Monday 10 March 2014

Cinta, Cemburu, dan Sayang

Hai, haaiiii. Kalian pasti tau dong sekarang kasus soal pembunuhan Ade Sara yang melibatkan Hafitd dan Asyifa? Atau Assyifa. Atau Assifa. Ah, ejaan namanya aku lupa. Ya, intinya mereka. Katanya sih, tindakan itu didasari oleh rasa cemburu. Malah, di Facebook ada yang ngawur bilang bahwa sebenarnya Hafitd membunuh Ade Sara karena gadis itu tidak mengenakan jilbab; Hafitd hanya ini menegakkan syariat Islam.

A moment of silence for idiots around the globe.

Oke, bukan kasus itu yang mau aku bahas, tapi masalah soal emosinya. Cemburu. Iya, cemburu. Biasanya, cemburu diasosiasikan dengan rasa takut akan kehilangan seseorang yang berharga bagi kita. Cemburu [katanya] dirasakan karena kita peduli, karena kita sayang. Faktanya, opini saya berkata lain. Iya, itu barusan kalimat oksimoron. Tau kok >w<

Entah kapan, mungkin sekitar waktu aku SMP, aku punya teori bahwa manusia adalah makhluk yang egosentris dan self centered. Singkatnya dari teoriku adalah bahwa manusia tidak akan melakukan apapun yang tidak berguna bagi mereka; secara fisik maupun psikis.

Contoh:
Aku: manusia gak bakal beribadah kalau Tuhan nggak mengiming-imingi Surga
Manusia: ya nggak dong, pasti tetap bakal beribadah, karena Tuhan telah memberi kita kehidupan, tempat tinggal, dan bla bla bla...

Kalau itu contohnya, kemungkinan bahwa orang akan tetap beribadah semata karena Tuhan, ada. Tapi pasti mayoritas nggak bakal. Ngapain repot-repot ke gereja dan terantuk-antuk dengar pendeta ngomong (hayo siapa yang di misa sering ketiduran? :p), ngeluarin uang lebih untuk arak-arakan dan sesajen, atau bangun subuh-subuh untuk bertemu air sedingin es sambil mati-matian gak ketiduran waktu sujud kalau nggak ada imbalannya?

Contoh secara fisik [materi], ngapain bantuin tetangga bersihin halaman kalau gak dapet suguhan sebagai imbalannya? Gue sih ogah :p

Nah, sehubungan dengan teori bahwa manusia adalah makhluk egosentris inilah, opiniku berkata bahwa cemburu bukan karena sayang atau peduli. Cemburu itu sifat egois manusia di mana seorang individu takut kehilangan perhatian dari individu lain.

Coba liat orang pacaran. Si cewek cemburu bukan karena si cowok nggak ngasih kabar (kayak yang sering dijadiin modus :p), tapi karena si cowok mengabaikan dia dan nggak ngasih dia perhatian yang dia inginkan. Liat anak kecil. Dia cemburu waktu liat mamanya gendong atau bahkan gandeng anak lain, karena dia takut mamanya gak bakal merhatiin dia lagi. Coba liat pasangan suami-istri. Suami cemburu sama anaknya karena takut istrinya bakal lebih mencurahkan waktu dan tenaga buat anaknya ketimbang dia.

Jadi, cemburu bukan emosi yang menunjukkan bukti cinta kita pada orang lain. Tapi menunjukkan bukti kecintaan kita terhadap cinta orang lain pada kita. Hehe, rumit, ya? Intinya, kita mencintai perhatian orang pada kita, apalagi kalau dari seseorang--uhuk--spesial. Dan kalau ada yang mengancam perhatian itu teralihkan dari kita, kita cemburu.

Cemburu semuanya tentang diri kita sendiri.

Gimana dengan cinta? Cemburu juga sering disandingkan dengan cinta.

Temanku mendapat kutipan dari seorang psikolog (entah siapa namanya), yang mengatakan bahwa definisi cinta kurang-lebih begini:
Cinta adalah senjata untuk mendapat kesenangan badani dan manusia menciptakan fantasi terindah dan termanis mereka untuk mewujudkannya. Cinta tidak akan bertahan selamanya. Masa kadaluarsa cinta mengikuti hukum alam dan tidak seorang pun bisa menghindari kenyataan itu. Cinta itu suci karena bisa mempertahakan spesies dan berkembang biak. Tidak kurang atau lebih dari itu. Karena itu jangan biarkan orang yang berharga dalam hidup kita menderita karena ilusi sesaat oleh yang namanya cinta.
 Jadi, cinta tidak semanis dan seindah yang orang-orang koar-koarkan. Terutama para selebtwit. Iya. Masihkah kamu berdarah-darah untuk orang yang salah? Kalau masih, ya, bego. Eh. Ups.

