Tuesday 31 December 2013

Terima Kasih Untuk Hari Ini!

Hari ini aku ketemu Dita! Yeaaaaayyy!!

Buat yang belum tau, Dita itu nama panggilan dari Mudita Nanda (@theslantedone) dan pemilik akun SoundCloud Mudita Nanda serta man behind @Peeta_IHG. Dia itu orang paling tua di [DI]versity, dan yang paling kalem juga. Nah, dari kemarin, Dita itu lagi di Bandung; hari ini kita ketemuan. Janjinya sih di KFC PVJ jam setengah dua belas, tapi aku ngaret keterlaluan baru dateng jam setengah satu >.< Dita pindah dari KFC ke Starbucks, dan tadi dia itu pake celana hijau tua pudar sama kaus hijau. Hehe, hebat ya aku bisa tahu. Iyalah se(tengah)harian aku sama dia kok. Weeekk! :p

Pas di Starbucks kita ngobrol-ngobrol dulu, sambil Dita sibuk ngurus... em... apa itu namanya? Seukuran iPhone tapi dari Samsung. Ah sudahlah, pokoknya ponsel touchscreen. Aku emang gak pernah ngerti yang begituan, huahahah. Nah pas lagi ngobrol, tiba-tiba di kaca jendela sampingku (kita berdua duduk persis di samping jendela) muncul tangan dan muka orang setinggi aku waktu duduk. Spontan aku bilang, "Astagfirullah!" Kirain apaan, taunya anak kecil iseng! Ya ampun Naaakk kurang kerjaan banget sih kamu! Kemudian Dita kasih aku DVD original The Hunger Games. Itu tuh sebenernya hadiah dari kuis #WIOL yang pernah diadain Peeta_IHG, cuma berkat kedodolan kita berdua barulah hadiah itu dikasih hari ini XD Habis ngobrol akhirnya kita mutusin untuk pergi dari Starbucks dan ke Game Master. Untung ada Dita, karena kalau nggak aku pasti bakal ninggalin DVD THG itu di atas meja begitu saja. Ya, sedodol itulah saya, ahahaha!

Sampe di Game Master kita liat-liat dulu bentar, terus isi kartu. Berhubung Dita gak punya kartu Game Master, jadi pake kartuku. Untung aku punya kartunya. Kita isi ulang yang Rp80.000,00 dengan bonus Rp10.000,00. Saldonya jadi Rp90.000,00. Astaga berarti kartu itu tadinya Rp0,00 :| Sehabis isi ulang, kita langsung gesek di mesin Pump It Up. Habis itu kan kita main, dan aku tuh dua dari tiga stage ngambil level 4 alias easy sementara Dita ngambil level 6-7 alias normal/hard (hardly normal?). Karena aku merasa bersalah ngeliat Dita mainnya riweuh di samping aku, akhirnya di stage tiga aku ngambil level 6. Ehh taunya Dita naikin level dia lagi. Yaudah deh. Tapi karena kita berdua sama-sama payah pas main lagu itu (probably levelnya ketinggian) akhirnya di-cut di tengah lagu, dikatain sama mesinnya, pula! "Hey, why don't you just get up and dance, Man?" OKE ITU JLEEEEBBBB XD.

Setelah Dita pake sepatunya lagi (dia main Pump telanjang kaki) kita muterin Game Master, nyari mainan lain. Nyantol lah kita berdua di Initial D, dan kita main masing-masing dua kali. Berhubung aku beres duluan daripada Dita, aku liatin dia main dari balik punggungnya. Terus kan ada anak kecil duduk di depan stir Initial D gitu, aku tanya, "Mau main?"

"Nggak kok Teh," katanya sambil tersenyum malu-malu.

"Mau digesekin?" tanyaku.

"Bener Teh? Mau!" sahut anak itu. Huahaha dasar anak-anak, mudah banget ditebak gak kayak remaja macam aku yang complicated XD

Jadilah aku gesek kartuku sekali, dan aku bantu dia pilih mobil sampe pilih trek. Akhirnya Dita beres, dan aku pamit sama anak itu. Bangga banget kayaknya dia, bisa main drifting ala Initial D, gratisan pula. Heboh banget dadah-dadahnya padaku waktu aku pergi. Lewat dari sana, aku sama Dita akhirnya main Time Crisis 4 dan di situlah kartu Game Master-ku sekarat XD Kita main Link Play (berdua) dan itu sampe Stage 2 masih bertahan astagaaa. Biasanya kalau aku main sendiri, paling banter pertengahan Stage 1 udahan (antara males ngelanjutin dan saldo udah abis). Tapi mungkin karena faktor ada temen main, akhirnya kita bergantian saling menggesek itu kartu tiap kali kita mati. Entah berapa kali itu kartu digesek. Yang pasti, waktu pertama main TC4 itu saldonya kalau gak salah Rp80.000,00 dan sekarang tinggal Rp400,00!

Pokoknya itu rame sekali saudara-saudaraaaahhh.

Berhubung saldo kartu udah habis, kita beranjak ke Gramedia. Biasalah; kalau ke mall gak ke toko bukunya tuh rasanya kayak berdosa gimanaa gitu. Tapi ya tipikal juga, masuk ke dalam nggak beli buku. Harga buku sadis men! Daripada demo turunkan harga BBM, mending jargonnya diganti jadi Turunkan Harga Buku! dan Naikkan Harga Rokok! *kemudian saya diamuk massa*

Kayak di semua tempat lain di PVJ yang tadi kita datengin, ya kita ngobrol-ngobrol sambil liat-liat buku. Ngobrolnya macem-macem, dari satu topik ke topik lain; gak harus ada linking khusus. Kan ngobrolnya spontan, gak ditulis script dulu. Tapi berhubung lagi di toko buku ya obrolannya gak jauh-jauh dari buku. Akhirnya Dita ngajak makan, dan aku menyetujui dengan RIANG karena aku baru sadar perutku lapar waktu dia ngajak makan. Itukah yang dinamakan telmi?

Setelah muter-muter nyari tempat makan, akhirnya kita makannya di KFC, tempat janjian awal XD Kita berdua duduk di tempat yang PERSIS berhadapan dengan tempat duduk kita tadi waktu di Starbucks (lahannya Starbucks sama KFC tetanggaan). Dita pesen makanan, dan aku nungguin meja, takutnya ketiup terus padam. Eh, oke, itu salah. Aku nunggu rada lama, soalnya tadi kita liat sekilas juga di dalem tuh yang ngantri PENUH. Sambil buang waktu aku nulis-nulis gitu kan. Tetiba di samping aku ada orang berdiri, taunya Dita. Heee tumben aku bisa nunggu tanpa ribut, biasanya susah banget nunggu lebih dari lima menit (dasar manusia standar ganda).

"Ini tadi berapa, Dit?" tanyaku sambil nunjuk makanan.

"Ha? Oh, udah, gapapa."

"Nggak, um, di bawah Rp40.000,00?" tanyaku, karena Dita bilang dia mau balikin uangku senilai itu untuk mengganti waktu ngisi saldo kartu, soalnya pas ngisi pake uangku yang selembar warna merah ada gambar Soekarno-Hatta. "Kalau kurang, sisanya gak usah dibalikin," lanjutku. Maksudnya, kalau lebih dari segitu, mau aku bayar sisanya.

"Gak apa-apa kok," kata Dita sambil mulai menata makanannya. "Oh iya, ini aku balikin uang kamu."

"Gak usah Dit!"

"Udah, ambil." Dia menyodorkan paksa dua lembar Rp20.000,00.

"Um, kalau gitu, ini yang dua puluh rib--"

"Aku yang traktir."

Aku diem, ngeliatin dia. "Kamu tuh jago banget ya bikin orang speechless!"

Dita ketawa. "Yaudah deh," kataku, "makasih."

"Sama-sama," balas Dita sambil tersenyum.

Dan pada saat itu aku baru menyadari bahwa... bulu mata Dita itu ternyata turun, menghalangi mata dia. Duh kok bisa baru sadar sekarang sih.

"Jadi itu apa?" tanya Dita.

"Apa yang apa?" aku menelengkan kepala, menaikkan alis.

"Itu," ujarnya sambil menunjuk buku yang buru-buru kututup begitu ia datang.

"A," aku nyaris tergagap (tolong sadari kata NYARIS--gue gak semudah itu tergagap men! :v), "bukan apa-apa sih. Corat-coret."

"Ooh."

Dan kemudian kita makan.

Dan beres kita makan, nggak seperti yang selama ini aku lakukan yaitu get up and go (cie kayak lagu Pump aja), kita malah duduk dan ngobrol gak jelas. Oke, aku yang gak jelas. Eh, Dita juga agak gak jelas sih. Kan orang gak jelas temenan sama orang gak jelas. Oke ini mulai OOT.

Dan salah satu yang kita omongin adalah... DIZA REFENGGA!

*Ret tereret tet teeet*

"Kebayang kalau suatu saat kita jalan bertiga," kataku.

"Hahaha!"

"Dan pada saat itu ada fans dia dateng, dan waktu dia ladenin fansnya kita pergi. Waktu dia panggil..."

"Siapa ya?"

Ahahahahahahahahahahahaha...!

Memang, satu lagi anggota [DI]versity adalah Diza, dan dia lagi semacam naik daun saat ini. Makna konotasi ya, bukan denotasi. Nggak kebayang deh Diza naik daun beneran, salah-salah tuh daun malah diinjek di atas tanah lagi.

Pokoknya kita berdua--aku dan Dita--itu ngobrol asyik banget, sampe gak kerasa ternyata udah jam setengah lima. Akhirnya kita pamit satu sama lain, dan aku pulang. Meskipun kakiku sakit dipake main Pump dan nahan pedal Time Crisis serta keliling Paris Van Java yang gedenya tega banget, rasanya ketemu teman, apalagi yang jarang banget ketemu, itu seneeeeeeng banget. Saking senengnya aku bete sama teman pun aku pake emot <3. Ahaha, itu bukan emot cinta, tapi emot less than three.

Terima kasih untuk hari ini, Mudita Nanda! Terima kasih untuk jalan-jalannya, untuk capruknya, untuk mainnya, dan untuk traktirannya! See you soon, hopefully with complete [DI]versity members!!

Dan terima kasih sudah membaca!

Thursday 26 December 2013

Somewhat Menopause Middle Aged Woman Saying

Someone told me, that you found somebody
Found somebody new
I'm happy for you
Maybe that's why I don't hear from you

Like I used to
Like a faded photograph
Some moments in the past

But sometimes
Sometimes

I miss you missing me
Calling me on the phone
Asking me how I'm doing
Asking if I'm alone
I miss you missing me
I miss you missing me

*
*
*

Pretty much what I'm feeling. Watching your ex-more-like-little-brother grow is not something easy to do. Especially when he is now becoming a known actor and every girl is just head over heels on him and I feel like somehow, I must protect him, you know, like, I'm afraid that some of his fans--or FANGIRLS I should say--is going to let him down. Oh my gosh, really, I feel like some middle aged woman that watches over much too handsome gigolo wait what.

He's not a gigolo, if that's what you want to know. He has some talent in that, tho. Because puberty does him good--something that bitch didn't do to me. Oh yes I'm surrounded by well treated by puberty boys. Life is indeed unfair.

My girl friends envy me tho.

And you know what's gross? Seeing all his fangirls call him like... "kakak" "abang" and "laff yu bang" is like... ergh... I wanna vomit... I could be fangirling over books and movies but I never remembered ever fangirling like that. And they even told me to stop scolding him because "dia kan abangku".

BITCH I'VE PROBABLY KNOWN HIM LONG BEFORE YOU KNEW HIM SHUT THE FUCK HELL UP I KNOW WHAT I'M DOING KAY.

Scolding people is my way to show them how much I love them! Like really I rarely says I love you instead I said fuck you douchebag, your mom is the unluckiest person ever. Really, when I call you something bad you probably should be proud because that means I love you.

Well fuck this shit! At least his girlfriend isn't like his fangirls. Those are what you call...

Ababil.

Sunday 15 December 2013

Things Oversaid

Jadi hari ini aku mau bahas tentang kata-kata yang overused, atau, lebih tepatnya, oversaid. Entah karena emang itu lagi ngetren atau gimana, yang pasti kalau scroll TL pasti nemu kata itu lagi dan itu lagi (jiah, makanya, follow akun yang bermutu dong Dill :v).

Dan inilah kata-kata yang - menurutku - terlalu sering diucapkan dan perlu diganti dengan kata lain!

Galau :( [dan curhat dari hati terdalam lainnya]
   Seiring dengan kemajuan teknologi, memberitahu orang lain tentang kabar kita sudah menjadi semakin mudah. Surat digantikan oleh e-mail dan telegraf digantikan oleh telepon. Ketika situs jejaring sosial (sosmed) diperkenalkan pada masyarakat kita yang - uhuk - konsumtif - uhuk - maka semakin mudah pula bagi orang-orang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada suatu individu, apalagi dengan media microblog semacam Twitter yang terbatas 140 karakter. Kadang saking panjangnya curhat, bisa memanjang jadi beberapa tweet. Tapi serius, masalahmu itu masalahmu. Orang-orang nggak akan peduli kecuali a) masalahmu terkait dengan mereka atau b) mereka pikir kau pantas mendapat masalah itu. Yang, omong-omong, melihat panjangnya tweet curhat soal masalahmu, jelas kau pantas!

Pacarku menyebalkan! [dan problema antar pasangan lainnya]
    Sama seperti masalah pribadimu, nggak ada yang mau tahu tentang apa yang terjadi antara kau dan pasanganmu. Anggaplah kau dan pacarmu (atau kekasihmu. Atau suamimu) tinggal di sebuah rumah bersama. Apa yang kalian lakukan di dalam rumah itu, baik ataupun buruk, nggak perlu diumbar. Kalau mau diumbar, umbarlah yang baik saja. Kalau kamu mengeluhkan masalah antara dirimu dan pacarmu lalu ada orang yang masuk di antara hubungan kalian, nggak seharusnya kau tuduh dia PHO - Perusak Hubungan Orang - karena kaulah yang memberitahunya celah di mana dia bisa menyelinap masuk!

