Monday 28 October 2013

Darling, ...

Darling tell me why
Tell me why don't you love me
Why you see me
But never look at me

Darling I have so many things to say
There are things I wish I could do to you
Hating you is none of them
But hoping you'd notice me is surely one

Darling can't you see
What power you have upon me
So why don't you look at me
Look at me deep

And see what I dare not to say
See what I hide inside
Things I wish you know
But never brave enough to show to you

Darling I never feel like this before
I'm literally head over heels on you
Yet still you don't realize
How deep I've fallen for you

Don't tell me that I'm cliche
Because I know that I am
Don't periodicaly remind me
Just stop and stare at me for a while

See what I'm hiding inside
Hear what my heart shouts
Understand what my brain tries to tell
Feel my skin when I'm getting close to you

So darling tell me why
Tell me why don't you love me
Why you always look through me
Why you spoke to me but never notice me

Darling tell me why
Why I'm not good enough for you
And if that's not the reason why
Then tell me what.

Wednesday 16 October 2013

How the Fuck Shits Could Happens

WHAT THE HELL IS SEKOLAH WHAT KIND OF FUCKING THING IS THAT IS THAT THING REALLY LEGAL IN OUR COUNTRY OH PLEASE TELL ME IT'S JUST ANOTHER KIND OF NEW INVENTION OF FOOD AND LET ME EAT THAT WELL NO I WON'T EAT SEKOLAH OR I'M GONNA BE SO SICK UGH.

GUE MASIH GAK NGERTI apa sesungguhnya guna sekolah. Menurut gue segala hal yang gue pelajari di sekolah bisa gue pelajari secara otodidak so why bother like hell I don't wanna go to school I just wanna sit on my bed then lay on it then go to fucking sleep and when I wake up I don't have to face that stupid fucking thing called school like seriously that fucking thing should be fucking illegal like how the fuck you make killing people is illegal but make school is fucking legal that is piece of shit.

But lol buat gue fungsi sekolah cuma satu: sosialisasi.

So why don't cha just make a School of Socialization like it'll be very easier to all of us fuck math fuck science fuck social science but no don't fuck language that's my fucking thing.

no i dont wanna go to school i dont wanna i dont wanna all i wanna do is just sit here and just finishing the fifty shades trilogy then make my own erotica story then probably publish it and move to timbuktu and live happily ever after with unicorns and cats as my pets.

AND HOW THE HELL COULD MY CRUSH JUST WALKED PAST ME LIKE HE DIDN'T SEE ME LIKE I'M SUPER FAT TEENAGE GIRL WITH THE WEIGHT OF 85K AND HEIGHT OF 1.57M WAS IT MY FACE WAS IT MY HAIR FUCK THIS FUCK THAT FUCK YOU FUCK CRUSHES FUCK FEELINGS I'M TIRED OF BEING HUMAN I'M TIRED OF BEING TEENAGER I'M JUST GONNA BE UNICORN FROM NOW ON CALL ME KITTYCORN WAIT WHAT KITTYPORN NO IT'S NOT PLEASE JUST DON'T.

Monday 14 October 2013

Apa Sih Pentingnya Apel?

Apel baik untuk kesehatan. Kalori yang kita dapatkan lebih sedikit daripada kalori yang kita keluarkan untuk memakannya, seperti saat makan seledri. Apel yang segar juga rasanya enak. Ya buat gue semua buah juga rasanya enak sih. Tapi bukan apel itu yang gue maksud.

Apel yang gue maksud adalah apel yang berarti upacara. Males banget gak sih. Apalagi kalau lapangannya penuh sama siswa-siswi dari semua angkatan. Terus nggak semuanya bisa baris berbaris. Dan lo kebagian di baris belakang. Duh, semangat tuh rasanya berkurang gitu deh. Mana banyak yang ngobrol lagi. Dan kalau lo gak tau, gue nulis ini dari BB di tengah lapangan, duduk bersila, dengan sisa pelajar SMAN gue yang lain berdiri.

