Sunday, 29 April 2012

Ngobrol Dengan Orang Gila.... Ternyata Nyambung Juga!

Kupikir, merasakan perasaan bimbang ataupun galau adalah hal yang manusiawi...

 *

HARI ini aku super galau. Entah kenapa. Yang pasti, rasa gagal memenuhi kuota tulisan yang sudah kutargetkan semalam karena ketiduran dan merasa dicuekin sama seseorang itu berperan besar. Tambahan, sebagai cewek remaja, kemungkinan hormon PMS-ku juga turut serta dalam membuat perasaanku berkecamuk. Aku, jujur saja, bahkan menangis karena buntu ketika menulis. Aku! Seorang Dilla Nanditya! MENANGIS!? Yah, bukan hal baru juga, sih.

Dan, meskipun beberapa hari ke belakang ini aku sudah sering bepergian dengan ibuku (mulai dari diajak, minja diajak, sampai ngancem supaya diajak), tapi entah kenapa aku merasa... terperangkap. Pengap. Terkungkung. Serasa seperti gelas yang kepenuhan. Gunung berapi yang menggelegak. Aku butuh menyalurkan semua emosi ini. Masalahnya, ke mana? Berusaha menuangkannya pada tulisan, sulit. Aku seolah kehilangan kata-kata. Jadi aku memutuskan melakukannya melalui olahraga.

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan. Dalam arti harafiah.

Sebelum pergi, aku pamit pada nenek, dan, seperti biasanya, nenek melarang serta mulai menceramahiku tentang "menjaga kewanitaan", "mendingan diam di rumah dan baca buku", serta "zaman ini sudah gilak". Perasaan yang selalu kurasakan ketika berbicara dengan nenek kembali timbul; desakan kuat antara ingin marah dan menangis berperang keluar, tapi berusaha kuredam. Berusaha berargumentasi tanpa terlalu keras, akhirnya aku menyerah dan langsung pada poin utama yang ingin kukatakan. "Nek, aku butuh uang. Nenek punya sepuluh ribu (rupiah)?"

Nenek masih ngedumel dan berbicara tentang bahayanya bepergian di zaman seperti ini dan aku cuma diam, menunggu. Akhirnya nenek memberiku uang sepuluh ribunya, selembar lima ribuan, selembar dua ribuan, dan tiga lembar seribuan. Kuambil uang itu dan berkata, "Makasih, nek."

Muka nenek masih bertekuk.

Aku mendesah dan masuk ke kamarku untuk membereskan tas, menyiapkan apa saja yang perlu kubawa. Selalu gini deh. Kalau aku mau pergi-pergi, nenek selalu argumennya begitu. Nenek mengajukan argumen soal perempuan yang, um..., diperkosa sampai lima dan delapan orang di angkot membuat beliau ngeri; aku gak berani bilang bahwa aku gak akan naik angkot tapi jalan kaki. Aaaaahh...... rumit.

Laptop [check]
Charger laptop [check]
Jaket ganti [check]
Payung [check]
Bekal minum [check]
Hand sanitizer [check]
Perlengkapan menulis (minus kertas) [check]
Sisir [check]
Cermin [check]
Eyeliner [check]
Maskara [check]
Lip balm [check]

Pembaca mungkin akan bingung kenapa aku sampai bawa eyeliner dan maskara segala. Lip balm, sisir dan cermin masih bisa dimengerti. Tapi eyeliner dan maskara? Well, sebenarnya seharusnya aku gak cuma bawa itu tapi perlengkapan make up yang lengkap dan juga baju ganti sih. Tapi kalau dipikir-pikir aku kan pergi untuk melepas stress, bukan untuk membuntuti orang. Jadi aku cuma bawa eyeliner dan maskara (untuk membuat perubahan minimal pada penampilan... siapa tahu aku dibuntuti orang). Huh. Jangan remehkan para gadis.

Kusandang Aleron, tas ransel hitamku, dan pergi ke depan. Aku memakai sepatu dan membuka pintu. Hup. Kulangkahkan kakiku ke luar dari ambang pintu. Bismilahi rahman nirrahim... Aku bergumam, "Assalamualaikum," sebelum menutup pintu dan menguncinya. Jgrek. Rapi. Aku keluar dari pekarangan rumah dan menutup pagar sampai rapat. Sip. Huplah. Aku mulai berjalan. Dan dimulailah perjalanan Dilla the Explorer!