Huhuhu, tugas kok banyak bangeet!
   Setiap hal datang bersama hak dan kewajiban. Kalau kau pelajar, hakmu adalah mendapat ilmu dan kewajibanmu adalah untuk belajar. Kalau kau pegawai, hakmu adalah mendapat gaji dan kewajibanmu adalah menuntaskan pekerjaan. Nggak seharusnya kau mengabaikan salah satunya. Kalau kau tidak mau melakukan kewajibanmu, jangan menuntut hakmu. Kalau kau nggak mau mengerjakan tugas sekolah, ya nggak usah sekolah! Ribet banget haduh *face palm*

Gadget baru nih [dan ucapan pamer lainnya]
   Aku gak bakal bohong, aku paling bete sama poin things oversaid ini. Semacam campuran antara rasa iri dan merutuk. Perbandingannya iri : merutuk mungkin 1 : 2. Duh, plis ya, nggak semua orang bisa seperti kamu atau memiliki hal-hal yang kamu miliki. Dan aku merutukimu karena setelah itu kamu bilang "haters gonna hate" dan blah blah, menyalahkan orang lain menganggap mereka iri dan orang iri nggak mampu. PUHLEASE. Memangnya salah mereka kalau mereka bisa membedakan mana PERLU mana INGIN? Well sebenarnya itu salah mereka tapi bukan itu maksudku! Berhentilah memamerkan hal-hal yang kamu miliki. Diam dan tunjukan tanpa pamer. Kesannya bakal lebih berasa tau.
   Dan memangnya kamu ngapain aja sampe perlu banget kamera SLR dan Android dan iPhone 5? Seriously. Paling ujung-ujungnya buat ngedit foto.

Nggak ada yang peduli padaku!
   Aku gak bakal bohong, aku juga kadang berkata begini. Tapi serius, nggak benar-benar gak ada yang peduli padamu. Kalau teman-temanmu nggak peduli, keluargamu peduli. Kalau keluargamu gak peduli, teman-temanmu peduli. Kalau mereka semua nggak peduli, terkadang ada seseorang yang bahkan tidak kamu ketahui ada yang peduli padamu. Serius. Ini pengalaman pribadi. Bukan, aku bukan yang dipedulikan. Aku orang yang tidak diketahui ada dan peduli. HAHAHAHAHAHA *ketawa miris sambil asah pisau*
   Kembali ke subjek. Setelah dipikir-pikir, mungkin rata-rata orang mengatakan bahwa tidak ada yang peduli pada mereka adalah supaya orang peduli pada mereka. Tapi praktiknya nggak semudah itu. Tau matahari, gak? Nah, dunia berputar mengelilingi benda itu, bukan dirimu. Mau merengek bagaimanapun juga, kalau orang nggak peduli, ya nggak peduli. Ingat, bayanganmu sendiri meninggalkanmu waktu gelap.

Aku orang paling sengsara di dunia.
   Sebenarnya, nggak semuanya menyatakan dengan gamblang begini. Rasanya, lima belas tahun aku hidup baru satu atau dua orang yang kudengar menyatakan hal ini secara langsung. Mudahnya begini: apakah kamu nggak punya teman satupun? Nggak punya rumah tempat bernaung? Nggak punya keluarga yang memberi perlindungan? Belum makan dan minum selama berhari-hari? Terjangkit penyakit mematikan yang belum ada obatnya? Jelek teramat sangat? Bodoh kebangetan? Matamu berada di lutut?
   Kalau kamu nggak menderita semua itu, berarti kamu bukan orang paling sengsara di dunia. HADAPILAH, QUASIMODO, MASIH ADA ORANG-ORANG YANG LEBIH SENGSARA DARI KAMU. HADAPILAH KENYATAAN YANG PAHIT INI.

Dan yang terakhir adalah...
If you know what I mean.
   Seriously. The trend is over. Get over it. 

Thursday 12 December 2013

Three Quizzes!!!

So I was just being bored and clueless about what I'm about to do when I remembered my Fifty Shades e-book novels. I had these new trilogy about Fifty Shades, but it's written from Christian's point of view. But what I'm about to say has nothing to do with Fifty Shades. Well, it does, but not the way you'd think.

Christian is the D and Ana is the (failed) Sb. Christian is also an S but let the truth be forgotten because he never really hurt Ana unless when he hurt himself and those ones doesn't count because I love Christian Grey I'd go down for him.

Just kidding. Half kidding.

And since my wifi is finally repaired (good bye to those dark days in cave!), I went to Google and fucking typed fucking random quizzes that I thought of.

It turned out, it's a D/s quiz.

And just so you know, I took three quizzes - THREE!!! - and the answer is always the same.

"You are a D."

Can anyone give me a whip? Or a handcuffs? Because I'd like to cuffed someone then spank their asses really fucking hard just kidding I'm no person like that.

Seriously? I indeed love Christian Grey, which is, by the way, is a D, but that doesn't make me a D, does it!? There is only one way to prove it and I'm not proving it now just yet. Oh, and also, I took the seme/uke quiz and I got Seme which, by the way, Japanese way of calling the 'male' or the 'alpha' in homosexual relationship.

And my friend just got Uke! If she is also a Sb I won't be too surprised I'll probably take her to... no, not Timbuktu. That place is too fucking crowded I'll take her into some abandoned island and live happily ever after with unicorns and cats.

And why am I even telling you this!? This is on my blog everyone gets to see it! Oh shit, my parents are reading my blog too! Let's hope that they would think I was talking about some crazy Spanish shit because that's probably the only thing they wouldn't understand even if someone explain it to them until sharks become vegetarian lol just kidding I love you mom. And dad. Don't forget the dad. Err... my dad. Or dads?

Nah, fuck it.

Wednesday 4 December 2013

So What's Up?

Nothing much. Hanya sedang berusaha bertahan hidup dari eliminasi mengerikan ala institusi berkedok pendidikan yang mereka adakan setiap akhir semester semata untuk mengevaluasi hasil belajar para peserta didiknya yang, omong-omong, tidak akan menggunakan lebih dari 80% hal yang mereka ujikan di realita.

Dan juga sedang berusaha melupakan kematian Paul Walker 30 November lalu, atau, 1 Desember menurut waktu kita. Ini tidak seharusnya terjadi. Bukan kematiannya, tapi mental breakdown yang aku rasakan. Maksudku, well, mungkin aku menyukainya tapi kehidupannya nggak pernah bersentuhan secara langsung denganku dan aku nggak seharusnya merasa begitu kehilangan tapi toh nyatanya itu yang kurasakan.

Next thing. Kemarin aku ke toko buku dengan ibuku dan aku membeli tiga buku: Prodigy--lanjutan dari Legend--The Hunger Games, dan Catching Fire. Kau salah besar kalau mengira aku baru menonton filmnya dan memutuskan aku menyukai ceritanya lalu membeli bukunya. Bukan. Aku memiliki seluruh triloginya, lengkap. Aku hanya membeli buku baru karena buku-buku ini dicetak ulang dan ganti kover. The Hunger Games masih mempertahankan background hitam dengan simbol Mockingjay di tengah-tengah, namun simbol itu diperkecil dan diletakkan di balik tulisan The Hunger Games. Sementara Catching Fire merombak total kovernya. Kover yang dulu berwarna merah bertuliskan Catching Fire - Tersulut dengan ilustrasi Mockingjay yang dijadikan target, kini berubah menjadi gambar sebuah tebing dengan Katniss Everdeen kita tercinta berdiri di ujungnya; busur di tangan dan panah di punggung. Yang kubenci adalah judulnya yang diubah. Catching Fire menjadi The Hunger Games: Catching Fire. Aku mengerti itu untuk memudahkan orang-orang mengetahui bahwa buku ini merupakan sequel dari The Hunger Games tapi aku merasa bahwa mereka yang membutuhkan keterangan lebih lanjut seperti itu tidak cukup peduli untuk mengetahui keseluruhan judul trilogi The Hunger Games. Kurasa real tribute--baru ataupun lama--akan mengetahui yang mana kisah yang berhubungan dengan The Hunger Games dan bukan karena mereka CUKUP PEDULI untuk mencari tahu.

I JUST DOWNLOADED ANOTHER TRILOGY TO FIFTY SHADES!!! Kisah ini--kalau review dari Goodreads bisa dipercaya--menceritakan keseluruhan kisah Fifty Shades--Fifty Shades of Grey, Fifty Shades Darker, dan Fifty Shades Freed--dengan point of view Christian. Yes, THAT Christian. Our hot, sexy, dominant, filthy rich, worry-like, blond Christian Grey. OH MY GOD AKU BISA MATI KESENANGAN! Despite what everybody tells me about the story (itu novel dewasa, itu nggak cocok dibaca olehmu, kamu nggak seharusnya baca cerita begitu, itu novel erotica, blah blah blah) aku cukup menyukai trilogi Fifty Shades meski kurang menyukai Fifty Shades Darker (Fifty Shades, #2). Gimana mau suka kalau sejak halaman 30-or-so setiap kali Anastasia dan Christian bertemu yang mereka lakukan cuma having sex? It's really a porn in a book. Tapi Fifty Shades Freed was the best and most favorite of all three! Pertama-tama, di buku ketiga Ana dan Christian MENIKAH *lempar confetti* dan kedua... well... baca sendiri, sana!

Sepertinya aku sedang memulai hobi baru yaitu menulis di atas tisu. Well, setidaknya tisu-tisu yang selama ini selalu kubawa tanpa kupakai berguna juga!

Aku ternyata bisa membaca aksara Sunda! Kenyataan ini membuatku terperangah karena selama ini intelejensiku dalam bahasa Sunda dan hal-hal yang terkait dengannya dapat disamakan dengan intelejensi seekor NGENGAT meskipun jika hal itu menyangkut sastra dan bahasa intelenjsiku nyaris sama dengan MANUSIA meski lebih tinggi sedikit.

Aku mengerjakan soal UAS Matematika dengan cara yang unik; aku mengerjakan 15 soal nyaris bersungguh-sungguh, hampir menangis saat melakukannya, dan akhirnya memilih mana yang tampaknya cukup mendekati kebenaran dari kilau-kilau depresi yang tampak di pilihan A, B, C, D, atau E. Kemudian aku menyingkirkan soal dan mengerjakan sisa 25 nomor lainnya dengan membulatkan secara sembarangan pilihan yang tertera di LJK. Serius. Belum pernah aku mengerjakan soal ujian senekat dan sengaco itu. Aku cuma membulatkan pilihan yang kurasa kusuka tanpa melihat soal SAMA SEKALI. Terkadang kebodohanku sendiri mengejutkanku.

Aku menonton Catching Fire sebanyak TIGA kali, seperti yang kulakukan pada The Hunger Games tahun lalu. PERTAMA aku menontonnya dalam acara #NonbarIHG2 yang diselenggarakan @IndoHungerGames dan jejeritan bareng satu studio. KEDUA aku menontonnya sendiri di sebuah mall dan di dalam bioskop itu aku duduk di row K, persis di tengah menghadap layar, dan aku sendirian! Nggak mungkin ada situasi untuk fangirling yang lebih purrfect lagi. KETIGA aku nonton bareng Asep dan Habibi, bertiga, dan meskipun akulah Tribute-nya (fans The Hunger Games), Asep fanboying lebih keras daripada aku fangirling. Aku merasa tersisihkan. Dan aku nggak ngerti kenapa bisa Katniss tidur bersebelahan dengan Peeta cuma untuk meredam mimpi buruk tanpa mengoyak baju pemuda itu. Kalau aku Katniss, di tengah gejolak hormon remaja ini pasti aku sudah dituduh melakukan pemerkosaan oleh Effie Trinket. Okesip.

Masih nggak setuju Mockingjay dipisah menjadi dua part. Oke, Breaking Dawn dan Harry Potter seri terakhir mungkin memang pantas di-split menjadi dua part karena bukunya aja udah TEBEL BANGET. Tapi Mockingjay cuma terdiri sekitar 400-500 halaman. Puhlease mau dipotong DI MANA?

Akhirnya aku ketemu Re! Dia adalah salah satu dari sekian banyak teman yang kutemui di cyber world. He's an asshole-gentleman (Re bilang padaku di dunia ini cuma ada tiga macam laki-laki; gentleman, asshole, dan gay. Dengan cepat aku memutuskan bahwa dia adalah asshole-gentleman sedangkan temanku yang satu lagi adalah seorang gay-gentleman). Aku langsung MENYUKAI sekaligus MEMBENCINYA begitu kami bertemu. Nggak ada bedanya dari Re yang kukenal lewat Twitter direct messages, mentions, SMS, dan e-mail, cuma yang ini empat dimensi dan bisa ditonjok dan bisa ditendang dan bisa dicincang dan bisa dimakan. Menilik dari bernafsunya aku untuk memutilasi dia, bisa disimpulkan bahwa aku TERAMAT SANGAT menyayanginya. I LOVE YOU, RE! Tapi nggak dengan cara yang mungkin kau pikirkan karena mencintaimu sebagai seorang perempuan pada laki-laki bakal terasa amat MENJIJIKKAN aku lebih memilih tidur dengan kasur.

Baru menyadari bahwa aku mengasosiasikan bayangan sadisku pada seseorang seperti rasa sayangku pada orang itu. Mungkin aku harus mulai menemui psikolog.

Aku menulis surat pada ayah kandungku, Bun. Tapi sampai sekarang belum kukirimkan karena aku belum menulis alamat suratnya. Ibuku bilang Bun udah nggak sabar dan minta supaya suratnya tebal. Err maaf Bun, cuma satu lembar folio bergaris bolak-balik. Ntar aku selipin majalah deh ya, biar tebal.

SELURUH kelas Bahasa digabungkan untuk UAS dan dengan maksudku SELURUH artinya SELURUHNYA dari kelas X, XI, dan XII. Aku duduk bersebelahan dengan Nandita, temanku. Dan duduk cukup jauh dari Mugya, orang yang sampai sekarang masih nggak kumengerti KENAPA aku bisa naksir dia. Baik Mugya, Nandita, Kang Bayu, maupun orang lain di sekitarku pun nggak ada yang bisa jawab. Mugya mukanya tambah aneh dari hari ke hari. Kadang aku cuma pengin nendang dia pada hari Selasa begitu keras sampai-sampai dia baru mendarat Kamis minggu depannya. Kali lain aku cuma pengin nenggelemin dia di kolam sekolah. Kemudian aku ingat bahwa menghilangkan jejak pembunuhan itu sulit jadi aku batal melakukannya. Tapi mungkin, someday soon.