I'm such a badass.

Yang lain pegel-pegel kudu berdiri dan silau kena matahari, gue malah dengan nyantenya duduk di bawah. Kece banget gak sih. Lagian, apelnya gitu-gitu doang juga, kagak membangun semangat. Bosen. Kayak ngedengerin presiden laporan. Nguantok!

Kalau apel atau upacara untuk membangun disiplin, oke. Tapi perhatikan juga sasarannya. Jangan mentang-mentang titelnya pelajar SMA jadi diabaikan, terus ngomel sendiri karena nggak tertiblah, ngobrol teruslah. Kalau kerja jangan setengah-setengah dooong. Ya kitanya juga salah sih kenapa nggak lebih pinter baris berbaris dan kenapa nggak sedikit lebih disiplin. Tapi gue lagi nggak dalam kondisi bisa nyusun kata dengan baik apalagi menjabarkan "kenapa".

Tau deh ah. Semoga apelnya cepet bubar.

Sunday 6 October 2013

What Happened Today

Jadi hari ini ceritanya demi menghilangkan kegalauan aku jalan-jalan sama ibuku. Bosen banget kaleeeee ngedekem di kamar mulu mikirin si Akang sambil pusing antara Senin-sapa-nggak-sapa-nggak-sapa-nggak. Minimal demi mengurangi porsi pathetic-ku aku cari angin segar lah. :-)

Maka dengan itu aku pun ngajak ibuku pergi ke warnet. Nggak ada yang salah siiiihhh sama Internet di rumah, cuma masalahnya aku nggak bisa buka Facebook entah kenapa dan salah satu seniorku bilang si Akang itu nggak punya Twitter tapi punya Facebook.

Ya ujung-ujungnya modus juga sih. *ketawa miris*

Tapi sebelum pergi ke warnet ibuku ngajak aku ngebaso dulu di suatu jalan yang udah kulupa namanya apalah itu tapi basonya enak sekali astagaaaaaahhhh. Di sana kita ketemu sama temen ibuku yang sekarang lagi jadi bosnya karena ngasih job dari salah satu provider kartu seluler Indonesia, Tiga. Namanya om Cecep. Terus kita bertiga mesen yamien kan tuh, aku dengan polosnya bilang gini waktu yamien dateng, "Harusnya tadi minta dikasih baso kali ya."

"Nanti Neeeeng," kata ibuku, "basonya nyusuuul."

Dan ternyata bener, nggak beberapa detik kemudian basonya pun datang. Huahahahahah gue kebiasaan sih kalau di sekolah yamien pasti langsung disatuin sama basonya, namanya juga menghemat tempat karena mau dibawa ke kelas. *ngeles*

Makanlah kita bertiga dengan damai. Ibuku dan om C ngobrol-ngobrol sementara aku makan dengan lahap, haaap. Waktu makanannya udah habis, ibuku minta baso doang. Aku awalnya mau minta juga, tapi hal paling aneh di dunia terjadi: aku ngerasa udah full bo! Lol never happened before jadi itu rada-rada ya aneh aja sih kayaknya pantes tuh masuk Tujuh Keajaiban Dunia. Huahahahah.

Terus ayah tiriku, om Tino, dateng. Aku bilang, "Monsternya datang. Mari kita segera kabur dari kastil ini sebelum menjadi tahanan selamanya."

"Dia yang bayar, tau," kata ibuku.

"Oh," aku terdiam. "Pangeran tampannya datang! All hail!"

Om Tino duduk dan mereka bertiga pun ngobrol. Aku nanya ke om Tino, di BlackBerry-nya ada game apa nggak. Katanya nggak. Kubilang hape apaan nggak ada game; ini 2013 plis deh. Dengan kalem om Tino ngebales dengan bilang itu hape untuk kerja. Oh. Okesip.

