau wajahku memang memesona judul artikel ini agak-agak mengundang... yah... kontroversi.
*puter lagu Controversy - Natalia Kills*
Perlu diketahui bahwa di sini aku bukannya mau membahas tentang orang-orang homoseksualnya, tapi pada labilitasnya. Kalau dengar kata labil yang terpikir apa sih? Anak muda kan. Remaja keceh kayak aku. Beberapa waktu yang lalu... bohong. Maksudku, lama waktu yang lalu tapi gak cukup lama sampai bisa dijadikan dongeng, ada seseorang yang curhat padaku. Mihiiii cowok dengan good look yang banyak mendapat lirikan ketiga dari cewek-cewek tiap kali dia lewat. Tinggi dan murah senyum. Nah, dia memberiku satu pertanyaan sederhana yang bikin minuman yang kuminum tersembur keluar... secara hiperbola. Pertanyaannya sederhana kok, 
Menurut kamu aku gay?
BRRRRRRRSSSSSSSSSTTTHHHHHHHHH.......................................!!!!!!!!!!!!!!
(Suara minuman yang tersembur keluar)

Aku bengong dulu sebelum jawab, terus akhirnya aku jawab... duh jawab apa ya aku lupa.

POKOKNYA.

Setahun setelah ia menanyakan hal itu, aku mulai merasakan yang sama. Aku mulai tertarik pada sesama jenisku sendiri, meskipun tidak seperti dengan lawan jenisku, aku nggak berpikir apa-apa sih. Cuma... yah, gimana menjelaskannya ya. Pokoknya, kayak kamu naksir orang deh. Tapi ini pada sesama jenismu sendiri. It's shocking yet doesn't seem to surprise me. Kenapa aku gak kaget? Karena 1) aku tahu aku tuh emang aneh dan 2) aku udah tau sooner or later yang beginian bakal happen to me, especially setelah guru BKku menjelaskan bahwa di usia remaja yang seperti itu memang wajar. Yaaaahhh tapi agak rawan juga, karena kalau kita lengah maka kita bisa jadi homoseksual betulan. Tapi daripada homoseksual mungkin lebih asyik biseksual, bisa disamber dua-duanya kan tuh. Eh, aduh, aku melantur.

Nah, kenapa kusebut labilitas? Karena sifatnya yang hanya sementara alias temporary, terjadi pada masa remaja alias masa ketika anak Adam dan Hawa sedang labil-labilnya, dan ketidakpastiannya. Maksudku, nggak ada salahnya juga kamu banyak bergaul dengan sesama jenis (homogen), tapi biasanya seperti itu juga akan mempengaruhi. Misalnya, kamu naksir cowok A dari kelas sebelah, tapi ke mana-mana kamu bareng teman-teman cewekmu terus. Nggak menutup kemungkinan bahwa setelah agak lama kamu bakal 'melirik' teman cewekmu juga. Gini deh biar gak kedengaran terlalu menyeramkan: Kalau kamu melihat sesama jenismu yang good looking, suka nggak? Yakin deh cuma lima puluh persen yang jawab jujur.

Kecenderungan manusia itu memang kepada hal-hal yang tampak menarik. Nikmati aja masa mudamu, asal jangan terlalu berlebihan. Tapi omong-omong soal labilitas homoseksualku, aku agak kasihan juga sebenarnya pada dua temanku. Keduanya perempuan, dan berasal dari sekolah yang berbeda. Salah satu di antaranya suka kupanggil "Baby" dan dia... pasti langsung tutup telinga. Duh, lucu deh melihatnya. Kemudian seorang lagi pernah bertanya padaku, "Kenapa aku?" Sebuah jawaban sudah menggantung di ujung lidahku, tapi aku menelannya kembali. Maksudku, aku suka memeluk dan menggoda orang, tapi saat serius mengungkapkan apa yang benar-benar kurasakan aku suka canggung. Tanyakan pada ibuku seberapa sering aku berkata, "I love you Mum," padanya sementara Tuhan juga tahu aku sayang banget sama ibuku. Apalagi ini konteksnya orang asing. Kalau aku bilang, "Karena kamu berharga buatku," salah-salah kita berdua mati di tempat.

Tapi mungkin labilitas homoseksualku itu ada hubungannya juga dengan seorang tokoh fiktif model andhorny (curiga ejaannya salah nih) yang akhir-akhir ini sering mampir ke lahan imajinasiku. Dia perempuan, dengan tinggi 192 cm, dan dada rata. Sempurna sebagai model andhorginy. Tapi karena keseringan dikira lelaki kadang dia juga suka menggoda perempuan sebagai lelaki. Berhubung dia memang--ahem--tampak memesona sebagai lelaki (tipe playboy/playgirl gitu deh) sepertinya tidak ada yang keberatan.

Wah, langit cerah sekali ya.

Blog Views Decreased

Sebenernya aku agak bingung juga ya, apakah karena aku ganti tampilannya jadi pembaca lama yang udah biasa tuh bingung, sulit beradaptasi dengan tampilan baru, dan akhirnya ogah baca; atau karena artikel-artikel blogku dianggap kurang seru untuk dibaca. Hmm... biasanya nih ya, kalau aku udah nge-post sebuah artikel, dalam waktu satu minggu bisa udah diliat lebih dari lima-sepuluh kali. Ini cuma dua.... Mengecewakan.

Yang manapun, aku sebal. Yah, gak sebal juga sih. Lebih tepatnya agak terganggu dan, yang pasti, kecewa. Karena bisa dibilang gak pernah ada feedback apapun dari pembaca/pengunjung blogku kecuali dari blog view, dan sekarang itu pun menurun secara drastis. Aaaahhh.......... tau deh.