Temanku pindah sekolah dan dia belum mengembalikan bukuku.

Seseorang menyebut Catching Fire sebagai "Hunger Games kedua" dan aku hampir meledak. Menerapkan metode pernapasan sebagai upaya menenangkan diri tapi aku nggak bisa menghilangkan godaan untuk mencekiknya sampai wajahnya biru. NGGAK ADA THE HUNGER GAMES 2 ATAU 3. YANG ADA HANYALAH THE HUNGER GAMES DAN CATCHING FIRE DAN MOCKINGJAY. ENYAHLAH KE NERAKA KALAU KAU MASIH BERSIKERAS MENYEBUTNYA THE HUNGER GAMES KEDUA ATAU KETIGA DASAR KAU MANUSIA.

Dipeluk Mudita waktu #NonbarIHG2. Pulang dengan perasaan ringan berbunga-bunga. Sayang Diza nggak datang. Seandainya datang, pasti formasi [DI]versity akan jadi lengkap dan aku mungkin pulang ke Bandung meledak menjadi jutaan taburan confetti di KM 69. Aku tidak tahu mengapa harus KM 69.

AKHIRNYA AKU BERMIMPI KEMBALI.

Tuesday 12 November 2013

Some Random Post Nonsense Done In Some Random Public Place On Some Random Computer I Found Turned On pleasedontgetmewrong

Aku bahkan nggak tau apa yang mau aku omongin tapi whatever.

A Poem That Is Made Under Drunk Like Circumstances That You Probably Shouldn't Read

Loving you is a mistake
Worst mistake I ever made
Worstest mistake I ever made
But I'm unicorn anyway
We're not purrfect
And I never expected you to be purrfect
So get over it
Okay?
I'm in love with you
But you're gay anyway.

Addict #2

I AM THE WORST HUMAN BEING EVER.

Like seriously. Ingat waktu aku ngepost Addict? Hell it feels like DAYS ago, Man! Dan pada saat itu aku mengatakan bahwa aku kecanduan main osu!, coba tebak!

Aku udah bosen main osu!!

*woman in background* KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH

like omg wtf i just figured that shit out couple of weeks ago then i only played it like for a week thats not even 24/7 now im bored already.

The f-triple-asterisks!?

Anyway.

Aku baru bener-bener ngeh seberapa pembosan aku saat aku sadar bahwa aku udah bosen main osu! yang by the way sempat bikin aku kecanduan... SELAMA BEBERAPA HARI.

Masih untung aku nggak sepembosan ITU sampe bosen hidup. Hih ngiri bingit. Tapi omong-omong aku bener-bener nggak ngerti kenapa aku bisa jadi manusia sepembosan itu. It's like aku nggak bisa bertahan sama satu hal yang sama dan masih bertahan menyukai hal itu lebih dari dua minggu. Duh, gimana kalau aku menikah coba. Mana bisa suami gue dilepeh habis dua minggu.

Tapi itu bisa jadi ide yang bagus, jic ternyata suami gue menyebalkan. Just gotta make sure bahwa segala harta benda adalah hak milik gue. HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH.

*tayanganinimungkinmemilikiadeganyangtidakcocokbagianakanakdampingiselamamenontonbatretidaktermasuk*

Baiklah. Jadi ternyata aku orang yang super duper pembosan, terus kenapa? Harusnya itu bisa buka peluang bagiku untuk mencari tahu tentang hal-hal baru, atau bahkan MEMBUAT hal-hal baru.

Masalahnya adalah aku itu terlalu malas untuk melakukan hal itu ataupun hal itu.

Well, kurasa semua orang harus punya hobi, ya kan? Dan hobiku adalah untuk bosan dan komplen nggak ada hal lain yang menarik dan blah blah blah.

Sometimes I just wanna bitch slap myself.

I know, I'm just that awesome.

However, aku benar-benar mulai kehabisan hal-hal untuk dilakukan dan tolong jangan suruh aku melakukan apapun yang berhubungan dengan bangun dari tempat tidur because that is totally off the list. Kurasa aku hanya akan menghabiskan masa mudaku dengan berbaring dan mendengarkan musik dan

Baiklah, timbul pertanyaan. Gimana kalau aku bosan sama lagu yang kudengar? Ntar aku denger apa dong? Mereka benar-benar harus menciptakan sesuatu yang gratis dan simple dan bisa memutar musik dan mendownload musik juga video juga e-book juga makanan juga baju.

THAT would be purrfect.

Graw.

Saturday 9 November 2013

Addict

HAI MAKHLUK ASTRAL.

Maafkan aku yang sudah lama membiarkan web blog tercinta ini berdebu uhuk uhuk. Nonono bukannya kau menelantarkanmu Sayang, aku nggak pindah ke lain hati blog kok, cuma Internet baru dibayar kemarin. Jangan ngambek ya Sayang *ngomong ke blog*

BAIKLAH.

Setelah sekian lama, kira-kira mau ngomongin apa ya? Hmm, ada yang punya ide? *pura-pura gak liat judul*

Oh ya, aku tau! Mari kita bicarakan soal adiksi. Adiksi, alias candu. He-eh, yang itu. Nonono jangan khawatir, aku nggak kecanduan narkoba. Belum. Ehh. Uhuk. Baiklah, kembali pada topik awal. Mari kita bicarakan--eh, kok deja vu...

Ayo kita omongin soal my recent addiction. Yep, I'm an addict. Tapi bukan addict dalam pengertian negatif. Err tunggu, di mana-mana yang namanya addict itu buruk. Ah sudahlah. Intinya aku bukannya kecanduan alkohol apalagi nikotin apalagi narkoba. Nonono aku kecanduan banyak hal tapi aku nggak kecanduan hal-hal itu.

Salah satunya, aku kecanduan udara.

Kemudian, hal yang baru-baru ini menjadi candu baru bagiku adalah sebuah game bernama osu!. Osu! adalah permainan yang--kalau menurut beberapa temanku--memiliki konsep mirip Guitar Hero. Udah ada bayangan? Oke, cuma osu! ini dimainkannya di PC, dan untuk lagu-lagunya ada beatmap khusus jadi sayang sekali nggak bisa sekadar cuma punya lagu dan masukin, terus main. Sebenarnya game osu! ini nggak terlalu makan tempat, ukurannya cuma beberapa kBs, dan yang sering bikin penuh itu justru lagu-lagunya. Aku ngembat dari netbook temanku, dan ada sekitar 280 lagu. Meskipun banyak, tiap kali main dan aku shuffle, aku selalu mikir, "Perasaan lagunya banyak, kok nemunya ini lagi ini lagi." Aha aha aha aha aha.

Aku lagi suka sama lagu-lagu:
  • Megurine Luka - LukaLuka Night Fever
  • Nano - Now or Never
  • Hatsune Miku - Joker
Sebenarnya osu! nggak cuma bisa diisi lagu-lagu Jepang, cuma kalau liat dari osu.ppy.sh-nya emang banyakan lagu Jepang. Pfft. Aku cari lagu Simple Plan nggak ada lho, tapi giliran Paramore ada. Ha ha ha ha ha.

Dan coba tebak.

Taylor Swift banyak.

GAH.

Oke, kendalikan emosi. Baiklah, jadi Simple Plan nggak tersedia untuk osu!. Terus kenapa? EH, NANYA TERUS KENAPA LAGI. NGAJAK RIBUT LO YA. Uph. Baiklah, tenang. Ntar aku bikin deh. Err tunggu main sendiri aja masih suka dapet C gimana mau bikin. Ha ha ha Dilla ngaco.

Sepertinya emosi saya lagi datar.

Oh ya, selain addicted sama osu!, aku juga addicted sama hal lain. Well, sepertinya candu yang ini udah agak lama sebenernya, tapi baru kusadari akhir-akhir ini. Ternyata aku juga kecanduan teh. Keren banget gak sih? Dulu aku sempat kecanduan kopi, dan sekarang kecanduan teh. Berikutnya apa? Jangan-jangan kecanduan air putih. Eh, yang itu gapapa deh.

Nah berhubung aku udah nggak tau mau ngomong apa lagi, auf wiederseien!

N.B: Sori garing. Ngantuk.
N.B.B: Entah auf wiederseien atau auf wieder apalah, bahasa Jermanku payah.

Monday 28 October 2013

Darling, ...

Darling tell me why
Tell me why don't you love me
Why you see me
But never look at me

Darling I have so many things to say
There are things I wish I could do to you
Hating you is none of them
But hoping you'd notice me is surely one

Darling can't you see
What power you have upon me
So why don't you look at me
Look at me deep

And see what I dare not to say
See what I hide inside
Things I wish you know
But never brave enough to show to you

Darling I never feel like this before
I'm literally head over heels on you
Yet still you don't realize
How deep I've fallen for you

Don't tell me that I'm cliche
Because I know that I am
Don't periodicaly remind me
Just stop and stare at me for a while

See what I'm hiding inside
Hear what my heart shouts
Understand what my brain tries to tell
Feel my skin when I'm getting close to you

So darling tell me why
Tell me why don't you love me
Why you always look through me
Why you spoke to me but never notice me

Darling tell me why
Why I'm not good enough for you
And if that's not the reason why
Then tell me what.

Wednesday 16 October 2013

How the Fuck Shits Could Happens

WHAT THE HELL IS SEKOLAH WHAT KIND OF FUCKING THING IS THAT IS THAT THING REALLY LEGAL IN OUR COUNTRY OH PLEASE TELL ME IT'S JUST ANOTHER KIND OF NEW INVENTION OF FOOD AND LET ME EAT THAT WELL NO I WON'T EAT SEKOLAH OR I'M GONNA BE SO SICK UGH.

GUE MASIH GAK NGERTI apa sesungguhnya guna sekolah. Menurut gue segala hal yang gue pelajari di sekolah bisa gue pelajari secara otodidak so why bother like hell I don't wanna go to school I just wanna sit on my bed then lay on it then go to fucking sleep and when I wake up I don't have to face that stupid fucking thing called school like seriously that fucking thing should be fucking illegal like how the fuck you make killing people is illegal but make school is fucking legal that is piece of shit.

But lol buat gue fungsi sekolah cuma satu: sosialisasi.

So why don't cha just make a School of Socialization like it'll be very easier to all of us fuck math fuck science fuck social science but no don't fuck language that's my fucking thing.

no i dont wanna go to school i dont wanna i dont wanna all i wanna do is just sit here and just finishing the fifty shades trilogy then make my own erotica story then probably publish it and move to timbuktu and live happily ever after with unicorns and cats as my pets.

AND HOW THE HELL COULD MY CRUSH JUST WALKED PAST ME LIKE HE DIDN'T SEE ME LIKE I'M SUPER FAT TEENAGE GIRL WITH THE WEIGHT OF 85K AND HEIGHT OF 1.57M WAS IT MY FACE WAS IT MY HAIR FUCK THIS FUCK THAT FUCK YOU FUCK CRUSHES FUCK FEELINGS I'M TIRED OF BEING HUMAN I'M TIRED OF BEING TEENAGER I'M JUST GONNA BE UNICORN FROM NOW ON CALL ME KITTYCORN WAIT WHAT KITTYPORN NO IT'S NOT PLEASE JUST DON'T.

Monday 14 October 2013

Apa Sih Pentingnya Apel?

Apel baik untuk kesehatan. Kalori yang kita dapatkan lebih sedikit daripada kalori yang kita keluarkan untuk memakannya, seperti saat makan seledri. Apel yang segar juga rasanya enak. Ya buat gue semua buah juga rasanya enak sih. Tapi bukan apel itu yang gue maksud.

Apel yang gue maksud adalah apel yang berarti upacara. Males banget gak sih. Apalagi kalau lapangannya penuh sama siswa-siswi dari semua angkatan. Terus nggak semuanya bisa baris berbaris. Dan lo kebagian di baris belakang. Duh, semangat tuh rasanya berkurang gitu deh. Mana banyak yang ngobrol lagi. Dan kalau lo gak tau, gue nulis ini dari BB di tengah lapangan, duduk bersila, dengan sisa pelajar SMAN gue yang lain berdiri.

I'm such a badass.

Yang lain pegel-pegel kudu berdiri dan silau kena matahari, gue malah dengan nyantenya duduk di bawah. Kece banget gak sih. Lagian, apelnya gitu-gitu doang juga, kagak membangun semangat. Bosen. Kayak ngedengerin presiden laporan. Nguantok!

Kalau apel atau upacara untuk membangun disiplin, oke. Tapi perhatikan juga sasarannya. Jangan mentang-mentang titelnya pelajar SMA jadi diabaikan, terus ngomel sendiri karena nggak tertiblah, ngobrol teruslah. Kalau kerja jangan setengah-setengah dooong. Ya kitanya juga salah sih kenapa nggak lebih pinter baris berbaris dan kenapa nggak sedikit lebih disiplin. Tapi gue lagi nggak dalam kondisi bisa nyusun kata dengan baik apalagi menjabarkan "kenapa".

Tau deh ah. Semoga apelnya cepet bubar.

Sunday 6 October 2013

What Happened Today

Jadi hari ini ceritanya demi menghilangkan kegalauan aku jalan-jalan sama ibuku. Bosen banget kaleeeee ngedekem di kamar mulu mikirin si Akang sambil pusing antara Senin-sapa-nggak-sapa-nggak-sapa-nggak. Minimal demi mengurangi porsi pathetic-ku aku cari angin segar lah. :-)

Maka dengan itu aku pun ngajak ibuku pergi ke warnet. Nggak ada yang salah siiiihhh sama Internet di rumah, cuma masalahnya aku nggak bisa buka Facebook entah kenapa dan salah satu seniorku bilang si Akang itu nggak punya Twitter tapi punya Facebook.

