Thursday 4 April 2013

Labilitas Homoseksual

Tujuh belas hari sepuluh jam dua puluh tujuh menit lagi aku menghadapi Ujian Nasional dan aku malah bersantai-santai di warnet. Hmm. Perlu dipertimbangkan untuk menghajar wajah manisku.

Heeeyyy....
Aku tahu kok, aku tahu kalau wajahku memang memesona judul artikel ini agak-agak mengundang... yah... kontroversi.
*puter lagu Controversy - Natalia Kills*
Perlu diketahui bahwa di sini aku bukannya mau membahas tentang orang-orang homoseksualnya, tapi pada labilitasnya. Kalau dengar kata labil yang terpikir apa sih? Anak muda kan. Remaja keceh kayak aku. Beberapa waktu yang lalu... bohong. Maksudku, lama waktu yang lalu tapi gak cukup lama sampai bisa dijadikan dongeng, ada seseorang yang curhat padaku. Mihiiii cowok dengan good look yang banyak mendapat lirikan ketiga dari cewek-cewek tiap kali dia lewat. Tinggi dan murah senyum. Nah, dia memberiku satu pertanyaan sederhana yang bikin minuman yang kuminum tersembur keluar... secara hiperbola. Pertanyaannya sederhana kok, 
Menurut kamu aku gay?
BRRRRRRRSSSSSSSSSTTTHHHHHHHHH.......................................!!!!!!!!!!!!!!
(Suara minuman yang tersembur keluar)

Aku bengong dulu sebelum jawab, terus akhirnya aku jawab... duh jawab apa ya aku lupa.

POKOKNYA.

Setahun setelah ia menanyakan hal itu, aku mulai merasakan yang sama. Aku mulai tertarik pada sesama jenisku sendiri, meskipun tidak seperti dengan lawan jenisku, aku nggak berpikir apa-apa sih. Cuma... yah, gimana menjelaskannya ya. Pokoknya, kayak kamu naksir orang deh. Tapi ini pada sesama jenismu sendiri. It's shocking yet doesn't seem to surprise me. Kenapa aku gak kaget? Karena 1) aku tahu aku tuh emang aneh dan 2) aku udah tau sooner or later yang beginian bakal happen to me, especially setelah guru BKku menjelaskan bahwa di usia remaja yang seperti itu memang wajar. Yaaaahhh tapi agak rawan juga, karena kalau kita lengah maka kita bisa jadi homoseksual betulan. Tapi daripada homoseksual mungkin lebih asyik biseksual, bisa disamber dua-duanya kan tuh. Eh, aduh, aku melantur.

Nah, kenapa kusebut labilitas? Karena sifatnya yang hanya sementara alias temporary, terjadi pada masa remaja alias masa ketika anak Adam dan Hawa sedang labil-labilnya, dan ketidakpastiannya. Maksudku, nggak ada salahnya juga kamu banyak bergaul dengan sesama jenis (homogen), tapi biasanya seperti itu juga akan mempengaruhi. Misalnya, kamu naksir cowok A dari kelas sebelah, tapi ke mana-mana kamu bareng teman-teman cewekmu terus. Nggak menutup kemungkinan bahwa setelah agak lama kamu bakal 'melirik' teman cewekmu juga. Gini deh biar gak kedengaran terlalu menyeramkan: Kalau kamu melihat sesama jenismu yang good looking, suka nggak? Yakin deh cuma lima puluh persen yang jawab jujur.

Kecenderungan manusia itu memang kepada hal-hal yang tampak menarik. Nikmati aja masa mudamu, asal jangan terlalu berlebihan. Tapi omong-omong soal labilitas homoseksualku, aku agak kasihan juga sebenarnya pada dua temanku. Keduanya perempuan, dan berasal dari sekolah yang berbeda. Salah satu di antaranya suka kupanggil "Baby" dan dia... pasti langsung tutup telinga. Duh, lucu deh melihatnya. Kemudian seorang lagi pernah bertanya padaku, "Kenapa aku?" Sebuah jawaban sudah menggantung di ujung lidahku, tapi aku menelannya kembali. Maksudku, aku suka memeluk dan menggoda orang, tapi saat serius mengungkapkan apa yang benar-benar kurasakan aku suka canggung. Tanyakan pada ibuku seberapa sering aku berkata, "I love you Mum," padanya sementara Tuhan juga tahu aku sayang banget sama ibuku. Apalagi ini konteksnya orang asing. Kalau aku bilang, "Karena kamu berharga buatku," salah-salah kita berdua mati di tempat.

Tapi mungkin labilitas homoseksualku itu ada hubungannya juga dengan seorang tokoh fiktif model andhorny (curiga ejaannya salah nih) yang akhir-akhir ini sering mampir ke lahan imajinasiku. Dia perempuan, dengan tinggi 192 cm, dan dada rata. Sempurna sebagai model andhorginy. Tapi karena keseringan dikira lelaki kadang dia juga suka menggoda perempuan sebagai lelaki. Berhubung dia memang--ahem--tampak memesona sebagai lelaki (tipe playboy/playgirl gitu deh) sepertinya tidak ada yang keberatan.

Wah, langit cerah sekali ya.

No comments:

Post a Comment