Kemudian ibuku dan om Tino makan kerupuk apalah itu namanya pokoknya panjang dan kotak gitu. Aku sih cuek aja main Brick Breaker (salah satu game klasik terkece sepanjang masa kedua setelah Tetris!!). Dan tiba-tiba ibuku bilang, "Nih om, harusnya digorengnya tuh kayak gini. Kemarin kamu ngegorengnya salah, jadi aja bantet. Kalau ngegorengnya bener segede-gede ini nih."

Om Tino jawab, "Ya aku kan nggak tau cara ngegorengnya. Maap deh ya."

"Ini bener nih ngegorengnya," lanjut ibuku, "banyak digosok ini, jadi besar-besar."

Aku gak bisa tahan. Aku cekikikan super keras, tapi karena aku masih nunduk mantengin layar Jean, aku nggak tau ekspresi mereka gimana. Ibuku nyoba ngetes apa sebenernya yang bikin aku ketawa; Jean atau omongannya, dan ngomong lagi, "Digosok sampe keluar urat-uratnya nih."

HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA hih aduh udah stop HIHIHIHIHIHIHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHUAHUAHAUAHAUAHAUAHAUAHAUAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

"Jangan nilai buku dari sampulnya ya, bu," kata om Cecep.

"Masih tau sebatas teori kok, tenang aja. Tapi pendalaman materinya terlampau dalam, euy," balas ibuku.

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH.

I AM SO PATHETIC AS A HUMAN BEING AND SO PERVERT AS A DAUGHTER BEING OH MY GOD.

Kemudian om Tino dan ibu pun sama-sama ngeledekin aku sambil nyodorin kerupuk yang 'besar' karena 'digosok' sampe 'keluar uratnya' itu. Atulah aku nggak tahan ih xD

Tiba-tiba tercetus ucapan, "Kasian ya kecengannya nggak berurat tuh."

"Lho kok tau? Udah pernah liat ya?"

"Ya kan nggak punya Twitter." <--nggak jelas juga maksud ibu gue apaan ngomong gini. xD

"Oh iya ya ini kan dua ribu tiga belas masa nggak punya Twitter sih."

"Iya ya parah banget tuh," aku nimbrung.

"Orang dari desa mana tuh."

"Wah, kalau Bandung mah bukan desa om, tapi dari kaki gunung mana tuh."

"Kok naksir yang nggak punya Twitter sih Dek?"

"Iya, salah-salah beneran nggak punya urat tuh."

"Nggak asyik lho Dek."

"HEH."

"Oh iya Dek, kursiku untuk nobar sama IHG kasih ke si Re aja tuh, biar aku nggak usah nonton gapapa ntar aku jalan-jalan aja sambil nunggu kamu."

"Bener gapapa bu?"

"Iya, gapapa. Tapi si Re ada uratnya kan?"

"HEH!"

"Siapa Re?"

"Temennya si Adek."

"Ooh. Berurat gak?"

"Kayaknya sih, kan punya Twitter."

OKE APA INI APA HUBUNGANNYA URAT *PIP* SAMA TWITTER HAH EMANG KENAPA KALAU KECENGAN GUE GAK PUNYA TWITTER ASTAGA SENGGAKNYA DIA PUNYA FACEBOOK DEMI TUHAN.

Kesimpulannya adalah baik ibu, ayah tiri, maupun gue sama-sama ngaco.

Dan baso di tempat itu memang enak.

Dan gosoklah dengan baik supaya uratnya keluar.

Sekian.

Saturday 5 October 2013

Curhat Malam

Ooooohhhh intinya adalah bahwa aku teramat sangat menyedihkan as a human being.

