Sunday 15 December 2013

Things Oversaid

Jadi hari ini aku mau bahas tentang kata-kata yang overused, atau, lebih tepatnya, oversaid. Entah karena emang itu lagi ngetren atau gimana, yang pasti kalau scroll TL pasti nemu kata itu lagi dan itu lagi (jiah, makanya, follow akun yang bermutu dong Dill :v).

Dan inilah kata-kata yang - menurutku - terlalu sering diucapkan dan perlu diganti dengan kata lain!

Galau :( [dan curhat dari hati terdalam lainnya]
   Seiring dengan kemajuan teknologi, memberitahu orang lain tentang kabar kita sudah menjadi semakin mudah. Surat digantikan oleh e-mail dan telegraf digantikan oleh telepon. Ketika situs jejaring sosial (sosmed) diperkenalkan pada masyarakat kita yang - uhuk - konsumtif - uhuk - maka semakin mudah pula bagi orang-orang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada suatu individu, apalagi dengan media microblog semacam Twitter yang terbatas 140 karakter. Kadang saking panjangnya curhat, bisa memanjang jadi beberapa tweet. Tapi serius, masalahmu itu masalahmu. Orang-orang nggak akan peduli kecuali a) masalahmu terkait dengan mereka atau b) mereka pikir kau pantas mendapat masalah itu. Yang, omong-omong, melihat panjangnya tweet curhat soal masalahmu, jelas kau pantas!

Pacarku menyebalkan! [dan problema antar pasangan lainnya]
    Sama seperti masalah pribadimu, nggak ada yang mau tahu tentang apa yang terjadi antara kau dan pasanganmu. Anggaplah kau dan pacarmu (atau kekasihmu. Atau suamimu) tinggal di sebuah rumah bersama. Apa yang kalian lakukan di dalam rumah itu, baik ataupun buruk, nggak perlu diumbar. Kalau mau diumbar, umbarlah yang baik saja. Kalau kamu mengeluhkan masalah antara dirimu dan pacarmu lalu ada orang yang masuk di antara hubungan kalian, nggak seharusnya kau tuduh dia PHO - Perusak Hubungan Orang - karena kaulah yang memberitahunya celah di mana dia bisa menyelinap masuk!

Huhuhu, tugas kok banyak bangeet!
   Setiap hal datang bersama hak dan kewajiban. Kalau kau pelajar, hakmu adalah mendapat ilmu dan kewajibanmu adalah untuk belajar. Kalau kau pegawai, hakmu adalah mendapat gaji dan kewajibanmu adalah menuntaskan pekerjaan. Nggak seharusnya kau mengabaikan salah satunya. Kalau kau tidak mau melakukan kewajibanmu, jangan menuntut hakmu. Kalau kau nggak mau mengerjakan tugas sekolah, ya nggak usah sekolah! Ribet banget haduh *face palm*

Gadget baru nih [dan ucapan pamer lainnya]
   Aku gak bakal bohong, aku paling bete sama poin things oversaid ini. Semacam campuran antara rasa iri dan merutuk. Perbandingannya iri : merutuk mungkin 1 : 2. Duh, plis ya, nggak semua orang bisa seperti kamu atau memiliki hal-hal yang kamu miliki. Dan aku merutukimu karena setelah itu kamu bilang "haters gonna hate" dan blah blah, menyalahkan orang lain menganggap mereka iri dan orang iri nggak mampu. PUHLEASE. Memangnya salah mereka kalau mereka bisa membedakan mana PERLU mana INGIN? Well sebenarnya itu salah mereka tapi bukan itu maksudku! Berhentilah memamerkan hal-hal yang kamu miliki. Diam dan tunjukan tanpa pamer. Kesannya bakal lebih berasa tau.
   Dan memangnya kamu ngapain aja sampe perlu banget kamera SLR dan Android dan iPhone 5? Seriously. Paling ujung-ujungnya buat ngedit foto.

Nggak ada yang peduli padaku!
   Aku gak bakal bohong, aku juga kadang berkata begini. Tapi serius, nggak benar-benar gak ada yang peduli padamu. Kalau teman-temanmu nggak peduli, keluargamu peduli. Kalau keluargamu gak peduli, teman-temanmu peduli. Kalau mereka semua nggak peduli, terkadang ada seseorang yang bahkan tidak kamu ketahui ada yang peduli padamu. Serius. Ini pengalaman pribadi. Bukan, aku bukan yang dipedulikan. Aku orang yang tidak diketahui ada dan peduli. HAHAHAHAHAHA *ketawa miris sambil asah pisau*
   Kembali ke subjek. Setelah dipikir-pikir, mungkin rata-rata orang mengatakan bahwa tidak ada yang peduli pada mereka adalah supaya orang peduli pada mereka. Tapi praktiknya nggak semudah itu. Tau matahari, gak? Nah, dunia berputar mengelilingi benda itu, bukan dirimu. Mau merengek bagaimanapun juga, kalau orang nggak peduli, ya nggak peduli. Ingat, bayanganmu sendiri meninggalkanmu waktu gelap.

Aku orang paling sengsara di dunia.
   Sebenarnya, nggak semuanya menyatakan dengan gamblang begini. Rasanya, lima belas tahun aku hidup baru satu atau dua orang yang kudengar menyatakan hal ini secara langsung. Mudahnya begini: apakah kamu nggak punya teman satupun? Nggak punya rumah tempat bernaung? Nggak punya keluarga yang memberi perlindungan? Belum makan dan minum selama berhari-hari? Terjangkit penyakit mematikan yang belum ada obatnya? Jelek teramat sangat? Bodoh kebangetan? Matamu berada di lutut?
   Kalau kamu nggak menderita semua itu, berarti kamu bukan orang paling sengsara di dunia. HADAPILAH, QUASIMODO, MASIH ADA ORANG-ORANG YANG LEBIH SENGSARA DARI KAMU. HADAPILAH KENYATAAN YANG PAHIT INI.

Dan yang terakhir adalah...
If you know what I mean.
   Seriously. The trend is over. Get over it. 

No comments:

Post a Comment