*

Aku meninggalkan lapangan Gasibu dan menyusuri jalan Aria Jipang sampai Prabudimuntur (terima kasih peta), lalu berbelok ke jalan Ir. H. Juanda, menyeberangi jalan Diponegoro, melewati Dukomsel, sebuah hotel (aku gak ingat namanya), Pizza Hut, Disc Tara, Hanamasa, dan Superindo, menyeberangi jalan Terusan Sultan Tritayasa, kembali ke jalan Juanda (waktu nyeberang aku sempat belok sedikit, jadi katakanlah aku udah masuk ke jalan Tritayasa). Teruuuuuuuusss.................... Berjalaaaaaaaaaaann................ Dengan penuh semangaaaaaaatt.............. Hingga......

Tep.

Persis sebelum belokan ke jalan Sultan Agung (buat yang gak terlalu hafal, di situ ada semacam tempat hijau berbentuk segitiga dengan patung raksasa tiga pria pekerja), aku berpapasan dengan seorang pria yang berusia sekitar 25-30 tahunan, berpakaian dan bepenampilan dekil dan kotor. Satu kata dengan cepat melintas di benakku, "Orang gila."

Jalan aja Dill, jalan, kalem aja kalem. Jangan liat orangnya.

Tapi terlambat. Tanpa sengaja aku bertemu mata dengan orang gila itu, dan dia langsung mendekatiku.

Ya Allah, tolong jangan biarkan dia ngapa-ngapain aku ya Allah. Janji deh nanti aku bakal rajin shalat, infaq, shodaqoh, dan berusaha secepat mungkin khatam Al-Quran tapi tolong ya Allah, toloooooo--alamaaaaaaaaaaakk.................. dia dateeeeeeeeeeeenngg...........................!!!!

Jantungku berdebar keras, telapak tanganku berkeringat, lututku bergetar, mataku melebar dan mulutku berbusa (oke, ini tuh degdegan + takut apa kejang-kejang kesurupan?). Dan.... orang gila itu.... mengajakku berbicara.

"Teh," panggilnya dengan cara bicara seperti anak kecil di bawah usia sepuluh tahun, "Teteh liat ibu gak?"

"Hah?" aku cengok. "Ibu?"

"Iya, Teh. Mama."

"Uhh," dengan begonya aku nanya, "emang kenapa?"

"Dean tadi kepisah sama ibu," katanya, "tadi kan Teh Nita katanya nganter ibu ke WC."

Uh. Ada campuran antara rasa kasihan dan bingung. Kasihan, karena dia keliatan bener-bener kayak anak yang kepisah dari keluarganya. Dan bingung, karena cara ngomongnya agak mirip orang kumur-kumur, untung masih jelas kedengeran dia ngomong apa. "Eeehh.... Iya, tadi Teteh anterin, tapi habis itu Teteh kan mau pergi, jadi ibu nyuruh Teteh buat nyari kamu, supaya kamu aja yang ngedatengin ibu."

"Ibu di mana, Teh?"

Mampus gue. "Umm....."

"Di WC yang di situ bukan, Teh? "

"Di mana?"

"Teteh gimana, sih? Itu tadi yang deket tenda kupat tahu."

Nahlo. Anak--orang--ini ngira dia lagi di festival perayaan atau apa? Yah, ikuti permainannya ajalah. "Iya! Di situ! Kamu tau jalan ke sananya, kan?"

"Teteh mau ke mana?"

"Eeeeng, Teteh mau ketemu sama temen Teteh dulu. Dean sana ke ibu, jangan nakal ya." <--buset dah, apaan neh??

"Mau ketemu siapa, Teh?"

"Yaaah.... umm... pokoknya adalah, temen Teteh."

"A' Reza ya Teh? Teteh pacaran mulu, ih."

"Huss! Anak kecil udah sana aja ke ibu!"

"Ya udah, Dean pergi dulu ya Teh," dia menarik tanganku dan menciumnya--SERIUSAN DICIUM PAMIT LOH! ANJRIIIITT..... "Samlekum..."

Aku masih sempat bergumam, "Kumsalam," sambil melihat "Dean" pergi dan berbelok ke Sultan Agung. Terus tau-tau aku udah nyender ke pohon. Sumpah itu pertama kalinya aku ngobrol sama orang gila... atau mungkin dia cuma orang iseng? Entahlah. Aku ngeliatin tangan kananku. Agak kotor dan berdebu. No offense, tapi begitu semua kepingan kesadaran terkumpul, aku langsung nuangin hand sanitizer ke tangan dan berkata riang pada diri sendiri dalam hati, "Teh Nita, Teteh harus bersih, rapi, dan wangi yaaa... Kan mau kencan sama Aa Rezaaa....."