Ya ujung-ujungnya modus juga sih. *ketawa miris*

Tapi sebelum pergi ke warnet ibuku ngajak aku ngebaso dulu di suatu jalan yang udah kulupa namanya apalah itu tapi basonya enak sekali astagaaaaaahhhh. Di sana kita ketemu sama temen ibuku yang sekarang lagi jadi bosnya karena ngasih job dari salah satu provider kartu seluler Indonesia, Tiga. Namanya om Cecep. Terus kita bertiga mesen yamien kan tuh, aku dengan polosnya bilang gini waktu yamien dateng, "Harusnya tadi minta dikasih baso kali ya."

"Nanti Neeeeng," kata ibuku, "basonya nyusuuul."

Dan ternyata bener, nggak beberapa detik kemudian basonya pun datang. Huahahahahah gue kebiasaan sih kalau di sekolah yamien pasti langsung disatuin sama basonya, namanya juga menghemat tempat karena mau dibawa ke kelas. *ngeles*

Makanlah kita bertiga dengan damai. Ibuku dan om C ngobrol-ngobrol sementara aku makan dengan lahap, haaap. Waktu makanannya udah habis, ibuku minta baso doang. Aku awalnya mau minta juga, tapi hal paling aneh di dunia terjadi: aku ngerasa udah full bo! Lol never happened before jadi itu rada-rada ya aneh aja sih kayaknya pantes tuh masuk Tujuh Keajaiban Dunia. Huahahahah.

Terus ayah tiriku, om Tino, dateng. Aku bilang, "Monsternya datang. Mari kita segera kabur dari kastil ini sebelum menjadi tahanan selamanya."

"Dia yang bayar, tau," kata ibuku.

"Oh," aku terdiam. "Pangeran tampannya datang! All hail!"

Om Tino duduk dan mereka bertiga pun ngobrol. Aku nanya ke om Tino, di BlackBerry-nya ada game apa nggak. Katanya nggak. Kubilang hape apaan nggak ada game; ini 2013 plis deh. Dengan kalem om Tino ngebales dengan bilang itu hape untuk kerja. Oh. Okesip.

Kemudian ibuku dan om Tino makan kerupuk apalah itu namanya pokoknya panjang dan kotak gitu. Aku sih cuek aja main Brick Breaker (salah satu game klasik terkece sepanjang masa kedua setelah Tetris!!). Dan tiba-tiba ibuku bilang, "Nih om, harusnya digorengnya tuh kayak gini. Kemarin kamu ngegorengnya salah, jadi aja bantet. Kalau ngegorengnya bener segede-gede ini nih."

Om Tino jawab, "Ya aku kan nggak tau cara ngegorengnya. Maap deh ya."

"Ini bener nih ngegorengnya," lanjut ibuku, "banyak digosok ini, jadi besar-besar."

Aku gak bisa tahan. Aku cekikikan super keras, tapi karena aku masih nunduk mantengin layar Jean, aku nggak tau ekspresi mereka gimana. Ibuku nyoba ngetes apa sebenernya yang bikin aku ketawa; Jean atau omongannya, dan ngomong lagi, "Digosok sampe keluar urat-uratnya nih."

HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA hih aduh udah stop HIHIHIHIHIHIHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHUAHUAHAUAHAUAHAUAHAUAHAUAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

"Jangan nilai buku dari sampulnya ya, bu," kata om Cecep.

"Masih tau sebatas teori kok, tenang aja. Tapi pendalaman materinya terlampau dalam, euy," balas ibuku.

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH.

I AM SO PATHETIC AS A HUMAN BEING AND SO PERVERT AS A DAUGHTER BEING OH MY GOD.

Kemudian om Tino dan ibu pun sama-sama ngeledekin aku sambil nyodorin kerupuk yang 'besar' karena 'digosok' sampe 'keluar uratnya' itu. Atulah aku nggak tahan ih xD

Tiba-tiba tercetus ucapan, "Kasian ya kecengannya nggak berurat tuh."

"Lho kok tau? Udah pernah liat ya?"

"Ya kan nggak punya Twitter." <--nggak jelas juga maksud ibu gue apaan ngomong gini. xD

"Oh iya ya ini kan dua ribu tiga belas masa nggak punya Twitter sih."

"Iya ya parah banget tuh," aku nimbrung.

"Orang dari desa mana tuh."

"Wah, kalau Bandung mah bukan desa om, tapi dari kaki gunung mana tuh."

"Kok naksir yang nggak punya Twitter sih Dek?"

"Iya, salah-salah beneran nggak punya urat tuh."

"Nggak asyik lho Dek."

"HEH."

"Oh iya Dek, kursiku untuk nobar sama IHG kasih ke si Re aja tuh, biar aku nggak usah nonton gapapa ntar aku jalan-jalan aja sambil nunggu kamu."

"Bener gapapa bu?"

"Iya, gapapa. Tapi si Re ada uratnya kan?"

"HEH!"

"Siapa Re?"

"Temennya si Adek."

"Ooh. Berurat gak?"

"Kayaknya sih, kan punya Twitter."

OKE APA INI APA HUBUNGANNYA URAT *PIP* SAMA TWITTER HAH EMANG KENAPA KALAU KECENGAN GUE GAK PUNYA TWITTER ASTAGA SENGGAKNYA DIA PUNYA FACEBOOK DEMI TUHAN.

Kesimpulannya adalah baik ibu, ayah tiri, maupun gue sama-sama ngaco.

Dan baso di tempat itu memang enak.

Dan gosoklah dengan baik supaya uratnya keluar.

Sekian.

Saturday 5 October 2013

Curhat Malam

Ooooohhhh intinya adalah bahwa aku teramat sangat menyedihkan as a human being.

I saw him today. Sekolahku menonton teater musikal di sebuah GOR dan coba tebak; dia datang terlambat tiga puluh menit. Oh, aku datang tepat waktu, persis beberapa menit sebelum drama dimulai dan GOR sudah terisi nyaris setengahnya. Aku berusaha mencari-cari wajahnya di barisan atas, tapi nihil. Yang kudapat malah senior lain yang totally not my type (he's cute tho, namanya Kang Arul, dan baik banget, but I'm just not that into him). Aku mulai menggigiti kuku ibu jariku (yang, omong-omong, kayaknya sering banget kulakukan akhir-akhir ini meski kadang tanpa sadar) dan merasa gelisah. Aku melihat rombongan anak-anak kelas Bahasa, tapi mereka kelas XII dan ada Bayu-senpai di antaranya, tapi dia nggak ngeliat aku. Aku berusaha mencari wajahnya lagi, dan masih nihil. Akhirnya pertunjukan dimulai dan kerumunan yang masuk dari pintu mulai berkurang, tersisa beberapa orang lagi. Aku mulai bertanya-tanya apa seharusnya aku datang subuh tadi supaya bisa tahu siapa yang sudah dan belum datang. Fokusku terpecah antara pertunjukan teater itu dengan pintu yang sudah setengah tertutup. Aku penasaran apa dia sesungguhnya sudah datang terlebih dahulu; sejak tadi; dan apa dia melihatku saat aku berdiri lantas memutar tubuh mencari-cari di antara kerumunan yang sudah menempati kursi.

Tidak ada lagi yang melewati pintu dan akhirnya aku menonton pertunjukannya. Fokusku masih terbagi, karena setiap kali melihat pergerakan di pintu mataku selalu bergerak ke sana. Masih nggak ada dia.

Dan tepat saat aku mengira bahwa dia mungkin memang tidak datang karena sepertinya pertunjukan drama musikal bukanlah gayanya, dia melengang tergesa-gesa melewati pintu. Aku terkesiap dan mengguncang Gysa yang duduk di depanku.

"Gys," panggilku, "itu dia!"

"Mana? Mana?" Gysa menoleh.

"Yang lagi jalan," tunjukku, berusaha terlihat tidak begitu... bersemangat (gagal dengan menyedihkan, tentu saja. Aku kan si Gadis Menyedihkan Tahun Ini). "Tas selempang, jaket denim."

Seperti biasa, tampangnya seperti orang baru bangun tidur. Seandainya memang ada orang yang baru bangun tidur langsung terlihat setampan itu. Jaket denimnya berwarna gelap nyaris hitam, dan tas selempangnya juga beraksen denim berwarna hijau. Di balik jaketnya ia mengenakan batik sekolah dengan celana gelap. Ia menaiki tangga sambil berusaha mencari tempat untuk duduk, sampai akhirnya ia duduk di samping dua orang gadis yang sepertinya tingkat sebelas. Dan dia tersenyum.

Dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum ya Tuhan astaga dia tersenyum dan dia bahkan TERTAWA.

Ya ampun aku terdengar teramat sangat super duper extremely amazingly incredibly pathetic ya Tuhan.

Pada akhirnya, bukan pertunjukannya yang kutonton.

Tapi dia.

Dan aku tidak pernah mengerti sebelumnya soal gadis-gadis yang begitu heboh mengenai orang yang mereka sukai pada teman-teman mereka namun langsung diam seribu bahasa begitu melihat orang itu, apalagi berada berdekatan dengannya. Tapi sekarang aku mengerti, dan mengetahui bahwa jaraknya kurang dari setengah kilo dariku, berada di gedung yang sama denganku, dan bahkan berada dalam jarak pandangku nyaris membuatku pingsan. Sayang sekali aku nggak pernah pingsan, tapi kalau dipikir ulang seandainya aku pingsan siapa yang mau menggotongku? Dan gimana kalau masuk headline news? Masa judulnya SEORANG GADIS PINGSAN BERADA DALAM SATU RUANGAN DENGAN COWOK KECENGANNYA kan gak lucu banget.

Tapi astaga Tuhaaaaaannn.

I am torn apart between the desire to talk to him and the shame I have upon myself. Nggak masalah jutaan orang berusaha meyakinkanku bahwa aku nggak jelek-jelek amat dan yang harus kulakukan cuma pede. Pada akhirnya ketakutan terbesarku adalah dia hanya akan melihatku strangely kemudian berlalu begitu saja. Wow, membayangkannya saja nyaris membuatku menangis, apalagi mengalaminya langsung, ya kan?

Jadi secara menyedihkan aku cuma memerhatikan dia sepanjang sisa pertunjukan. Kapan dia tertawa, kapan dia tampak serius. Apa yang membuatnya tertawa dan apa yang membuatnya begitu fokus. Dan setiap kali matanya melirik dari panggung, mungkin untuk mencari wajah yang dikenalnya, aku memalingkan wajah atau menunduk.

Kemudian menatapnya lagi.

Kurasa hari ini ada satu waktu ketika dia melihatku, tapi aku ragu dia mengenaliku. Hei, peraturan tak tertulis yang selalu terjadi dalam kasus cewek-naksir-cowok adalah Objek Tidak Mengetahui Bahwa Subjek Ada. He doesn't even know that I exist. Mungkin saat ia menangkap wajahku dia cuma berpikir, "Oh satu lagi anak sekolah tak dikenal."

Shit happens, told you.

Dan aku teramat sangat menyedihkan, memalukan, karena terus mengulang kejadian di GOR tadi sejak aku pulang. Dengan berbagai versi. Dalam setiap versi tentu saja dia mengenali aku. Kami bahkan berbicara. Kurang menyedihkan apa coba. Aku teramat sangat menyedihkan sampai rasanya pantas menerima hukuman mati. Astaga. Ya Tuhan. Senyumnya.

Yah, Re sudah mengklarifikasi seberapa menyedihkannya aku. Dia bahkan bertanya sampai kapan am I gonna stay this pathetic. But what should I do what should I do aku nggak tau aku harus ngapain. Seandainya dia orang yang suka berjalan keluar dari kelasnya, mungkin aku bisa menyapanya saat berpapasan secara tidak sengaja (atau, terkadang, secara sengaja). Tapi dia mendekam dalam kelas sepanjang istirahat, dan jarang menjauh dari pintu kelas dalam radius lebih dari dua meter. Menjadi bahan tertawaan dan bahan gosip itu nggak enak, dan aku nggak mau jadi keduanya. Maka akhirnya aku diam.

Dan panik serta ribut sendiri.

Mungkin seandainya aku adalah apa yang selalu kuharapkan I would be aku akan cuek aja. Well masalahnya aku terkungkung. Dalam penjara yang kubuat sendiri. Dan itu membuat level menyedihkanku berlipat ganda. Ugh sudah kubilang aku begitu menyedihkan sampai rasanya pantas mendapat hukuman mati.

Semoga semoga semoga semoga semoga renovasi ruang kelasnya cepat selesai dan aku bisa kembali bersantai di meja yang dekat dengan kelasnya dan mungkin mungkin mungkin saat itu aku bisa berani menyapanya meski kemungkinannya rasanya nol koma banyak nol satu persen.

Ya Tuhan aku menyedihkan banget.

Friday 4 October 2013

Ugly Random Talk

Why is it always so much easier to love the thought of someone instead of loving who they really are? Guess that it's my problem; I fell in love too much but only with the thought of someone. Kind of distracting since I usually made them up. I ditch the imperfections and make them perfect. I made a story for each and every one of them. I made them family, personality, and things they like that probably they even hate. I have a troubled youth, but seems like most of the "troubles" came from me.

You isn't supposed to love the thought of someone. That doesn't fair, but again, the life itself doesn't did a fair favor to all of us, so why bother? Go ahead; love the thought of everyone. You don't have to really love them; you only love the thought of them. That means you don't really know them, yes? And that is so far easier, especially when you don't planning on knowing them more. Because once you're in love with the thought of them the truth might just break your heart into pieces. That's a metaphor. But it could be literal. Depends on you.

What else. Oh. Yeah. I had a crush on many people? Yes, but I had crushes on fictional characters more than I had crushes on real people. Now. My current problem is there is a bug that keeps bugging me. Well, why, of course. He's a bug; a bug's job is to bug. And I enjoy bugging people? But, I don't really like being bugged. Because that's just distracting. And annoying. And just really a pain in the ass.

The question is, who is he, and how did he bug me? Well I wouldn't answer the first question because there is a zero chance of him reading this and that just really awe in my heart and that made me disappointed and why the hell am I talking about this anyway I wouldn't tell you who because my other seniors probably reads my blog and just voila he could know.

And I couldn't bear that just yet.