Mari kita telaah.

 Cinta adalah senjata untuk mendapat kesenangan badani. Singkat kata, cinta itu senjata untuk dapat seks. Manusia menciptakan fantasi terindah dan termanis mereka untuk mewujudkannya, yang mana artinya adalah manusia melebih-lebihkan arti cinta demi mendapatkan hubungan intim yang mereka inginkan. Masa kadaluarsa cinta mengikuti hukum alam dan tidak seorang pun bisa menghindari kenyataan itu. Cinta itu nggak abadi, cinta suatu saat akan layu dan mati. Bagaimana? Well, kembali ke awal. Cinta adalah benda yang digunakan untuk melakukan seks. Saat manusia memasuki masa menopause, mereka tidak dapat lagi melakukan hubungan seksual [yang kutahu sih, tapi pernah tuh nemu video nenek-nenek begituan. Ehh]. Pada saat itulah cinta kandas dan kedaluwarsa. Cinta itu suci karena bisa mempertahakan spesies dan berkembang biak. Tidak kurang atau lebih dari itu, artinya fungsi cinta memang cuma untuk bercinta, berhubungan seksual, dan meneruskan keturunan. Udah gitu doang. Dan baris terakhir? Cinta memiliki masa habis, oleh karena itu jika orang-orang yang kamu 'cintai' benar-benar berharga buatmu, jangan cintai mereka. Ntar kalau cintamu udah kedaluwarsa, mereka mau diapain? Dikasih ke tukang loak kan susah ngiloinnya.

Dan mengacu pada teori di atas, gak salah juga kalau orang pacaran terus salah satu di antara mereka [si cowok atau si cewek] ngajak pasangannya melakukan hubungan intim, apalagi kalau kata 'cinta' udah disebut. Jadi para cewek, hati-hati sama kata cinta. Kalau kalian bilang cinta, ntar pasangan kalian ngajak berhubungan seks. Kalau cowok kalian nyebut kata cinta, artinya dia ingin bersenggama. Gak salah juga sih. Kan itu insting. Ups. Bukannya aku mendukung seks bebas lho ya, tapi ini berdasarkan teori soal cinta di atas.

Jadi, kalau gak cinta, gimana dong?

Ya, sayang.

Kalau cinta hubungannya lebih pada fisik, maka rasa sayang lebih pada psikis.

Kenapa kakek dan nenek masih bisa mesra cipika-cipiki padahal udah keriputan? Kan masa cintanya udah habis? Ya, selama mereka hidup bersama sebagai satu kesatuan (aww), selain rasa cinta, rasa sayang juga tumbuh. Rasa sayang itulah yang mempertahankan hubungan mereka sampai tua, sampai gigi ompong, sampai akhirnya dibaringkan bersisian (aww gue juga mau dong, tapi ntar aja kalau umur gue udah 120 tahun, suami gue 126 tahun :v kode uhuk).

Ibaratnya, cinta itu besi biasa. Semakin dimakan waktu bisa berkarat, terus rusak dan habis. Sayang itu stainless steel. Butuh waktu berabad-abad sebelum akhirnya bisa berkarat dan mati. Sayang itu emosi yang menentang teoriku tentang sifat egosentris manusia, karena rasa sayanglah, bukan cinta, yang dapat membuat seseorang berkorban demi orang lain. Cinta sifatnya egois, sayang sifatnya pengasih. Jangan mencintai orang yang berharga, sayangilah mereka. Dengan cinta, begitu urusan beres, wassalam. Dengan sayang, kalau urusannya udah beres, cari urusan lain lagi. Yang penting tetap tinggal. Pagi belum juga tiba, Sayang, itu kicauan burung bul-bul yang kaudengar, Romeo. Kembalilah.

Jadi, masihkah kamu berdarah-darah untuk orang yang salah atas nama cinta yang hanya untuk bersenang-senang dan beranakpinak semata? Kalau masih juga, ya, berdarah sampe mati aja sana. -.-

No comments:

Post a Comment