Friday 20 September 2013

Jum, 20 Sept 2013 18:00

Aku punya teori mengenai keanehan (weirdness).

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang control freak. Manusia akan selalu berusaha untuk mengendalikan apapun yang bisa mereka kendalikan. Manusia takut pada Tuhan dan bencana alam karena hal-hal itu tidak dapat mereka kendalikan. Oleh karena itu dalam tatanan masyarakat Manusia membuat sebuah cetakan untuk setiap individu; membuat berbagai macam standar fisik dan mental yang harus dipenuhi apabila ingin membaur secara sempurna dalam masyarakat.

gaya berpakaian yang sama
tingkah laku yang sama
ucapan yang sama
pola berpikir yang sama.

Keempat hal itu adalah kunci menuju satu: kepribadian yang sama. Bukannya Manusia tidak menghargai perbedaan, hanya saja Manusia menakuti hal-hal yang tidak dapat mereka kendalikan. Dan kesamaan berarti dapat dikendalikan.

Karena itulah, Manusia, atau Masyarakat, akan memberi sanksi pada orang-orang yang tidak memenuhi standar dan persyaratan yang mereka beri. Setiap lapisan dan bagian Masyarakat dapat membuat peraturan standarisasi yang berbeda, oleh karena itu meski tidak begitu menyukai perbedaan, dalam satu tempat bisa ada banyak orang yang berbeda-beda. Namun, selama mereka masih berada dalam kelompok maka mereka aman. Minimal dua-tiga orang serupa untuk dinyatakan aman dari sanksi masyarakat.

Sanksinya bisa berbagai macam. Dari dipandang aneh hingga dikucilkan. Dari semua sanksi, yang paling parah adalah pengucilan. Manusia adalah makhluk sosial, kita semua tahu itu. Dan saat dikucilkan, manusia bisa tidak memiliki teman satupun. Itu adalah alasan mengapa sanksi pengucilan merupakan sanksi terberat. Namun menurut Masyarakat, sanksi dibutuhkan agar 'pelaku' jera dan segera berusaha memenuhi persyaratan untuk 'membaur'. Tentu saja si 'pelaku pelanggaran standar' dapat memilih dalam kelompok mana ia ingin berada. Ia bisa saja memilih satu kelompok di mana ia merasa paling nyaman di dalamnya. Tapi ada satu kelompok terpencar yang begitu sulit ditemukan dalam 'kelompok'. Itu adalah kelompok Menjadi Diri Sendiri.

Dalam Masyarakat yang berstandar, menjadi diri sendiri adalah hal paling aneh yang dapat kau lakukan. Jadi kalau kau ingin menjadi 'aneh', jadilah dirimu sendiri. Itu adalah tips paling ampuh. Omong-omong, bukannya aku ingin mengatakan Masyarakat itu palsu atau bagaimana. Hanya saja mereka memiliki standar(-standar) yang harus kau penuhi untuk dapat diterima, dan belum tentu standar-standar mereka sesuai dengan kepribadianmu. Atau, setidaknya, sesuai dengan minatmu. Kepribadian kedengarannya terlalu dalam. Halah.

Kadang kita memilih kelompok tertentu karena seseorang yang kita kenal berada di kelompok itu. Kemudian kita akan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang ada dalam kelompok tersebut. Kadang standarnya bisa menjadi ganda, seandainya kelompok itu cukup atau begitu besar sehingga ada kelompok di dalam kelompok (semakin besar sebuah kelompok, semakin besar pula kemungkinan adanya kelompok dalam kelompok itu) dan kau juga ingin diterima di kelompok lain dalam kelompok pilihanmu tersebut. Terkadang kau tidak merasa terpaksa dalam memenuhi standar itu; kadang kau bahkan tidak sadar bahwa kau telah atau sedang berusaha memenuhi standar. Terjadi begitu saja. Hanya saja terkadang ada orang yang dengan sadar melakukannya. Dan merasa kesulitan memenuhi standar tersebut. Tapi dia memaksakan diri. Kenapa? Karena dia tidak ingin dikucilkan. Tidak ingin ditinggalkan. Tidak ingin dianggap aneh.

Itu normal, sungguh. Manusia adalah makhluk sosial. Dan Manusia mentakuti hal yang tidak dapat mereka atur, terutama dalam standar-standar.

Tapi selalu ada segelintir orang yang cukup berani (atau nekat) untuk menjadi diri mereka sendiri. Dan orang-orang ini menerima sanksi yang beragam dari tingkat 'keanehan' mereka dalam pandangan masyarakat. Semakin kontroversial tentu semakin berat sanksinya.