And how did he bug me? Simple. He showed his goddamn fucking face to me couple of times and invaded my mind. He. Just. Asked. Me. To. Rip. His. Heart. Out.

Oh, and get this. He loves psychotics thingy. Isn't that lovely? NO. He is a sick sadist with bullshit. He's an alien, for he invaded my mind. Oh, why why why. Dear oh dear. Don't you think that it's sweet? That God doesn't think my pain is just enough? He sent me a piece of walking meat that doesn't even recognize me. See, I told you that he is lovely. Oh my. Ooooh my. There should me a law about invading someone's mind; one should make that illegal to do and deserves punishment like prison serving. You get what I mean? Prison serving? Ha ha ha.

I've had enough of things like this. I've had enough of thinking about things that would never happen in a zillion years. I've had enough of seeing from a safe distance, don't know whether it was me too afraid or do I know my own limits. I've had enough of crying myself to sleep. I've had enough of noticing someone who doesn't even know that I exist. I've had enough of it all.

But then again, guess that I'm a masochist. I hold on to pains. I cut myself into pieces (no darling not literally). I waste my tears for things that's not even worth my shit. But it's worth it. But it isn't. No I just don't know. Oh why why why why why and how how how the fuck am I getting into things like this I hate this I hate this I hate this I love it I hate this I love it I love it I love the feeling I love the pain I hate the pain I hate myself I don't know what to do I don't know what I'm getting into I know what I'm getting into and I love it and I hate it.

Who says that being a teenager is simple? Whoever said that what teenagers do are only playing and hanging out and making friends are the people who live in the cave with no Internet connection with their brain already been sucked out from their ears because they are so stupid stupid stupid stupid and such an idiot.

I remember his smile. Their smiles. Both when I told them how good they are on things they're currently doing. But their smiles are so different that oh my God does it makes me a slut for having crush on two guys but hell some girls fuck with two and more guys and here I am just having crush on two guys so I guess that I'm fine and I'm not a slut probably just a sassy bitch okay.

Am I okay?
No I'm not.

I'm so fucked up. This shitty alien; he invaded my mind without permission like hey there's a brain let's land there and bug that girl it'll be fun.

And most girls would probably just... I don't know. Trying to get his attention? Nah. I'm not the Drop My Bag And Bite My Lip While Twirling My Hair And Look At You With Puppy Eyes Asking For Help type. Well I twirl my hair, but not to get guys' attention. And sometimes I drop my bag, but only because it's too heavy I can't deal with it anymore or my shoulder would probably fall off. So what the fuck should I do. I just can't walk up then shoo him like hell it'll be very weird. Remember the girl who wrote the letter that I published once in my blog? Well I know exactly how she feels. Just. Being bugged and mind invaded by a man is just so ugh and even more ugh when they don't even meant to do it. Double ugh. Like I said before, he doesn't even know that I exist. Even if he knew, he doesn't know my name. Oh, he did spoke to me once. Well, maybe twice. But I'm so pathetic I still remember those convos and he's probably more like oh what wait what did I ever talk to you.

Shit happens.

I hate this.

Friday 27 September 2013

Ketje

Gue udah mencoba berbagai macam gaya. Dan maksud gue bukanlah gaya bercinta. Lo harus punya partner untuk bercinta dan gue nggak punya sekaligus belum berminat punya. Lagian gue juga bukan bukan bukan

Ah sudahlah. Coba gue ulangi dari awal.

Gue udah mencoba berbagai macam gaya. Dan maksud gue adalah gaya untuk keliatan cool alias keren alias ketje-ditulis-dengan-ejaan-lama. Intinya gue berusaha untuk tampak keren meski dengan tubuh gemuk yang penampakannya diperparah oleh seragam (siapa juga sih orang gila yang mencetuskan agar siswa-siswi mengenakan seragam? It's like, "Hey, gue tau, sekolah belum cukup boring dan ayo kita bikin para pelajar pake baju yang sama supaya mereka tambah bored!"). Ya kalau lagi pake baju bebas dan lagi cukup rajin untuk moles diri gue lumayan kece sih. Tapi intinya ya gue udah berusaha untuk tampak keren. Tanpa tampak berusaha keras untuk tampak keren. Karena lo nggak seharusnya berusaha untuk tampak keren. Dan berusaha terlalu keras untuk tampak keren itu sama sekali nggak keren.

Kebetulan gue tadi lagi ngidam teh with shocking soda. Awalnya gue nggak mau beli karena takut duit gue habis buat itu, tapi akhirnya gue beli juga karena a) udah akhir bulan b) gue lagi nganut prinsip 'sudah basah biarlah mandi sekalian' c) duit buat ongkos masih ada dan d) gue takut kalau nggak dipenuhin ntar anak gue ileran. Nah lhoh.

"Udah ngandangin berapa ayam lo Dill?"
Dafuq? Lo kira gue peternak ayam hah? Ntar gue gak bisa bangun siang lagi dong.
"Bukan... maksud gue itu... lo hamil?"
Sialan. Kagaklah!
"Lah itu anak ileran?"
Lhoh, emang itu maksudnya hamil ya?
"....PLIS DEH GAK USAH SOK POLOS LO TUH DARI LAHIR JUGA UDAH GAK POLOS."
Gue pake baju kok. Nggak polos.
".......!!!!!!!!!"

Gue sebenernya lebih suka Teh Pake Soda yang di botol plastik, tapi sepertinya ini adalah hari Tanpa Teh Pake Soda Botol Plastik Sarijadi karena gue nggak nemu. Yang gue temuin malah sebangsanya Coca-cola dan Fanta dan Sprite dan bukan itu yang gue mau. Satu-satunya versi Teh Pake Soda yang gue temui adalah versi yang pake kaleng. Akhirnya gue beli yang itu.

Gue minum sambil nunggu angkot di pinggir jalan. Gue berusaha ngatur pose gue supaya tampak keren tanpa keliatan kayak yang lagi berusaha supaya tampak keren karena nanti jadinya nggak keren. Tapi si Pencetus Seragam tanpa berusaha pun udah menggagalkan misi gue karena di bayangan mobil lewat gue liat gue tampak seperti gajah dengan botol kaleng di tangan.

PERJUANGAN GUE BELUM BERHENTI MEN.

Hidung gue terasa tergelitik dan gue hampir bersin. Dengan Teh Pake Soda persis di mulut. Gue gak boleh bersin karena a) Teh Pake Soda yang lagi gue minum bisa tersembur sampe Maluku dan itu gak keren b) nggak ada cewek keren yang bersin.

Kalau lo nggak percaya, coba tonton Resident Evil, Fast and Furious, S.W.A.T, G.I. Joe, dll. Nggak ada tuh cewek bersin. Jangankan cewek, cowok pun gak ada.

Itu artinya orang keren nggak bersin.

Sayang kekerenan gue hanyalah fatamorgana konspirasi partikel dan molekul yang dapat didistorsikan oleh cahaya. Ceilah. Gue ngomong apaan sih. Fifteen is my age.

Gue nyerah. Gue bersin.

Bersin gue kayak anak TK.

Gue berharap bumi terbelah dan menelan gue.

Nggak juga sih.

*

Gue suka heran sama orang yang kalau naik angkot tuh paling ogah geser. Baru geser kalau udah didedet sama orang yang duduk di sebelahnya. Maksud gue, um, hellooooo angkot ini bukan punya mbahmu lhoooo. Cuma berhubung gue gak kenal bisa jadi sih angkot itu emang punya mbahnya dia jadi gue gak bakal protes banyak-banyak. Ya minimal ngerutin kening atau melototin tuh orang atau ngoceh di blog pribadi gue. Gak banyak kan?

Tapi omong-omong, perlu diingat bahwa sebagai orang yang pada dasarnya ogah banget ngalah sama orang lain, ngasih tempat duduk gue (bukan sekadar geser pantat doang) buat orang yang nggak gue kenal adalah tindakan paling heroik yang gue inget pernah gue lakuin. Mungkin sebenernya gue pernah ngasih duit lebih buat supir angkot atau uang di atas Rp2000,00 buat pengamen atau jadi pemandu jalan buat turis nyasar semampu gue tapi gue sama sekali pura-pura nggak inget atas hal-hal itu karena kalau gue inget gue bakal tampak kurang keren hal itulah yang dilakukan oleh orang keren sejati yang ikhlas membantu tapi ternyata gue bukan orang yang gampang ikhlas.

Tadi siang gue turun sebelum tempat tujuan gue demi ngasih tempat duduk gue buat ibu-ibu paro baya sama laki-laki yang mungkin suaminya. Bisa jadi anaknya sih cuma berhubung mereka kayaknya seumuran gue bingung juga kapan ngelahirinnya, jadi mungkin itu tetangganya. Intinya mereka bingung karena tinggal satu tempat duduk lagi yang tersisa kecuali mereka mau duduk-tapi-jongkok. Jadi gue bangun terus menjadikan penumpang angkot yang lain korban kebahenolan kegedean bagian belakang badan gue (lol) terus turun.

Gitu doang sih sebenernya.

Terus gue jalan sampe tempat gue biasa naik angkot kedua gue. Angkotnya kece bro! Bukan k!J4n6 yang biasa dipake buat angkot trayek ini, tapi lebih keren lah. Yaaa logikanya angkot keren buat orang keren, ya gak? Pas gue naik, gue diajak ngobrol dikit sama pak supirnya. Gue agak torn apart antara jawab apa nggak dan dalam waktu 0.01 detik gue jawab. Gue nggak tau apakah pak supir ini emang orang yang suka ngobrol (terutama waktu gue duduk di depan dan angkot kosong) atau punya niat merkosa gue but you'll never know.

Pak Supir (PS): Pergi sekolah, Neng?
Gue (G): *copot sebelah earset* Hah?
PS: *langsung lanjut ngomong* Atau pulang sekolah?
G: Pulang, pak.
PS: Oo. Sekolahnya di mana?
G: SMA naninani pak.
PS: Oo.

FYI: 'naninani' dalam bahasa Jepang bisa diartikan sebagai 'titik-titik'. Gue gak bisa ngekspos diri gue sepenuhnya, takut KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terganggu gara-gara mendadak sekolah dipenuhi fans gue yang histeris neriakin nama gue.

Setelah melewati satu RS dan sepasang ibu-bapak naik dengan seorang anak kecil, gue memutuskan bahwa si pak supir emang sekadar beramah tamah dan nggak berniat menjamah gue (gue gak kecewa, sumpah. Kalau pak supirnya itu Dave Franco atau Sebastien Lefebvre baru gue kecewa). Gue awalnya ngira mereka itu pasutri berbahagia dengan anak rada hiperaktif bersuara kodok pilek, tapi mengingat pengalaman, bisa jadi mereka cuma sekadar papasan dan memutuskan untuk jalan bareng karena satu tujuan terus jadi akrab karena sikon, terus mungkin anak itu adalah kembalian dari warung waktu si bapak beli kwaci karena nggak ada gopean (lhah, gue sadis bener). Intinya pak supir kembali ngajak mereka ngobrol kayak waktu tadi ngajak gue ngobrol.

PS: dari mana pak?
Bapak Kwaci (BK): dari RS...
PS: Oo. Ngebesuk?
BK: Bukan, bikin surat keterangan kesehatan.
PS: Oo (kayaknya si bapak cinta mati sama Oo). Ngelamar kerja, pak?
BK: Iya, PNS. Bikin surat gitu doang udah habis Rp700.000,00 padahal cuma kertas selembar, sama surat keterangan bebas narkotika. Padahal jelas sehat gini, lulus kuliah juga baru.
Ibu Kwaci (IK): Ah, kemarin anak saya aja dibuatin surat itu cuma surat kesehatan habisnya sampe Rp650.000,00!
G: Padahal katanya pengin semuanya sehat, ya...
PS: Naah itu dia, katanya pengin semua sehat. Tapi ngecek kesehatan aja mahal, padahal emang sehat.

Kemudian PS dan BK pun ngobrol tentang banyak hal. Yang gue suka dari duo ini adalah mereka mengkritik tapi nggak menjatuhkan atau nyalahin 'orang atas'. Banyak orang yang suka sok penting (termasuk gue *senyum mahiwal*) yang kalau mengkritisi hal beginian pasti pake nyalahin orang atas alias pemerintah. Tapi duo ini cuma berdiskusi tanpa ngejatohin pihak manapun. Hari itu adalah hari pertama di mana gue dengan rela ngasih duit lebih buat supir angkot secara terencana (kadang gue males nunggu kembalian dan masih ngerasa kaya aja, huahahahah).

*penonton standing ovation*

Di satu lampu merah, seorang pengamen dengan suara pas-pasan dengan ukulele yang juga bersuara pas-pasan numpang di angkot yang gue naikin dan mulai nyanyi. Lagu itu bukan baru sekali gue denger di daerah situ, tapi gue gak tau apakah itu lagu pro-rakyat kecil yang lagi ngetren akhir-akhir ini atau karangan mereka sendiri secara gue nggak begitu sering merhatiin perkembangan musik Indonesia. Seinget gue, gini liriknya:

Kulihat bayi sengsara
Tak mampu menahan lapar
...
Terjadi seperti di Ethiopia
Salah siapa
Rakyat tak mampu membeli sembako yang ada
Salah siapa
Ayah-ibu mereka yang tidak mampu
Tak sanggup membeli empat sehat lima sempurna

Apakah ini sebuah kemajuan?
Ataukah kemunduran?
Ataukah ketidakpedulian dinas kesehatan?

Salah siapa?
Pemerintah?

Entah kenapa yang gue tangkep dari lagu itu bukan 'orang kecil' menyalahkan 'pemerintah' secara langsung seperti yang selama ini beredar dalam lagu, pantun, maupun semboyan liar di tembok kota. Menurut gue...  ini sindiran yang cukup menghibur dalam bentuk sebuah lagu. Gimana ya ngomongnya... pokoknya menurut gue lagunya enak, ada maknanya, dan keren.

