Friday 26 September 2014

watercolor

Do you ever feel
You've got something to say
And you've got images in your head
But you don't know how
How to arrange the words

Do you ever feel
Like it was so clear inside
But you find it hard
To make people understand
And so you say,

"I swear I know
Let me try once again
See, I saw it there
How can you not see?"

And you keep trying
And you keep failing
Too many times that you lost count
And people almost lose faith in you

And you said once again,
"I swear I know
I didn't lie
It's just that you didn't see the same truth as I do"

Then comes the time when
You finally going to give up
But there's one little voice inside says,
"No, not now"

And you try again
And you fail again
And now you question why
Why on earth are you reading this

Well, to be honest I don't know
But I was just trying to show you
Images that I saw in my head
But I keep failing that I give up
But there it is, the word I've been searching all these paragraphs.

"Watercolor."

Saturday 20 September 2014

Ngupil Itu Nikmat.

Ketika tekanan nilai, peringkat, tugas, dan kewajiban sebagai pelajar terlalu membebani sampai aku melakukan hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya:

Aku mencukur rambut halus di betisku.

Rambut halus, bukan bulu. Aku mamalia, bukan unggas.

Dan saat aku memilih berprokrasinasi dengan jalan membersihkan kamar mandi ketimbang menghadapi naskah drama yang harus kuselesaikan, kau tahu aku sudah stress.

Belum lagi tadi aku iseng-iseng membuat es krim pisang tapi gulanya terlalu banyak, aku sampai mau muntah. Isinya cuma tiga potong pisang, selai kacang dan coklat, serta susu lho. Dan kubuat sendiri tuh. Terbayang makanan dan minuman yang diproses itu, yang kadar gulanya super tinggi. Apa coba isinya, sampai badanku sanggup menahan gula yang begitu banyak?

Kurasa mengapa aku kini nyaris tidak memiliki waktu adalah karena meskipun sekolah tidak terlalu beda dengan tahun lalu, kini aku lebih sadar dengan tanggung jawab dan kewajibanku. Dan itu. sama sekali. tidak. menyenangkan.

Aku benci menjadi orang bertanggungjawab. Orang yang bertanggungjawab sulit bersenang-senang. Orang yang bertanggungjawab punya beban. Dan aku nggak pernah mau jadi orang yang bertanggungjawab. Aku cuma ngulang-ngulang nih, di sini.

Setan cilik.

November nanti, kelasku akan menampilkan drama terkait Bulan Bahasa. Ceritanya dari kelas sepuluh sampai dua belas IBB-Bahasa bakal tampil. Dan drama kelasku tuh... ceritanya... dark banget...

Aku sampe gak kuat nulisnya.

Aku mau muntaaaaahhh :c ini manis banget sampe giung.

Eh omong-omong, tadi aku jalan keliling komplek dan sprint entahberapakali bolak-balik. Wks.

AAAAAAAAHHH AKU LUPA CARA BLOGGING.

Yah senggaknya kalian tahu aku masih hidup. Wks.

Ciao.

Tuesday 2 September 2014

More Piercing!

Kalian mau mencicipi neraka? Harganya murah, kok. Paling mahal juga cuma Rp100.000,00. Aku bisa mencicipi neraka hanya dengan biaya Rp50.000,00 di salah satu mall di kotaku.

Mau tahu gimana?

Datangi tempat tindik di manapun lalu mintalah supaya telingamu dibuatkan tindikan di bagian dekat atau bahkan persis di tulang rawan.

Nikmati neraka duniamu.





Hae gaiz. Hari ini aku ikut foto keluarga besar bahasa SMA-ku. Dari kelas X, XI, dan XII semuanya ikut. Yah, gak semua banget, sih. Ada beberapa yang gak ikut, but you get what I mean. Sebelum ke studio, aku ke mall dulu. Memutuskan bahwa aku belum melakukan hal bodoh selama setidaknya empat hari dan mumpung lagi punya duit, aku langsung naik ke lantai dua tempat booth tindik yang jasanya kugunakan setidaknya dua tahun yang lalu. Berdiskusi sebentar dengan penjaga boothnya, aku lalu dipersilakan duduk.

Dan proses tindik menindik pun dimulai.

Pada awalnya, rasanya memang nggak sakit. Nggak sesakit kena bola di mukamu sih. Lebih kepada kaget. Lalu. LALU. Beberapa menit kemudian telingaku mulai berdenyut dengan lubang itu sebagai pusatnya.

brengsek.

Aku bahkan berdarah, tau gak? Padahal waktu itu aku bikin tindikan juga, gak berdarah. Entahlah mengapa. Mungkin karena kalau di daun telinga, pembuluh darahnya lebih sedikit? Bisa jadi. Dan, omong-omong, sebenarnya bikin tindikan itu bukan tindakan bodoh. Tindakan bodohnya adalah aku langsung mengutak-atik lubangnya begitu sampai rumah. Aku melepas anting cincin berwarna hijau (baru) yang kubeli bersamaan dengan membuat tindikan kemudian membersihkannya dengan air hangat dan

mulai gemetar

waktu

gak bisa masang lagi.

Akhirnya anting mataku yang warna putih (yang selama ini kugunakan di lubang kedua earlobe kanan) kupindahkan ke helix dan yang hijau ada di earlobe.

DAN.

INI TUH.

MASIH.

BERDENYUT-DENYUT PANAS.

Padahal waktu tadi sore jalan pulang ke rumah, lubangnya udah baik-baik aja. Ah dasar kampret. Gara-gara aku mainin sih. Emang bego dasar. Pantes aja ranking turun.

Oh yaa. Dan coba tebak, siapa yang diajak oleh seorang guru untuk presentasi di Institut Teknologi Bandung?

Sungguh, aku berharap bukan aku.

Tapi sialnya, aku terlanjur mengiyakan. Hell, she isn't kind of a teacher you can speak your mind. Aku bahkan diwanti-wanti oleh guru sastraku agar tidak mengungkapkan pendapatku pada si ibu, karena beliau bukan guru yang mengapresiasi perbedaan pendapat. Jadi memang arti guru baginya adalah digugu dan ditiru.

Halah.

Jadi begitulah. Daripada kalau menolak aku repot sendiri (padahal belum dicoba tuh. Halah) akhirnya aku bilang iya. Ah dasar kampreto suroto bebeb toto.

Ya pokoknya begitulah. Also, aku gak akan terlalu banyak menulis di blog kayaknya, karena kelas sebelas ini JAUH LEBIH GILA daripada kelas sepuluh. Ugh. Aku ingin cepat-cepat lulus, tapi pertanyaanku: memang setelah lulus kamu mau apa?

Kuliah? Jadi sarjana? Terus kerja sampe mati?

Gak ada tujuan banget.

Find me on Twitter!
http://twitter.com/AdityawhXo