I saw him today. Sekolahku menonton teater musikal di sebuah GOR dan coba tebak; dia datang terlambat tiga puluh menit. Oh, aku datang tepat waktu, persis beberapa menit sebelum drama dimulai dan GOR sudah terisi nyaris setengahnya. Aku berusaha mencari-cari wajahnya di barisan atas, tapi nihil. Yang kudapat malah senior lain yang totally not my type (he's cute tho, namanya Kang Arul, dan baik banget, but I'm just not that into him). Aku mulai menggigiti kuku ibu jariku (yang, omong-omong, kayaknya sering banget kulakukan akhir-akhir ini meski kadang tanpa sadar) dan merasa gelisah. Aku melihat rombongan anak-anak kelas Bahasa, tapi mereka kelas XII dan ada Bayu-senpai di antaranya, tapi dia nggak ngeliat aku. Aku berusaha mencari wajahnya lagi, dan masih nihil. Akhirnya pertunjukan dimulai dan kerumunan yang masuk dari pintu mulai berkurang, tersisa beberapa orang lagi. Aku mulai bertanya-tanya apa seharusnya aku datang subuh tadi supaya bisa tahu siapa yang sudah dan belum datang. Fokusku terpecah antara pertunjukan teater itu dengan pintu yang sudah setengah tertutup. Aku penasaran apa dia sesungguhnya sudah datang terlebih dahulu; sejak tadi; dan apa dia melihatku saat aku berdiri lantas memutar tubuh mencari-cari di antara kerumunan yang sudah menempati kursi.

Tidak ada lagi yang melewati pintu dan akhirnya aku menonton pertunjukannya. Fokusku masih terbagi, karena setiap kali melihat pergerakan di pintu mataku selalu bergerak ke sana. Masih nggak ada dia.

Dan tepat saat aku mengira bahwa dia mungkin memang tidak datang karena sepertinya pertunjukan drama musikal bukanlah gayanya, dia melengang tergesa-gesa melewati pintu. Aku terkesiap dan mengguncang Gysa yang duduk di depanku.

"Gys," panggilku, "itu dia!"

"Mana? Mana?" Gysa menoleh.

"Yang lagi jalan," tunjukku, berusaha terlihat tidak begitu... bersemangat (gagal dengan menyedihkan, tentu saja. Aku kan si Gadis Menyedihkan Tahun Ini). "Tas selempang, jaket denim."

Seperti biasa, tampangnya seperti orang baru bangun tidur. Seandainya memang ada orang yang baru bangun tidur langsung terlihat setampan itu. Jaket denimnya berwarna gelap nyaris hitam, dan tas selempangnya juga beraksen denim berwarna hijau. Di balik jaketnya ia mengenakan batik sekolah dengan celana gelap. Ia menaiki tangga sambil berusaha mencari tempat untuk duduk, sampai akhirnya ia duduk di samping dua orang gadis yang sepertinya tingkat sebelas. Dan dia tersenyum.

Dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum dia tersenyum ya Tuhan astaga dia tersenyum dan dia bahkan TERTAWA.

Ya ampun aku terdengar teramat sangat super duper extremely amazingly incredibly pathetic ya Tuhan.

Pada akhirnya, bukan pertunjukannya yang kutonton.

Tapi dia.

Dan aku tidak pernah mengerti sebelumnya soal gadis-gadis yang begitu heboh mengenai orang yang mereka sukai pada teman-teman mereka namun langsung diam seribu bahasa begitu melihat orang itu, apalagi berada berdekatan dengannya. Tapi sekarang aku mengerti, dan mengetahui bahwa jaraknya kurang dari setengah kilo dariku, berada di gedung yang sama denganku, dan bahkan berada dalam jarak pandangku nyaris membuatku pingsan. Sayang sekali aku nggak pernah pingsan, tapi kalau dipikir ulang seandainya aku pingsan siapa yang mau menggotongku? Dan gimana kalau masuk headline news? Masa judulnya SEORANG GADIS PINGSAN BERADA DALAM SATU RUANGAN DENGAN COWOK KECENGANNYA kan gak lucu banget.

Tapi astaga Tuhaaaaaannn.

