Saturday 17 May 2014

Gay is Okay

WHAT THE FUCK HAPPENED THIS WAS SUPPOSED TO BE AUTOMATICALLY POSTED ON MAY 17TH.

 *

Abad 21, dan orang-orang masih memperdebatkan mengenai legalitas homoseksual. Yah, mungkin lebih tepatnya bukan legalitas secara hukum, namun secara agama.

Salah satu prinsip hidupku adalah, "Tidak masalah selama tidak mengganggu".

"Batas kebebasan kita adalah kebebasan orang lain," Negativisme pernah bilang. Yang berarti kita bebas melakukan apa aja, selama hal itu nggak menginvasi lahan kebebasan orang lain. Mau joget-joget gak keruan di perempatan jalan? Pakai kostum Kamen Raider ke meeting OSIS? Tidur seharian? Gak masalah.

Termasuk orientasi seksual.

Aku nggak mengerti dengan orang-orang yang ribut mencacimaki, merutuki, dan melawan homoseksualitas padahal mereka nggak secara langsung terlibat di dalamnya. Maksudku, kayak, keluarga mereka bukan gay, begitu pula dengan saudara dan teman-teman mereka. Mereka cuma melawan orang-orang yang orientasi seksualnya berbeda dengan mereka--dalam hal ini homoseksual dan/atau biseksual--karena menurut mereka orang-orang itu memberikan pengaruh buruk.

WHAT?

Ibuku pernah punya teman lesbian, ia pernah cerita. Aku juga pernah punya teman yang gay, dan bikin aku patah hati dalam proses mengakui orientasi seksualnya padaku (kamu nggak mungkin nggak patah hati saat cowok yang paling manis, paling perhatian, dan paling kamu sayang sekaligus kecenganmu ternyata gay. ITU NGGAK BISA NGGAK PATAH HATI). Dan kami hidup normal-normal aja tuh. Yeah, oke, normal dengan tanda kutip normalnya seorang Keiten Yang Mulia Putri Unicorn. Tapi, hei, maksudku, aku belum mulai mengendus-endus cewek lain jadi itu bukan pengaruh buruk, kan?

Aku justru melihat kebanyakan yang memberi pengaruh buruk itu mereka yang punya orientasi seksual "lurus"; normal di mata masyarakat. Yaah, aku belum pernah dengar ada seorang gadis yang membunuh mantan pacarnya yang juga seorang gadis ditolong pacarnya yang sekarang yang juga gadis karena mantan pacarnya nggak mau berhubungan lagi sama dia.

Pengaruh buruk itu bisa ditularkan melalui kebiasaan dan sifat-sifat yang dominan. Bukan orientasi seksual.

Maksudku, aku nggak pernah ingat tuh temanku yang gay itu (yang sekarang entah di mana keberadaannya, tapi semoga dia sudah bahagia... DENGAN LELAKI YANG DICINTAINYA :'3) ngomong ke aku, "Eh, jadi gay enak lho. Ikutan yuk."

Bayangkan berapa tahun jatah ketawa yang bakal aku habiskan kalau itu kejadian.

Aku juga pernah membaca sebuah kisah di Internet. Ceritanya itu tentang seorang cowok yang gay, dan dia punya teman yang juga oke-oke aja dia gay. Tapi si teman penasaran, dan akhirnya suatu saat bertanya, "Kamu pernah bilang gak ke orangtuamu bahwa kamu gay?"
   Si cowok gay itu ngejawab, "Nggak," dengan nyantenya.
   Kemudian ia melanjutkan, "Saudaraku straight dan dia nggak pernah tuh datengin orangtua kami dan bilang, 'hey mum, dad, I'm straight'. Jadi kenapa aku harus?"
   Suatu saat si teman datang ke rumah si cowok gay, bersamaan dengan si cowok gay ngajak pacarnya ke rumah. Dan ternyata orangtuanya fine-fine aja dan nggak bermasalah.

Man can I stop thinking that that is how it should goes.

Si cowok gay misterius itu ada benarnya! Mereka yang heteroseksual nggak pernah ngomong ke orang-orang, "Oi, gue hetero lho", jadi kenapa mereka yang homoseksual juga HARUS? If they do, berarti mereka beranggapan bahwa orientasi seksual mereka itu urusan orang lain, dong. When in reality people don't give a shit UNTIL they know. Jadi kenapa harus cari gara-gara? Bukannya maksud aku untuk bilang supaya para homoseksual sembunyi, tapi all these confessions and shit, they don't make sense. Like, oke deh, orangtuamu mungkin berhak tau, tapi kalau habis itu mereka beat the shit hell out of you karena mereka beranggapan gay isn't okay ya salah sendiri. Point is, ngapain ngumbar orientasi seksualmu kalau gak ditanya? It also works for religion and belief and anything else. Heteros never claimed that they're heteros so why should homos? Itu kan urusanmu, bukan urusan mereka, so why bother?

Agama melarang hubungan homoseksual? So what? Untukmu agamamu, untukku agamaku. Dan ini, menurutku, nggak cuma berlaku untuk satu kelompok agama melawan satu kelompok agama lainnya. Antara satu individu dengan individu lainnya dalam agama atau kepercayaan yang sama juga bisa. Oke deh berniat baik dan mengingatkan pada homo bahwa homoseksual itu ditentang oleh agama. Tapi cukup sampai di situ. Itu bukan urusanmu, kayak yang udah berkali-kali kuulang di sini. Kalau kalian belum tau, orang menjadi homoseksual bisa karena dua hal: pilihan atau terlahir seperti itu.

Aku nggak bohong. Pada kenyataannya, ada zat kimia dalam otak yang mengatur mengenai orientasi seksual, dan kalau ternyata otak memproduksi zat kimia tersebut terlalu banyak atau terlalu sedikit dari takaran yang diperlukan, itu dapat mengubah orientasi seksual seseorang; dari homoseksual sampai bahkan aseksual. Google it, you'll find that I'm not lying. Some people didn't choose to be gay, they just born that way.

Happy International Day Against Homophobia and Transphobia!

No comments:

Post a Comment