Aku tidak tahu apakah aku telah menjadi diri sendiri atau belum, tapi aku tahu pasti bahwa aku tidak memenuhi standar kelompok manapun, setidaknya kelompok-kelompok yang ada di sekitarku. Aku tidak memenuhi standar kelompok Anak Badung atau Anak Rajin atau kelompok lain. Tidak memenuhi standar dan justru membuat standar sendiri yang harus dipenuhi oleh diri sendiri adalah bentuk pemberontakanku atas sistem standarisasi. Ironinya? Aku membuat standar pribadi untuk menunjukkan bahwa membuat standar itu tidak dapat kuterima.

Semacam membunuh orang yang membunuh sebagai hukuman untuk membunuh.

Tapi omong-omong, sanksi yang diberikan padaku tidak begitu berat. Aku hanya sering ditatap aneh dan disindir dan diledek namun tidak lebih berat dari itu. Aku masih diterima oleh beberapa orang dari beberapa kelompok berbeda namun tidak yakin ingin memperdalam hubungan denganku atau tidak. Bukan masalah, karena aku sudah terbiasa dengan hal itu. Yang menjadi masalah adalah mereka yang tidak dapat berdamai dengan diri sendiri karena tidak mampu memenuhi standar tertentu Masyarakat dan Kelompok atau mendapat sanksi lebih berat seperti pengucilan karena menjadi diri mereka sendiri.

Sungguh aku tidak mengerti kenapa ada orang yang rela membuang jauh-jauh identitas dirinya yang lahir bersamanya demi diterima oleh suatu kelompok. Tapi aku tahu perasaan ingin diterima, jadi itu tidak begitu sulit untuk dimaklumi. Yang aku tidak mengerti adalah perasaan menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai standar Masyarakat dan/atau Kelompok. Orang-orang yang menyalahkan diri sendiri ini telah berusaha sebisa mungkin namun menyadari mereka tidak cocok berada di dalamnya. Dan mereka berpikir itu salah mereka. Bahwa itu adalah kewajiban mereka untuk diterima dalam suatu kelompok.

Salahkah?

Menurutku tidak. Itu bukan salah siapa-siapa. Mereka--kalian--hanya belum menemukan tempat/kelompok yang tepat untuk kalian. Tidak apa-apa, aku pun begitu. Terasa aneh dan sepi pada awalnya, tapi saat kau sudah mengerti bahwa itu bukan salahmu dan itu juga bukan salah kelompok itu, akan menjadi sedikit lebih mudah. Memang ada masanya kau menatap beberapa orang dalam suatu kelompok yang tampak begitu cocok satu sama lain dengan rasa pedih kesepian, tapi pedih itu akan berlalu. Aku juga tidak akan mengatakan pada kalian untuk tidak berusaha memenuhi standar kelompok tertentu, hanya saja tolong jangan berusaha begitu keras hingga membuang jati diri kalian yang sebenarnya. Siapa diri kalian mungkin bahkan tidak kalian ketahui. Aku bahkan tidak tahu apakah aku mengenali siapa diriku sebenarnya. Tapi aku tahu saat sesuatu tidak sesuai denganku dan aku tahu apakah hal itu dapat dikompromikan atau tidak. Kurasa kita semua seperti itu, hanya saja ada beberapa yang memaksa berkompromi, atau yang berusaha kemudian mengahadapi kenyataan bahwa memang hal itu tak dapat dikompromi, dan ada juga yang langsung meninggalkan hal itu begitu tahu memang tidak dapat dikompromi. Seperti aku, misalnya.

Yang paling mudah sekaligus paling sulit, tentu saja, adalah menjadi diri sendiri.

Jika poin sebelumnya kalian berusaha memenuhi standar TANPA membuang diri kalian yang sesungguhnya, poin ini adalah tidak membuang apapun. Dan tidak memenuhi standar apapun, yang mana merupakan bagian mudahnya. Bagian sulitnya? Kalian bisa mendapat sanksi dari Masyarakat. Berdoalah bukan sanksi yang berat. Ibaratnya kalian berusaha masuk ke sebuah klub golf, tapi kalian tidak merasa cocok di sana sementara semua orang di sekitarmu--ayah, ibu, kakak, adik, dan yang lainnya--merupakan anggota klub golf. Kau sadar bahwa klub golf memang bukan tempatmu, jadi kau pergi dan menciptakan permainan lain. Kau tentu akan ditentang, dan cara penentangannya pun beragam dari yang mudah dihadapi sampai yang membuatmu membutuhkan tujuh butir aspirin (ha, bercanda kok). Permainan lain yang kauciptakan ini tampak aneh, namun sesungguhnya banyak orang yang memainkannya, hanya saja dengan beragam aturan dan versi, serta tidak pernah benar-benar memiliki tempat berkumpul dan bernaung, tidak seperti klub golf.