I am torn apart between the desire to talk to him and the shame I have upon myself. Nggak masalah jutaan orang berusaha meyakinkanku bahwa aku nggak jelek-jelek amat dan yang harus kulakukan cuma pede. Pada akhirnya ketakutan terbesarku adalah dia hanya akan melihatku strangely kemudian berlalu begitu saja. Wow, membayangkannya saja nyaris membuatku menangis, apalagi mengalaminya langsung, ya kan?

Jadi secara menyedihkan aku cuma memerhatikan dia sepanjang sisa pertunjukan. Kapan dia tertawa, kapan dia tampak serius. Apa yang membuatnya tertawa dan apa yang membuatnya begitu fokus. Dan setiap kali matanya melirik dari panggung, mungkin untuk mencari wajah yang dikenalnya, aku memalingkan wajah atau menunduk.

Kemudian menatapnya lagi.

Kurasa hari ini ada satu waktu ketika dia melihatku, tapi aku ragu dia mengenaliku. Hei, peraturan tak tertulis yang selalu terjadi dalam kasus cewek-naksir-cowok adalah Objek Tidak Mengetahui Bahwa Subjek Ada. He doesn't even know that I exist. Mungkin saat ia menangkap wajahku dia cuma berpikir, "Oh satu lagi anak sekolah tak dikenal."

Shit happens, told you.

Dan aku teramat sangat menyedihkan, memalukan, karena terus mengulang kejadian di GOR tadi sejak aku pulang. Dengan berbagai versi. Dalam setiap versi tentu saja dia mengenali aku. Kami bahkan berbicara. Kurang menyedihkan apa coba. Aku teramat sangat menyedihkan sampai rasanya pantas menerima hukuman mati. Astaga. Ya Tuhan. Senyumnya.

Yah, Re sudah mengklarifikasi seberapa menyedihkannya aku. Dia bahkan bertanya sampai kapan am I gonna stay this pathetic. But what should I do what should I do aku nggak tau aku harus ngapain. Seandainya dia orang yang suka berjalan keluar dari kelasnya, mungkin aku bisa menyapanya saat berpapasan secara tidak sengaja (atau, terkadang, secara sengaja). Tapi dia mendekam dalam kelas sepanjang istirahat, dan jarang menjauh dari pintu kelas dalam radius lebih dari dua meter. Menjadi bahan tertawaan dan bahan gosip itu nggak enak, dan aku nggak mau jadi keduanya. Maka akhirnya aku diam.

Dan panik serta ribut sendiri.

Mungkin seandainya aku adalah apa yang selalu kuharapkan I would be aku akan cuek aja. Well masalahnya aku terkungkung. Dalam penjara yang kubuat sendiri. Dan itu membuat level menyedihkanku berlipat ganda. Ugh sudah kubilang aku begitu menyedihkan sampai rasanya pantas mendapat hukuman mati.

Semoga semoga semoga semoga semoga renovasi ruang kelasnya cepat selesai dan aku bisa kembali bersantai di meja yang dekat dengan kelasnya dan mungkin mungkin mungkin saat itu aku bisa berani menyapanya meski kemungkinannya rasanya nol koma banyak nol satu persen.

Ya Tuhan aku menyedihkan banget.

Friday 4 October 2013

Ugly Random Talk

Why is it always so much easier to love the thought of someone instead of loving who they really are? Guess that it's my problem; I fell in love too much but only with the thought of someone. Kind of distracting since I usually made them up. I ditch the imperfections and make them perfect. I made a story for each and every one of them. I made them family, personality, and things they like that probably they even hate. I have a troubled youth, but seems like most of the "troubles" came from me.

You isn't supposed to love the thought of someone. That doesn't fair, but again, the life itself doesn't did a fair favor to all of us, so why bother? Go ahead; love the thought of everyone. You don't have to really love them; you only love the thought of them. That means you don't really know them, yes? And that is so far easier, especially when you don't planning on knowing them more. Because once you're in love with the thought of them the truth might just break your heart into pieces. That's a metaphor. But it could be literal. Depends on you.