Gue gak bakal malu ngaku bahwa gue kalah keren sama pengamen jalanan. Senggaknya kebanyakan dari mereka bisa ngomong dua sampe tiga bahasa asing sekaligus ("Pekerjaan sampingan dadakan," guru gue pernah bilang, "kalau ada turis asing mereka cari duit sebagai tour guide") sementara gue bahasa Inggris A di teori doang. Dan mereka tampaknya nggak berusaha untuk tampak keren. Tapi berhubung gue sendiri berusaha tampak keren tanpa terlihat berusaha tampak keren mungkin mereka lebih baik dari gue dalam menyembunyikan usaha mereka.

Bisa jadiiii.

Dan kenapa gue nulis blog post ini dengan judul Ketje (yang, omong-omong, menurut ejaan lama tj = c)? Karena gue merasa siang ini dalam perjalanan pulang gue, banyak hal kece yang gue dapet.

Ada hal-hal yang terlewat waktu lo nutup telinga lo.

Sunday 22 September 2013

I'm so fucked up i don't know what to do i don't know what i feel i just don't know nothing like man shit happens but please not now i don't even know why im telling you this feels like no one could understand im so tired hell is this because ive been in front of the computer longer than ever i don't know i used to playing on the computer longer but hell what the hell happened i don't know its just like man im so tired and i dont even know why im tired it feels weird you know kind of like don't know yourself but well i barely know myself anyway so shouldn't it be felt no different but no it feels so different than usual oh is this the end have i come to the end have i become closer to my end it scares me you know like i always think of myself living a longer life have a child then children and grandchild then grandchildren and i don't even imagine about me died not even in my old age because its just that terrifying like i wanna live forever hell yeah i wanna live forever but in the same time i don't see i told you its complicated there it is the strange feeling that probably fear i fear death probably more than i fear god and i know its not supposed to be that way i shouldve fear god more than anything but its just oh man.

jangan sampe ini surat wasiat gue.

Saturday 21 September 2013

Random Capruk

Baiklah ocehan kedua malam ini. Sekarang gue lagi muter mesin cuci (baca: lagi nyuci) dan mumpung gue bukan mencuci dengan tangan maka sambil nunggu mesinnya berenti gue punya waktu senggang. Gue mau capruk dulu ya (kapan sih gue gak capruk).

Jadi gue kan tadi lagi siap-siap mau nyuci, nah ember buat ngangkut airnya ada di kamar mandi, dipake nenek gue nampung air (nggak jelas juga apa maksudnya nampung air padahal air di bak tumpah ruah; au ah nenek gue emang ajaib). Pas gue tarik embernya, gue ngeliat "sampah" bekas mandi tiap orang. Nggak, sampahnya bukan sampah yang bau atau gimana, tapi indeed bikin gue meringis ngeri. Sampahnya itu sampah bekas keramas. Bukan sampah sachet juga; di sini nggak ada yang pake shampoo sachet. Lebih tepatnya rambut rontok...

Iya, kamar mandi rumah gue emang sejorok itu. Tapi jangan bilang lo nggak punya spot jorok di rumah lo -_- senggaknya ini rambut doang. Eh ya ngeliatnya emang ngeri sih. Intinya biasanya dulu gue sama ibu gue suka ngebuang 'sampah' macam ginian, tapi berhubung akhir-akhir ini nenek rada tambah nyebelin, ibu gue semacam mogok gitu. Bukan, bukan mangkir dari tanggung jawab. Gue nyuci malem ini juga bukan karena ibu gue mangkir dari tanggung jawab, tapi karena ibu gue lagi sibuk nyari duit dan malem ini ibu gue lagi ngebahas kerjaan baru yang dikasih sama salah satu perusahaan nomor telepon (operator) di Indonesia. FYI, ibu gue adalah supervisor marketing research lepas/freelancer. Jadi ya urusannya marketing, meski ibu gue bukan orang yang jualannya tapi ngewawancarain penggunanya. Eh kenapa malah jadi ibu gue. Oh ya ngejelasin bahwa ibu gue bukannya mangkir dari tanggung jawab. Oke sip. Ya pokoknya intinya karena ibu gue mogok melakukan little things that does matter semacam ngebuangin sampah itu tadi (sebenernya ngebuang sampah itu job kakak gue tapi sudahlah) akhirnya rambut-rambut rontok itu bergabung membentuk sebuah... em... gumpalan hitam mengerikan. Gue nggak tahan juga ngeliatnya (selama ini gue ikutan mogok, hehehe) dan akhirnya ngambil kantong plastik gitu. Kantong plastik itu gue balik, dan gue masukin tangan gue ke dalemnya. Jadi pas gue ambil sampahnya tinggal gue balikin plastiknya dengan sampah dalam genggaman jadi deh sampahnya masuk kantong sampah. Pinter yak?

Tapi dalam praktiknya gue sama sekali nggak pinter.

Eh, yah, pinter sih. Cuma gue berisik. Gue emang terkenal berisik dan hobi ngoceh. Ya gitudeh. Jadi selama ngebuang, dari ngulurin tangan sampe ngiket plastik, gue sibuk ngomong, "Astaga. Ih ya ampun. Ya ampun. Ihhh. Iket, iket. Buruan iket. Astagfirullah. Sabun mana astaga. Ih amit-amit. Oh ya, dobel. Dobel. Lapisin plastik lagi. Iket. Nah. Sabun sabun. Sabun yang bersih (emang ada ya sabun yang kotor). Cuci yang bersih. Nah, aman."

Beres deh.

Oh ya hari ini juga gue sempet didatengin cacing super mungil. Intinya gue lagi ngelakuin sesuatu terus tiba-tiba, PLOK!, sebuah garis nggak lebih dari setengah senti nemplok di atas lengan gue. Tepatnya samping pergelangan. Mata gue udah membulat dan mulut gue kebuka, apalagi waktu "garis" itu semacam gerak. Tapi gue adalah anak ibu gue dan ibu gue selalu bilang untuk nggak panik (iya, gue panikan anaknya) jadi gue nyamber hal paling deket sama gue; air. Terus gue basuh tangan gue. Dua kali. Udah tuh garis hilang, baru gue panik (iya, tadi paniknya dipending dulu). Gue bernapas pendek-pendek, dan berhubung lagi pilek udah kayak orang asma bengek aja. Beberapa detik kemudian gue merinding, terus sibuk ngibas-ngibasin lengan sambil berseru, "IIIIIIIHHHH."

Bukan telmi. Dipending.

Akhirnya gue pun mencuci lengan gue, pake sabun plus sarung tangan mandi (ceritanya biar beneran bersih) dan merelakan tato Avicii gue ikut hilang terbasuh sabun (iya, gue lagi hobi ngegambarin tato lambangnya Avicii di lengan gue). Eh taunya tatonya nggak hilang beneran, cuma pudar dikit. Yay!

Oh ya pinggang gue juga sakit banget hasil ngangkut ember buat nyuci. Seandainya beneran ada mesin cuci yang bisa ngisi sendiri airnya tapi dengan harga di bawah Rp5000,00 gue pasti beli deh. Tadi gue ngangkut empat ember. Bukannya empat ember beda-beda gue isi air terus gue angkut gitu sih, kurang kerjaan banget -_- maksudnya empat kali satu ember itu. Dan tiap kali ngangkut isi airnya pasti 2 x 8 gayung (gue tiap ngisi ember biar cepet pake dua gayung, masing-masing tangan satu--apa gunanya coba punya dua gayung kalau gak dimanfaatin?). Jadi 2 x 8 x 4. Segitulah volume air yang gue angkut (ya bukan volume dalam kubik sih tapi who cares gue anak Bahasa dan Budaya bukan anak Matematika dan IPA :v).

Apa ini gue jadi curhat.

Eh ya emang nggak ada kerjaan lain sih selain curhat apa yang mau diomongin coba.

Oh iyaaaaa.

Kelas X bisa jadi pertama kalinya gue bener-bener sibuk dalam satu minggu. SD gue nggak pernah ngambil ekskul apapun, kalaupun ngambil seinget gue nggak bertahan lebih dari satu bulan. SMP gue sempet jadi ketua Mading sih, tapi cuma itu doang ekskul yang gue ambil, dan paling waktu kelas IX gue bimbel tiap hari Rabu-Sabtu. Intinya gue bukan orang yang mau ngambil kegiatan banyak-banyak. Gue lebih suka nyante di rumah kalau nggak dengerin musik sambil baca ya dengerin musik sambil tidur atau dengerin musik sambil nonton (lhoh). Tapi gue sekarang malah ngambil empat ekskul coba.

Nggak kurang gila apa.

Pertama, gue ngambil ekskul Japanese Club dan English Club yang kumpulnya sekali seminggu. Kedua, gue ngambil ekskul Padus, sekali seminggu juga. Alasan gue masuk Padus bisa dibilang nggak relevan banget coba. Cuma gara-gara waktu demo ekskul awal Agustus gue maju ke depan buat nyanyi (lagunya 2Chainz, bikin gue sampe sekarang dikenal sebagai "Si Rapper) dan setelah itu diajakin masuk padus sama anggotanya, beberapa dengan muka memohon (kok gue bisa sih satu waktu nggak tegaan abis waktu lainnya gue nggak peduli ada orang sekarat berdarah-darah di depan gue). Motif gue maju ke depan dan nyanyi juga absurd banget, cuma karena diiming-imingi coklat Cadburry. Kurang geblek apa gue. Ya tapi waktu latihan pertama ternyata asyik juga sih, makanya gue memutuskan untuk lanjut. Betenya Padus bagi gue adalah berhubung kumpulnya setelah cowok-cowok Jumatan, dari bubar sekolah sampe kumpul gue kudu nunggu senggaknya satu jam. Satu jam bengong. Iya, bengong. Soalnya kalau gue ngelakuin hal lain semacam baca buku atau nulis cerita pasti bakal makan waktu lebih dari satu jam dan gue paling nggak suka lagi ngelakuin sesuatu terus dipotong sebelum selesai atau, minimal, sampe inspirasi gue habis. Bete abis. Ya tapi selain itu asyik jugalah jadi bisa dimaafkan (?).

Yang paling baru dan belum terlaksana tapi pasti bakal gue lakuin adalah ikutan PA alias Pecinta Alam, kumpulnya dua kali seminggu. Gue nggak cinta alam; gue emang bete ngeliat orang buang sampah anorganik di tempat organik (asli orang-orang itu tuh bego banget, apalagi kalau alasannya cuma, "Kan sama-sama tempat sampah") tapi gue nggak pernah tuh yang namanya nanem taneman biar lingkungan lebih hijau lebih asri blablabla. Intinya gue nggak ngerasa gue itu pecinta alam, tapi gue ikutan PA. Salah jurusan banget gak sih? Dan itu gara-gara gue baca buku De Journal karya Naneng Setiasih yang ditulis berdasarkan pengalaman dia lima belas tahun backpacking. Cewek. Sendirian. Pake motor trail.

Gokil abis.

Selain itu, Naneng Setiasih diberkahi dengan punya kulit gelap dan berhubung dia suka backpacking dia jadi banyak ketemu cowok-cowok bule nan ganteng. Dan berkat kulit gelapnya itu dia banyak dikecengin, digodain, sampe yang serius tertarik sama dia. ASTAGA GUE MATI IRI.

Dan basic Naneng Setiasih adalah PA. Dan gue sebenernya punya keinginan terpendam untuk backpacking. Ibu gue juga, cuma ibu gue, sebagai marketing researcher, udah sering diminta pergi keluar kota bahkan provinsi karena tugas. Jadi ibu gue, yang cita-citanya adalah keliling Indonesia pake motor, bisa dibilang sambil kerja sambil main sambil mengejar cita-cita. Cieh. Dan gue paling bangga sama ibu gue karena ibu gue bukanlah tipe ibu-ibu yang suka ngegosip terus ngedempul muka (meski gue hobi dandan, hehehe) dan sibuk ngurusin urusan orang lain serta manja alias dikit-dikit minta tolong sama orang lain. Noooo. Ibu gue amat mandiri. Kelebihan sekaligus kekurangan ibu gue di mata gue adalah ibu gue suka terlalu baik. Tapi kalau ibu gue cuma 'baik' atau lebih parah lagi, 'kurang baik' kayaknya gue udah berakhir somewhere unknown deh berhubung tingkah gue kadang amat tidak tertahankan, jadi ya gue gak komplen deh, hehehe. Balik lagi. Ibu gue adalah wanita menakjubkan yang mandiri dan pernah ke Bengkulu (BENGKULU LHOH YA) naik motor. Job apa waktu itu gue lupa, yang pasti sejak kembali dari sana she's never the same.

Nggak, bukannya ibu gue mendadak jadi mistis atau gimana, tapi lututnya cedera. Gituloh. Nggak sama lagi, kan? Omong-omong kalau waktu gue ngetik frasa Inggrisnya itu salah sori yap. Gue juga ngerasa ada yang salah tapi berhubung teler flu nggak ngeh di mana salahnya. Hueheheheh.

Selain lutut cedera, pergelangan kaki juga, gitu, kalau gak salah. Pokoknya kaki ibu gue ancur deh. Ehh yaa nggak ancur juga sih, cuma maksudnya mulai nggak bener lah. Dan ibu gue tuh badass banget. Kostumnya sehari-hari adalah kerudung + kaos + jaket + jins + safety shoes. Tau safety shoes gak? Itu tuh sepatu yang ada pelindung besinya, jadi kalau buat rider (iyaaa emak gue rider, kurang kece apa cobaaa <3) atau petualang macemnya om-tante gue pas di jalan raya nggak perlu takut kakinya kelindes mobil, yang ada tuh mobil kayak ngelewatin polisi tidur, hehehe. Dan safety shoes ibu gue warnanya hitam polos. Pernah dikomentarin sama caleg yang minta tolong salah satu bos ibu gue (iya, salah satu. Kan freelancer; nggak tetap, jadi bosnya juga banyak, tapi seringnya sih itu lagi itu lagi senggaknya dua-tiga orang) untuk... ngapain yak gue lupa. Pokoknya ibu-ibu caleg itu ngomentarin bahwa penampilan ibu gue itu nggak banget dan harusnya berpenampilan lebih "perempuan" (kayak dia kali ya maksudnya. Dih mitamit gue ngebayangin ibu gue tiba-tiba suatu hari keluar kamar dengan wajah putih didempul bibir merah bergincu dan alis digambar jadi bentuk mengerikan astaga jangan kejadian). Ya tapi pokoknya gue bangga ibu gue nggak berpenampilan kayak ibu-ibu lainnya meski ibu gue juga pake kerudung. Yang bikin gue sebel adalah ibu gue berkulit kecoklatan saudara-saudara </3 tapi itu karena terbakar matahari sih, dan itulah salah satu alasan kenapa gue masuk PA, yaitu biar kulit gue juga jadi kecoklatan terbakar matahari alias tan <3

Gue mungkin satu banding delapan ratus cewek Indonesia yang pengin punya kulit gelap. Gue suka kulit gelap; eksotis. Dan pengin berkulit putih itu mainstream, apalagi gue sebenernya udah putih. Hhh. Manusia menginginkan hal yang tidak mereka miliki, ya gak?

