Thursday 21 June 2012

Curhat [Calon] Penulis Beken #1

Hahahahaha, a'ight. Aku tahu this blog post's title is similar to salah satu buku terbitan tahun 2009 lalu, 25 Curhat Calon Penulis Beken oleh Triani Retno A (which, BTW, juga jadi nama grup FB mbak Eno), tapi aku emang nyomot dari sana karena beberapa alasan: blog post ini isinya curhatanku (aku gak berani bilang tips nulis, maksudku, siapa aku?) tentang tentang prosesku yang tertatih-tatih untuk menjadi seorang penulis beken (AMIN YA ALLAH). Like someone said to me: Berlarilah. Kalau kamu tidak bisa berlari, maka berjalanlah. Kalau kamu tidak berjalan, maka merangkaklah. Lakukan apapun itu selama kamu masih terus bergerak maju. Dan aku yang masih dalam proses mendisiplinkan diri mungkin sekarang lagi ngesot kali ya? Yah, asal gak ditemenin sama Suster Ngesot gapapa deh #krik

Aku buat ini gara-gara aku lagi bingung mau gimana ngelanjutin novelku. Yep. novel. Banyak orang udah bilang sama aku, jangan mulai langsung ke novel, coba aja dari cerpen dulu. Masalahnya aku gak bisa. Bukannya aku sombong atau apa nih ya, tapi istilahnya aku tuh penulis napas menengah; jadi aku gak bisa nulis yang cuma sesingkat cerpen, karena kalau cerpen udah tertanam di kepalaku ceritanya harus pendek. Alhasil mandek duluan. Pernah aku coba untuk gak dipikirin jadi pendek alias gimana nanti aja, eh malah jadinya 25 halaman dan itu bahkan belum masuk konflik utama. Singkat kata, the shorty turns into a novel! *jedokin kepala ke bantal*

Sekarang aku lagi ngurus beberapa proyek novelku, tapi lebih fokus pada dua. Kenapa dua? Soalnya kedua buku itu sebenarnya semacam buku seri (tapi PoV tokohnya beda), dan buku pertamanya lagi ku-remake sementara buku pertama memang sedang aku buahi (setdah bahasa apaan neh!?). Maksudnya dibuahi itu lagi dibuat gitu lho, ah kamu pikirannya ke mana aja sih Dill. Ih biarin kok elo yang ripuh? Ya lo itu gue dan gue itu elo tau -___________-

Masalahnya: aku gak mungkin ngelanjutin buku dua kalau buku pertama belum selesai dengan tuntas. Iya, kan? Jadi remake buku pertama harus kuselesaikan dulu, tapi ide untuk buku dua tetep aku tuangin. Aku bukan penulis yang suka pake kerangka/draft gitu. Aku gak ngerti. Pernah nyoba dan aku justru bingung gimana dan apa maksud dari draft itu. Jadi, secara pribadi nih, buatku draft didn't work to me, it's useless. Buatku lho ya, orang kan beda-beda. Aku lebih suka menulis secara spontan tanpa kerangka apapun. Yep, ceritanya memang bisa jadi GJe, tapi gak begitu selesai langsung kukirimkan ke penerbit, kan? Aku poles lagi. Buku yang lagi ku-remake ini waktu itu udah kuedit tapi cuma sebatas itu terus kuberanikan diri ngirim (proses pengiriman naskah ternyata gak terlalu menyeramkan, lho! Awalnya deg-degan tapi setelah itu sih pasrah aja, hehe :D). Hasilnya? Dikirim bulan Desember dan gak ada kabar sampe sekarang #antiklimaks

Omong-omong, kalau mau jadi penulis, kita harus disiplin, lho! Iya sih aku bilang aku itu penulis spontan, tapi aku juga menjadwalkan diri untuk menulis, yaitu setiap hari Senin-Sabtu jam 15.30-18.00. Katakanlah itu jam kerjaku. Bolehkah aku menulis di luar jam itu? Boleh bangeeeet! Intinya aku nulis itu bebas, tapi yang dua setengah jam itu gak boleh kulanggar, aku tetep harus nulis pada saat itu. Gitu lhoooo...... Aku dapet ilham untuk melakukan itu tuh dari om Iwok Abqary. Jadi waktu itu om Iwok di Twitter beliau ngomongin tips nulis gitu deh.... Dan salah satunya dibilang bahwa kita harus disiplin menulis; jadwalnya kita sendiri yang tentukan. Mau setiap hari seminggu, tiga kali seminggu, atau bahkan sekali seminggu. Terserah. Tapi minimal waktu menulis itu satu jam. And you know the rest, hehe....

Selain kedisiplinan, saat menulis kita harus membuat diri sendiri nyaman. Mind set aku adalah aku menulis untuk diriku sendiri, dan karena itu I should please myself first. Kalau kita gak nyaman saat menulis ya kita juga gak nyante kan? Alhasil itu bisa mempengaruhi mood. Dari mood ke tulisan. Whuaaaa! Tulisannya bisa-bisa malah amburadul! Dan caraku menyamankan diriku saat menulis adalah:
  1. Nulis di kamar dengan pintu tertutup dan terisolasi dari dunia luar
  2. Dengerin musik pake headset, jadi makin impossible untuk suara dari luar masuk dan gangguin (tapi tergantung mood juga sih, kadang aku nulis tanpa musik kalem aja tuh). Biasanya aku kalau nulis kalau gak ditemenin sama Simple Plan ya sama NeverShoutNever!. Lagu mereka enak-enak lho...
  3. Kudu ada kopi atau teh atau apa ajalah, yang penting minuman buat nemenin, tapi lebih bagus lagi kalau kopi, terutama kopi Luwak, hehe...
  4. Ada minuman masa gak ada camilan? Biasanya kalau aku nulis gak sambil makan siang (yang disorekan), ya aku makan Choki-Choki, tapi sekarang aku lagi tergila-gila sama permen karet karena itu camilan yang lebih awet (plus bisa dimakan sambil dimainin jadi balon~)
  5. Harus ada Kitty. Kitty itu boneka-bantal kucing yang tanteku kasih waktu aku masih kecil. Karena aku masih kecil, jadi aja namanya mendasar gitu. Sekarang nama lengkapnya adalah: Kitten Rosetta Nanditya Fitzgerald. Kalau aku udah mandek banget dan gak tau mau ngapain lagi biasanya aku ambruk ke tempat tidur sambil meluk Kitty. Karena udah nemenin lama banget, kalau gak ada Kitty akunya gak nyante~
Yah, itu aja dulu deh. Aku tau sih aku bukan siapa-siapa, but whoever you, if you read this, thank you. Aku berpikir bahwa curhatan yang mungkin akan paling menyentuh hati penulis pemula adalah curhat yang dikeluarkan oleh penulis pemula juga--like me! Keep calm and write.

N.B: Buat yang lagi patah hati atau naksir orang disarankan denger NSN! untuk lagu-lagu yang akan menyuarakan perasaan kalian (ceilah). Yay! ;D
N.B 2: Yang penasaran sama om Iwok bisa silakan follow twitter-nya di @iwokabqary dan cek TL #TipsNulis dari beliau :*

2 comments:

  1. Horeeee .... namaku disebuuut. huhuuuy. makasih Dilla. Sip deh, ayo lanjutkan disiplin nulisnya! ^_^

    ReplyDelete