What else. Oh. Yeah. I had a crush on many people? Yes, but I had crushes on fictional characters more than I had crushes on real people. Now. My current problem is there is a bug that keeps bugging me. Well, why, of course. He's a bug; a bug's job is to bug. And I enjoy bugging people? But, I don't really like being bugged. Because that's just distracting. And annoying. And just really a pain in the ass.

The question is, who is he, and how did he bug me? Well I wouldn't answer the first question because there is a zero chance of him reading this and that just really awe in my heart and that made me disappointed and why the hell am I talking about this anyway I wouldn't tell you who because my other seniors probably reads my blog and just voila he could know.

And I couldn't bear that just yet.

And how did he bug me? Simple. He showed his goddamn fucking face to me couple of times and invaded my mind. He. Just. Asked. Me. To. Rip. His. Heart. Out.

Oh, and get this. He loves psychotics thingy. Isn't that lovely? NO. He is a sick sadist with bullshit. He's an alien, for he invaded my mind. Oh, why why why. Dear oh dear. Don't you think that it's sweet? That God doesn't think my pain is just enough? He sent me a piece of walking meat that doesn't even recognize me. See, I told you that he is lovely. Oh my. Ooooh my. There should me a law about invading someone's mind; one should make that illegal to do and deserves punishment like prison serving. You get what I mean? Prison serving? Ha ha ha.

I've had enough of things like this. I've had enough of thinking about things that would never happen in a zillion years. I've had enough of seeing from a safe distance, don't know whether it was me too afraid or do I know my own limits. I've had enough of crying myself to sleep. I've had enough of noticing someone who doesn't even know that I exist. I've had enough of it all.

But then again, guess that I'm a masochist. I hold on to pains. I cut myself into pieces (no darling not literally). I waste my tears for things that's not even worth my shit. But it's worth it. But it isn't. No I just don't know. Oh why why why why why and how how how the fuck am I getting into things like this I hate this I hate this I hate this I love it I hate this I love it I love it I love the feeling I love the pain I hate the pain I hate myself I don't know what to do I don't know what I'm getting into I know what I'm getting into and I love it and I hate it.

Who says that being a teenager is simple? Whoever said that what teenagers do are only playing and hanging out and making friends are the people who live in the cave with no Internet connection with their brain already been sucked out from their ears because they are so stupid stupid stupid stupid and such an idiot.

I remember his smile. Their smiles. Both when I told them how good they are on things they're currently doing. But their smiles are so different that oh my God does it makes me a slut for having crush on two guys but hell some girls fuck with two and more guys and here I am just having crush on two guys so I guess that I'm fine and I'm not a slut probably just a sassy bitch okay.

Am I okay?
No I'm not.

I'm so fucked up. This shitty alien; he invaded my mind without permission like hey there's a brain let's land there and bug that girl it'll be fun.

And most girls would probably just... I don't know. Trying to get his attention? Nah. I'm not the Drop My Bag And Bite My Lip While Twirling My Hair And Look At You With Puppy Eyes Asking For Help type. Well I twirl my hair, but not to get guys' attention. And sometimes I drop my bag, but only because it's too heavy I can't deal with it anymore or my shoulder would probably fall off. So what the fuck should I do. I just can't walk up then shoo him like hell it'll be very weird. Remember the girl who wrote the letter that I published once in my blog? Well I know exactly how she feels. Just. Being bugged and mind invaded by a man is just so ugh and even more ugh when they don't even meant to do it. Double ugh. Like I said before, he doesn't even know that I exist. Even if he knew, he doesn't know my name. Oh, he did spoke to me once. Well, maybe twice. But I'm so pathetic I still remember those convos and he's probably more like oh what wait what did I ever talk to you.

Shit happens.

I hate this.