Alasan lain adalah cowok bule suka cewek berkulit gelap.

WAAAAAAAAHHH KETAUAN YAAAA DILLA YAAAAAAA TERNYATA NGINCERNYA YANG BEGITUAN YAAAAA PADAHAL KATANYA NGGAK MINAT PACARAN APA MAU LANGSUNG DIKAWININ GITU YAAAA MAKANYA KULIT MAU DI-TAN DULUUUUU NAH YAAAAAAA MODUSNYA KETAUAAAAANNN.

Diem ah, gue malu. (-//_//-)

Jadi ya intinya kenapa gue masuk PA adalah: gue pengin backpacking kayak Naneng Setiasih, Trinity, dan/atau ibu gue. Gue pengin kulit gue tan. Dan gue pengin kulit tan gue semacam menarik cowok bule buat suka sama gue.

Gue juga nggak ngerti ketertarikan gue sama bule itu kenapa. Mungkin karena gue nganggep orang bule itu lebih kece dari orang Indonesia... ini juga alasannya absurd banget. Apa mungkin gara-gara Matteo? Yah gak tau juga sih. Yang pasti gue nggak begitu sering membayangkan jalan sama orang Indonesia (dan hal-hal lainnya. Uhuk), seringnya sama cowok bule. Entah orangnya beneran ada atau khayalan gue. Baik itu orang celebrity crush gue atau bule papasan di jalan yang--ahem--ganteng/seksi abis atau tokoh novel yang gue baca (yang, rata-rata, terjemahan). Intinya gue lebih suka cowok bule dan lebih suka membayangkan cowok bule.

Hei, gini-gini gue juga cewek. Remaja. If you know what I mean.

Cuma dua cowok non-bule (yang, omong-omong, biasanya digunakan untuk menyebut orang Kaukasia) yang gue suka, dan dua-duanya adalah tokoh novel. Yang satu adalah Minho-nya James Dashner di The Maze Runner (bukan, bukan Minho personel boyband K-pop) dan yang satu lagi adalah Alagan Dhiren Rajaram-nya Colleen Houck di Tiger Saga.

DHIREEEEEEENNN. <3

Menurut gue Dhiren itu seksi sekali saudara-saudara. Seorang pangeran India yang dikutuk selama tiga ratus tahun untuk jadi harimau dan cuma punya waktu dua puluh empat menit tiap dua puluh empat jam untuk jadi manusia. Astagaaaahhh. Sebagai orang India dengan ibu seorang Asia Dhiren punya mata biru (yang sejujurnya masih rada ambigu apakah itu salah satu efek kutukan atau emang dari sononya gitu, soalnya adiknya Dhiren, Kishan, matanya kuning dan jadi harimau hitam--Dhiren putih), kulit keemasan (atau, dalam deskripsi buku, perunggu), badan tegap, dan... dan... ah sudahlah aku meleleh.

INTINYA ALAGAN DHIREN RAJARAM ITU SEKSI.

Dan gue nemu foto fancast Dhiren; nggak tau itu orang India apa bukan, nggak tau juga namanya siapa. Pokoknya... astagaaaaaaa.....

Kamulah makhluk Tuhan, yang tercipta, yang paling seksi~
Asli gak tahan. *mimisan*

Baiklah jadi gue lemah pada dua: cowok bule dan cowok berkulit gelap. Tapi gak sembarangan cowok berkulit gelap, deng. Biasanya yang berkulit gelapnya karena TERBAKAR MATAHARI, misalnya temen gue Mudita yang anak paskibra. Uwow seksinya gak nahan (?). Warna kulitnya sih, bukan orangnya. *kemudian gue ditimpuk*

Oh ya omong-omong gue lagi menantang maut nih. Ceilah. Nggak deng, nggak gitu-gitu amet, cuma gue lagi minum susu yang mulai basi. Bukannya karena udah lewat tanggal, tapi karena gue buka kemarin dan nggak gue masukin kulkas lagi :v dari baunya sih belum asem-asem amat, jadi kayaknya aman-aman aja deh gue abisin setengah dus itu. Eh tapi kan gue lagi pilek, jadi bisa aja yang keendus sama gue cuma sepersekian baunya. Tapi di lidah gue juga nggak asem-asem amat kok, jadi aman kan? Iyain aja deh biar cepet.

Nah karena biasanya orang minum susu untuk meredakan keracunan, kalau gue keracunan sama susu gue minum apa?

Sebelum Nyuci

Wow aku benar-benar... let's just say... entahlah.

Gue gak ngerti gue bener-bener apa. Bener-bener koplok, kah? Bener-bener seorang putri yang berbakti pada orangtua rendah hati dan tidak sombong rajin menabung giat belajar menuntut ilmu menjadi tegak menjadi pandu ibuku, kah?

Mungkin saat ini gue bener-bener...

A badass.

Let mi tel yu. Udah berhari-hari ini di Bandung ujan mulu sekitaran siang sampe/dan sore. Hujannya yang galau-galau merantau tea ningan. Lagi cerah-cerahnya ujug-ujug hujan deras. Terus lima menit kemudian berhenti. Kemudian hujan rintik-rintik yang rapet. Saking rapetnya curiga perawan aja kalah rapet #eeehh

YA INTINYA GITULAH.

Jadi ibuku udah wanti-wanti, minggu ini kudu nyuci malem-malem biar besok paginya bisa langsung dijemur. Iya, jadwal nyuci di rumah gue emang tiap akhir minggu, kadang baru Minggu pagi mesin cuci dikosongin. Yang biasanya nyuci kalau nggak gue ya ibu gue. Biasanya aku baru on duty kalau ibuku lagi ada kerjaan yang gak bisa ditinggal dan cuciannya KUDU banget dikerjakan saat itu. Atau waktu aku lagi depresi tingkat berat gara-gara gak ada kerjaan dan memutuskan untuk membantu dalam mengurus rumah (cieh), tapi ini lumayan jarang karena biasanya kalau aku depresi tingkat berat gara-gara gak ada kerjaan aku bakal tidur, jadi paling baru kejadian kalau depresinya udah tingkat TERAMAT BERAT. Opsi terakhir rada lebih sering terjadi daripada kalau aku lagi depresi. Bukannya nyombong lhoh ya (ini artinya gue mau nyombong) tapi kadang-kadang gue juga bakal bantu ngurusin rumah kalau gue ngeliat ibu gue udah capek banget.

Erm jadi ternyata gue bisa jadi anak baik. Yah kadang-kadang sih. Eh gue tadi siang pengin es krim masa, dan ibu gue ngelarang gegara gue macih cukidth. Iya gue bisa alay. 4nD !m pR0uD 0f !t.

Gak bangga-bangga juga sih, tapi lumayanlah kalau lagi gak ada kerjaan dan cuma ada Jean di tangan. Bisa ngirim broadcast alay gak penting ke kontak, huahahahahahah.

Eh, iya, kenapa gue nyebut diri gue badass. Jam di kamar gue udah nunjukin jam tujuh malem (kurangi tiga puluh menit untuk dapet waktu yang akurat, soalnya semua jam gue pada dicepetin), dan gue juga punya utang cucian 'pribadi' yang kudu diurusin (cewek ngerti lah yaaa).

And here I am, blogwalking kagak jelas ngeliatin blog temen gue dan blog temennya temen gue. Katanya sih mantan pacarnya, tapi dia masih sayang banget. Ya semacam itulah. Betewe gue lumayan suka sama tulisan temennya temen gue itu. Salah satu alasan adalah sometimes she states that she doesn't even know what she's talking about. Kinda like me, eh? Hahahahah ternyata gue emang not elon.

*Michael Jackson nyanyi di belakang gue: You are not alone~ I am here with you~*

Eh kenapa malah jadi horor gini suasananya.

Oh ya. Jadi gue badass karena gue belum melakukan hal yang seharusnya udah gue lakukan dari, katakanlah, satu-dua jam yang lalu. Akhir minggu mesin cuci pastinya penuh dan tiap kali muter butuh waktu 45 menit. Ibuku selalu muter tiap kelompok baju dua kali; satu nyuci satu lagi ngebilas. Nah biasanya kelompok cuciannya bisa sampe ada tiga: pakaian dalam, baju putih, sama baju berwarna. Tiap kelompok diputer di mesin dua kali.

6 x 45 = 4,5 jam.

Eh gue malah ngecapruk gak jelas di blog.

Kudu gue kerjain gak ya? Musti dikerjain segera gak ya? Kayaknya kalau gue cuci malem ini dan gue bilas besok masih bisa deh. Masalahnya gue bakal bangun jam berapa yak?

Ah au ah. Gitu aja deh. Gue nggak ngerti gue ngomong apaan.

Friday 20 September 2013

Shocking Turn! (gak jelas juga maksudnya apaan)

Aku sudah belajar bahwa keputusan-keputusan terbaik dalam hidupku yang pernah kubuat adalah keputusan-keputusan yang tidak dibuat secara spontan. Keputusan-keputusan yang dibuat saat aku berada dalam pengaruh kekaguman tertentu, misalnya pada sebuah film. Keputusan-keputusan yang tidak pernah kupikirkan dua kali. Keputusan-keputusan yang muncul di kepalaku, lalu langsung kuutarakan akan kulakukan atau justru langsung kulakukan.

Misalnya waktu aku memutuskan akan menindik telingaku. Dua kali.

Kemudian saat aku memutuskan untuk mulai olahraga. Nggak jelas juga kenapa dan untuk apa, I just did.

Atau saat aku begitu terpesona pada novel berjudul I Am Number Four, sehingga aku membuat sebuah novel dengan tema serupa yaitu pelarian. Dan tamat.

Lain waktu saat aku mengirimkan naskah novelku yang tamat itu pada sebuah penerbit karena iri pada teman-teman segrupku yang sudah banyak menerbitkan karya. Tanpa memikirkan naskah itu sudah kupoles matang atau belum.

Yang paling sering, saat aku berada di toko buku dan mengambil buku-buku yang menarik minatku dan pergi ke kasir untuk membayarnya. Mengosongkan dompetku seketika.

Atau saat aku memutuskan untuk tidak berpacaran karena membaca buku berjudul Udah Putusin Aja! karya Felix Siauw.

Keputusan lain lagi saat aku memutuskan mengakhiri 'persahabatanku' dengan seorang teman sewaktu SD karena aku tidak tahan dengan kelakuannya. Membantuku dalam menyeleksi teman sekarang.

Dan lain waktu saat aku sempat naksir seorang cowok yang kini nggak ketahuan rimbanya, tapi ternyata dia seorang gay. Membuatku lebih menghargai orang-orang yang berbeda. Tapi aku masih menyesali kenapa dia gay. Maksudku, aku emang nggak cantik-cantik amat tapi waktu itu aku tertarik pacaran kok. Dan maksudku, sekarang aku kan udah nggak tertarik pacaran jadi dia nggak bisa datengin aku terus ngajak aku pacaran. Meski aku ragu dia masih inget aku. Mukanya juga udah samar-samar di ingatanku. Tapi aku inget dia seksi nggak ketulungan. Dan aku inget waktu aku kaget setengah mampus pas dia ngaku bahwa dia gay. Dan kepedeannya waktu ngaku bahwa dia gay. Kepercayaan dirinya yang menyatakan bahwa dia nggak peduli aku mau ngejudge dia negatif atau nggak. Dan aku inget aku sempet nanyain ke dia, dia jadi kucingnya atau ayamnya. Dan aku inget waktu aku lega dia bilang dia sering jadi ayamnya. Habis itu kaget lagi waktu denger dia ngelanjutin bahwa kadang dia jadi kucingnya. Saya nggak rela cowok seseksi dia jadi kucingnya. Dia macho lho saudara-saudara. Saya sampe naksir kok. Tapi taunya. Oke baiklah. Semoga dia bahagia di luar sana... dengan cowok pilihannya. Duh sial gue masih bete. Kenapa sih cowok-cowok paling ganteng itu selalu gay atau udah ada yang punya!? SIAAAAAALLL.

Kemudian, yang paling baru adalah keputusanku untuk bersekolah di SMA yang kalau menurut teman-teman SMPku itu berada di antah berantah karena jaraknya super jauh dari daerah kami. Aku bosan ketemu muka 4L (lo lagi, lo lagi!) jadi aku memilih sekolah yang ibaratnya bumi ke bulan. Haha nggak deng gak sejauh itu.

Jadi berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, aku yakin bahwa keputusan yang baru sekitar setengah jam lalu kubuat akan jadi satu lagi keputusan spontan terbaik.

Aku memutuskan untuk ikut PA salah satu SMAN Bandung.

Satu-satunya hal yang mendekati aktivitas PA yang pernah kulakukan adalah jalan-jalan ke curug dago dan selain takut waktu papasan sama anjing-anjing liar dan nyaris kepeleset di tangga tanah merah yang licin hal itu nggak menantang-menantang amat. Err oke baiklah waktu melakukannya aku asli udah parno takut terguling jatuh ke bawah tapi lupakanlah jangan buka aib masa lalu (?).

Aku nggak pernah panjat tebing apalagi memasuki hutan belantara. Boro-boro hutan belantara, ke halaman belakang rumahku yang penuh pohon dan sesemakan aja aku takut. Bahkan aku nggak berani ke dapur sendirian malam-malam. Kalaupun kudu, semua lampu harus nyala. Dan jendela harus dijauhi dengan jarak aman tiga ratus meter.