Seperti itulah menjadi bagian dari Kelompok Menjadi Diri Sendiri.

Kau tidak benar-benar di dalam kelompok, namun kau berada dalam sebuah kelompok dengan standar paling sederhana sekaligus paling rumit, yaitu menjadi dirimu sendiri. Kelompok ini tidak pernah benar-benar bergerombol seperti kelompok lainya, misalnya, katakanlah, Kelompok Penggosip. Dan karena para anggota Kelompok Menjadi Diri Sendiri itu terpisah-pisah tanpa mungkin mengenali satu sama lain, mereka menjadi sasaran empuk penindasan dan semacamnya. Penindasan bisa dibilang adalah salah satu sanksi Masyarakat atas 'pembelotan'mu pada standar. Tapi bagiku pengucilan tetaplah sanksi terberat karena di penindasan, masih ada orang yang berinteraksi denganmu (walau hanya untuk membuat hidupmu lebih kacau) sementara saat dikucilkan benar-benar hanya ada kau, kau, dan kau. Tidak lebih baik namun juga tidak lebih buruk. Begitulah, hidup itu kadang rumit.

Memang tidak setiap korban penindasan adalah anggota Kelompok Menjadi Dirimu Sendiri, namun terkadang hanya orang malang yang belum tahu di mana tempat ia berada. Tapi intinya sama, yaitu mereka yang terpencar, sendirian melawan mereka yang berkelompok. Serius deh, memang kalian pernah melihat seorang penindas satu lawan satu dengan korban tindasannya? PDA--Please Deh Ah.

Tapi ingatlah, 'terpencar' bukan berarti kau sendirian. Belum mengetahui tempatmu seharusnya berada bukan berarti kau sendirian. Pun mereka yang berada dalam kelompok belum tentu hidupnya lebih mudah darimu, namun dari sisi sosial mungkin perjuanganmu yang terpencar atau masih bimbang dengan pijakanmu sedikit lebih berat. Nikmatilah itu. Aku terdengar seperti maniak kurang waras (yang, omong-omong, bisa jadi seperti itulah adanya aku), tapi nikmatilah perjuanganmu. Karena menjadi berbeda. Karena tidak atau belum mampu memenuhi standar. Karena mendapat sanksi dari Masyarakat (serius, aku berharap sanksi yang kaudapatkan bukanlah sanksi berat macamnya penindasan atau pengucilan--aku berharap yang terbaik untukmu, Kawan). Ini adalah perjalanan yang tidak didapatkan oleh semua orang. Belum. Ini adalah perjalanan khusus untuk mereka yang telah terpilih untuk menemukan di mana sesungguhnya tempat mereka berada. Tempat di mana mereka bisa aman dan nyaman menjadi diri sendiri tanpa atau hanya memenuhi sedikit standar yang berbeda dari siapa mereka sesungguhnya. Perjalanan ini berat, namun bagi mereka yang terus berjuang hingga akhir hasilnya akan sepadan. Ini adalah perjalanan bagi mereka yang terpilih. Bagi mereka yang sesungguhnya kuat. Bagi mereka yang mungkin tampak lemah dan aneh di luar, namun menyimpan sebuah berlian di dalam. Ini adalah perjalanan untuk menemukan di mana sesungguhnya kau berada.

Jadi nikmatilah. Syukuri. Dan yakinlah bahwa banyak hal yang berat bagimu sekarang akan membuatmu tertawa bahagia sekian puluh tahun mendatang. Bahagia karena mendapat kesempatan untuk mencicipi kesengsaraan dari sanksi Masyarakat. Tidak masalah jika kau hanya seorang pemberontak standar sepertiku atau seseorang dengan fisik kurang sempurna atau seseorang dengan otak yang kontroversial atau bahkan seorang yang homoseksual. Yang kaualami, yang kaudapatkan, belum tentu dapat dimiliki oleh orang lain, lho.

Mungkin kapan-kapan, di suatu tempat, kita akan bertemu. Entah sebagai sesama anggota Kelompok Menjadi Diri Sendiri atau anggota kelompok lain (kalau-kalau aku akhirnya menemukan sebuah kelompok dengan standar yang dapat kuterima dan dapat kukompromikan). Kemudian kita akan saling bercerita, itu pun jika kita tidak terlebih dulu malu bertukar sapa. Tapi ketahuilah, kau tidak sendirian.

Ada mereka yang sepertimu di luar sana. Kita semua hanya terpencar.

No comments:

Post a Comment