Masuk PA adalah tindakan paling gila.

Paling nekat.

Paling bego.

Dan mungkin bakal jadi yang paling awesome yang bakal kuceritain ke anak-cucuku nanti.

Kalau aku masih hidup setelah mendaki gunung.

Dan kalau aku punya anak-cucu.

Ya Tuhan aku bahkan nggak sanggup push-up.

Astaga apa yang sudah kulakukan.

Belum terlambat untuk ditarik kembali.

Aku belum ikut kumpulnya, gak masalah nggak jadi ikutan.

Ya Tuhan.

Tapi sudah diputuskan.

Baiklah.

Probias Fortis.

Mangat!

Jum, 20 Sept 2013 18:00

Aku punya teori mengenai keanehan (weirdness).

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang control freak. Manusia akan selalu berusaha untuk mengendalikan apapun yang bisa mereka kendalikan. Manusia takut pada Tuhan dan bencana alam karena hal-hal itu tidak dapat mereka kendalikan. Oleh karena itu dalam tatanan masyarakat Manusia membuat sebuah cetakan untuk setiap individu; membuat berbagai macam standar fisik dan mental yang harus dipenuhi apabila ingin membaur secara sempurna dalam masyarakat.

gaya berpakaian yang sama
tingkah laku yang sama
ucapan yang sama
pola berpikir yang sama.

Keempat hal itu adalah kunci menuju satu: kepribadian yang sama. Bukannya Manusia tidak menghargai perbedaan, hanya saja Manusia menakuti hal-hal yang tidak dapat mereka kendalikan. Dan kesamaan berarti dapat dikendalikan.

Karena itulah, Manusia, atau Masyarakat, akan memberi sanksi pada orang-orang yang tidak memenuhi standar dan persyaratan yang mereka beri. Setiap lapisan dan bagian Masyarakat dapat membuat peraturan standarisasi yang berbeda, oleh karena itu meski tidak begitu menyukai perbedaan, dalam satu tempat bisa ada banyak orang yang berbeda-beda. Namun, selama mereka masih berada dalam kelompok maka mereka aman. Minimal dua-tiga orang serupa untuk dinyatakan aman dari sanksi masyarakat.

Sanksinya bisa berbagai macam. Dari dipandang aneh hingga dikucilkan. Dari semua sanksi, yang paling parah adalah pengucilan. Manusia adalah makhluk sosial, kita semua tahu itu. Dan saat dikucilkan, manusia bisa tidak memiliki teman satupun. Itu adalah alasan mengapa sanksi pengucilan merupakan sanksi terberat. Namun menurut Masyarakat, sanksi dibutuhkan agar 'pelaku' jera dan segera berusaha memenuhi persyaratan untuk 'membaur'. Tentu saja si 'pelaku pelanggaran standar' dapat memilih dalam kelompok mana ia ingin berada. Ia bisa saja memilih satu kelompok di mana ia merasa paling nyaman di dalamnya. Tapi ada satu kelompok terpencar yang begitu sulit ditemukan dalam 'kelompok'. Itu adalah kelompok Menjadi Diri Sendiri.

Dalam Masyarakat yang berstandar, menjadi diri sendiri adalah hal paling aneh yang dapat kau lakukan. Jadi kalau kau ingin menjadi 'aneh', jadilah dirimu sendiri. Itu adalah tips paling ampuh. Omong-omong, bukannya aku ingin mengatakan Masyarakat itu palsu atau bagaimana. Hanya saja mereka memiliki standar(-standar) yang harus kau penuhi untuk dapat diterima, dan belum tentu standar-standar mereka sesuai dengan kepribadianmu. Atau, setidaknya, sesuai dengan minatmu. Kepribadian kedengarannya terlalu dalam. Halah.

Kadang kita memilih kelompok tertentu karena seseorang yang kita kenal berada di kelompok itu. Kemudian kita akan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang ada dalam kelompok tersebut. Kadang standarnya bisa menjadi ganda, seandainya kelompok itu cukup atau begitu besar sehingga ada kelompok di dalam kelompok (semakin besar sebuah kelompok, semakin besar pula kemungkinan adanya kelompok dalam kelompok itu) dan kau juga ingin diterima di kelompok lain dalam kelompok pilihanmu tersebut. Terkadang kau tidak merasa terpaksa dalam memenuhi standar itu; kadang kau bahkan tidak sadar bahwa kau telah atau sedang berusaha memenuhi standar. Terjadi begitu saja. Hanya saja terkadang ada orang yang dengan sadar melakukannya. Dan merasa kesulitan memenuhi standar tersebut. Tapi dia memaksakan diri. Kenapa? Karena dia tidak ingin dikucilkan. Tidak ingin ditinggalkan. Tidak ingin dianggap aneh.

Itu normal, sungguh. Manusia adalah makhluk sosial. Dan Manusia mentakuti hal yang tidak dapat mereka atur, terutama dalam standar-standar.

Tapi selalu ada segelintir orang yang cukup berani (atau nekat) untuk menjadi diri mereka sendiri. Dan orang-orang ini menerima sanksi yang beragam dari tingkat 'keanehan' mereka dalam pandangan masyarakat. Semakin kontroversial tentu semakin berat sanksinya.

Aku tidak tahu apakah aku telah menjadi diri sendiri atau belum, tapi aku tahu pasti bahwa aku tidak memenuhi standar kelompok manapun, setidaknya kelompok-kelompok yang ada di sekitarku. Aku tidak memenuhi standar kelompok Anak Badung atau Anak Rajin atau kelompok lain. Tidak memenuhi standar dan justru membuat standar sendiri yang harus dipenuhi oleh diri sendiri adalah bentuk pemberontakanku atas sistem standarisasi. Ironinya? Aku membuat standar pribadi untuk menunjukkan bahwa membuat standar itu tidak dapat kuterima.

Semacam membunuh orang yang membunuh sebagai hukuman untuk membunuh.

Tapi omong-omong, sanksi yang diberikan padaku tidak begitu berat. Aku hanya sering ditatap aneh dan disindir dan diledek namun tidak lebih berat dari itu. Aku masih diterima oleh beberapa orang dari beberapa kelompok berbeda namun tidak yakin ingin memperdalam hubungan denganku atau tidak. Bukan masalah, karena aku sudah terbiasa dengan hal itu. Yang menjadi masalah adalah mereka yang tidak dapat berdamai dengan diri sendiri karena tidak mampu memenuhi standar tertentu Masyarakat dan Kelompok atau mendapat sanksi lebih berat seperti pengucilan karena menjadi diri mereka sendiri.

Sungguh aku tidak mengerti kenapa ada orang yang rela membuang jauh-jauh identitas dirinya yang lahir bersamanya demi diterima oleh suatu kelompok. Tapi aku tahu perasaan ingin diterima, jadi itu tidak begitu sulit untuk dimaklumi. Yang aku tidak mengerti adalah perasaan menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai standar Masyarakat dan/atau Kelompok. Orang-orang yang menyalahkan diri sendiri ini telah berusaha sebisa mungkin namun menyadari mereka tidak cocok berada di dalamnya. Dan mereka berpikir itu salah mereka. Bahwa itu adalah kewajiban mereka untuk diterima dalam suatu kelompok.

Salahkah?

Menurutku tidak. Itu bukan salah siapa-siapa. Mereka--kalian--hanya belum menemukan tempat/kelompok yang tepat untuk kalian. Tidak apa-apa, aku pun begitu. Terasa aneh dan sepi pada awalnya, tapi saat kau sudah mengerti bahwa itu bukan salahmu dan itu juga bukan salah kelompok itu, akan menjadi sedikit lebih mudah. Memang ada masanya kau menatap beberapa orang dalam suatu kelompok yang tampak begitu cocok satu sama lain dengan rasa pedih kesepian, tapi pedih itu akan berlalu. Aku juga tidak akan mengatakan pada kalian untuk tidak berusaha memenuhi standar kelompok tertentu, hanya saja tolong jangan berusaha begitu keras hingga membuang jati diri kalian yang sebenarnya. Siapa diri kalian mungkin bahkan tidak kalian ketahui. Aku bahkan tidak tahu apakah aku mengenali siapa diriku sebenarnya. Tapi aku tahu saat sesuatu tidak sesuai denganku dan aku tahu apakah hal itu dapat dikompromikan atau tidak. Kurasa kita semua seperti itu, hanya saja ada beberapa yang memaksa berkompromi, atau yang berusaha kemudian mengahadapi kenyataan bahwa memang hal itu tak dapat dikompromi, dan ada juga yang langsung meninggalkan hal itu begitu tahu memang tidak dapat dikompromi. Seperti aku, misalnya.

Yang paling mudah sekaligus paling sulit, tentu saja, adalah menjadi diri sendiri.

Jika poin sebelumnya kalian berusaha memenuhi standar TANPA membuang diri kalian yang sesungguhnya, poin ini adalah tidak membuang apapun. Dan tidak memenuhi standar apapun, yang mana merupakan bagian mudahnya. Bagian sulitnya? Kalian bisa mendapat sanksi dari Masyarakat. Berdoalah bukan sanksi yang berat. Ibaratnya kalian berusaha masuk ke sebuah klub golf, tapi kalian tidak merasa cocok di sana sementara semua orang di sekitarmu--ayah, ibu, kakak, adik, dan yang lainnya--merupakan anggota klub golf. Kau sadar bahwa klub golf memang bukan tempatmu, jadi kau pergi dan menciptakan permainan lain. Kau tentu akan ditentang, dan cara penentangannya pun beragam dari yang mudah dihadapi sampai yang membuatmu membutuhkan tujuh butir aspirin (ha, bercanda kok). Permainan lain yang kauciptakan ini tampak aneh, namun sesungguhnya banyak orang yang memainkannya, hanya saja dengan beragam aturan dan versi, serta tidak pernah benar-benar memiliki tempat berkumpul dan bernaung, tidak seperti klub golf.

Seperti itulah menjadi bagian dari Kelompok Menjadi Diri Sendiri.

Kau tidak benar-benar di dalam kelompok, namun kau berada dalam sebuah kelompok dengan standar paling sederhana sekaligus paling rumit, yaitu menjadi dirimu sendiri. Kelompok ini tidak pernah benar-benar bergerombol seperti kelompok lainya, misalnya, katakanlah, Kelompok Penggosip. Dan karena para anggota Kelompok Menjadi Diri Sendiri itu terpisah-pisah tanpa mungkin mengenali satu sama lain, mereka menjadi sasaran empuk penindasan dan semacamnya. Penindasan bisa dibilang adalah salah satu sanksi Masyarakat atas 'pembelotan'mu pada standar. Tapi bagiku pengucilan tetaplah sanksi terberat karena di penindasan, masih ada orang yang berinteraksi denganmu (walau hanya untuk membuat hidupmu lebih kacau) sementara saat dikucilkan benar-benar hanya ada kau, kau, dan kau. Tidak lebih baik namun juga tidak lebih buruk. Begitulah, hidup itu kadang rumit.

Memang tidak setiap korban penindasan adalah anggota Kelompok Menjadi Dirimu Sendiri, namun terkadang hanya orang malang yang belum tahu di mana tempat ia berada. Tapi intinya sama, yaitu mereka yang terpencar, sendirian melawan mereka yang berkelompok. Serius deh, memang kalian pernah melihat seorang penindas satu lawan satu dengan korban tindasannya? PDA--Please Deh Ah.

Tapi ingatlah, 'terpencar' bukan berarti kau sendirian. Belum mengetahui tempatmu seharusnya berada bukan berarti kau sendirian. Pun mereka yang berada dalam kelompok belum tentu hidupnya lebih mudah darimu, namun dari sisi sosial mungkin perjuanganmu yang terpencar atau masih bimbang dengan pijakanmu sedikit lebih berat. Nikmatilah itu. Aku terdengar seperti maniak kurang waras (yang, omong-omong, bisa jadi seperti itulah adanya aku), tapi nikmatilah perjuanganmu. Karena menjadi berbeda. Karena tidak atau belum mampu memenuhi standar. Karena mendapat sanksi dari Masyarakat (serius, aku berharap sanksi yang kaudapatkan bukanlah sanksi berat macamnya penindasan atau pengucilan--aku berharap yang terbaik untukmu, Kawan). Ini adalah perjalanan yang tidak didapatkan oleh semua orang. Belum. Ini adalah perjalanan khusus untuk mereka yang telah terpilih untuk menemukan di mana sesungguhnya tempat mereka berada. Tempat di mana mereka bisa aman dan nyaman menjadi diri sendiri tanpa atau hanya memenuhi sedikit standar yang berbeda dari siapa mereka sesungguhnya. Perjalanan ini berat, namun bagi mereka yang terus berjuang hingga akhir hasilnya akan sepadan. Ini adalah perjalanan bagi mereka yang terpilih. Bagi mereka yang sesungguhnya kuat. Bagi mereka yang mungkin tampak lemah dan aneh di luar, namun menyimpan sebuah berlian di dalam. Ini adalah perjalanan untuk menemukan di mana sesungguhnya kau berada.

Jadi nikmatilah. Syukuri. Dan yakinlah bahwa banyak hal yang berat bagimu sekarang akan membuatmu tertawa bahagia sekian puluh tahun mendatang. Bahagia karena mendapat kesempatan untuk mencicipi kesengsaraan dari sanksi Masyarakat. Tidak masalah jika kau hanya seorang pemberontak standar sepertiku atau seseorang dengan fisik kurang sempurna atau seseorang dengan otak yang kontroversial atau bahkan seorang yang homoseksual. Yang kaualami, yang kaudapatkan, belum tentu dapat dimiliki oleh orang lain, lho.

Mungkin kapan-kapan, di suatu tempat, kita akan bertemu. Entah sebagai sesama anggota Kelompok Menjadi Diri Sendiri atau anggota kelompok lain (kalau-kalau aku akhirnya menemukan sebuah kelompok dengan standar yang dapat kuterima dan dapat kukompromikan). Kemudian kita akan saling bercerita, itu pun jika kita tidak terlebih dulu malu bertukar sapa. Tapi ketahuilah, kau tidak sendirian.

Ada mereka yang sepertimu di luar sana. Kita semua hanya terpencar.