Mantep.

*

Aku masuk ke dalam BIP dan berjalan lurus menuju Times. Iseng aja sih, toh aku gak akan bisa beli buku apapun dari Times (di Times kan buku-bukunya impor, gila aja). Aku masuk ke lorong rak-rak buku anak-remaja. Ngiler ngeliat Dork Diaries #2: Party Time.

Kemudian aku mengganti jaket pink-ku dengan Tommy, jaket hitam-ungu yang kusimpan dalam tas. Lepas jaket, lipat, tahan di kaki, buka tas, ambil Tommy, pakai Tommy, masukin jaket pink, mas-mas penjaga lewat.

Hening.

Aku ngeliatin si mas-mas penjaga. Masnya ngeliatin aku. Kita saling tatap-tatapan, kemudian si masnya dengan dramatis bilang, "Sayang, itu kamu!?"

Dengan dramatis aku memeluknya, "Ayaaaaanngg........"

Dan dia bales meluk aku, "Belahan jiwaku telah kembali!"

YA, NGGAKLAH.

Dengan cepat aku meresleting Aleron dan menyandangnya di bahu, lalu bertingkah senormal mungkin. Yang, dalam kasus ini, artinya sama dengan: "Umm, bukunya bukan di sini, kalinya? Eh? Oh ya bener, di bagian sana."

Sangat mencurigakan itu mah.

Ukh. Buru-buru aku beranjak dari situ, dan sebelumnya aku sempat melirik si mas yang masuk ke lorong di mana aku keluar sebelumnya. Yeah. Cek aja buku-bukunya. Aku kan inosen banget.

Lanjut naik ke atas, aku liat-liat film yang ada di 21, tapi gak sampai masuk, karena aku males kalau tasku musti diobrak-abrik sama satpamnya. Mending kalau humoris dikit. Ini mah kagak. Jadi aku putar arah ke Heartwarmer, liat sekilas, keluar lagi. Terus turun satu lantai, masuk ke TGA setelah sebelumnya bilang sama penjaga tempat penitipan barang bahwa aku bawa laptop jadi jangan dititipin. Dipersilakan masuk. Nah, kalau di sini, baru.... aku masih gak minat nyuri buku #antiklimaks

Liat-liat sebentar doang, gak adalah sepuluh menitan di sana. Terus aku turun lagi, kali ini ke McD. Antri. Dilayani langsung oleh sang manajer. "Selamat siang, selamat datang. Mau pesan apa?"

"Es krim cone-nya," jawabku. "Um, bedanya yang reguler dengan 4 Oz apa?"

"Kalau yang 4 Oz lebih besar ukurannya, mbak."

"Oh, oke deh, mau pesen yang 4 Oz aja."

"Berapa?"

"Satu."

"Ada lagi yang mau dipesan?"

"Nggak. Itu aja cukup, makasih."

Manajernya ngeliatin aku sambil agak mengerutkan kening dan cemberut. Cuma sebentar, tapi ketangkap olehku. Ha! Gak rela dia! EGePe banget! Duit, duit gue! Lagian aku lagi berhemat. Huuuuuuhhh.............

Keluar dari BIP, aku melanjutkan perjalanan menelusuri jalan Merdeka, berhenti sebentar di depan Gereja Sidang Jemaat untuk mengistirahatkan kaki, menyeberang di depan BalKot alias Balai Kota, dan berbelok ke jalan Perintis Kemerdekaan. Keren nih. Aku bisa bikin buku panduan wisata. Random. Oke. Balik lagi. Dari Perintis Kemerdekaan, aku belok ke Wastukencana dan berjalan di trotoar yang berada di sisi kanan jalan. Di seberang sana, di sisi kiri jalan, ada beberapa orang anak yang kira-kira sebaya denganku, terdiri dari dua cewek dan tiga cowok, jalan bareng-bareng. Satu anak cowoknya ngeliat aku, dan dia mempercepat jalannya. Aku, merasa ditantang dan gak terima dikalahin gitu aja, nambah speed jalanku. Eh, dia juga nambah kecepatan. Akhirnya kami jadi kayak lomba jalan cepet gitu deh, meski lintasannya terpisah sekitar tiga meter jauhnya. Tapi kemudian aku berbelok di jalan Aceh, dan berakhirlah lomba kami. Aku, dengan senang hati beranggapan berdasarkan jarak terakhir kami, menjadi pemenangnya. Horee!

Aku menyeberang di jalan Aceh, melewati sekumpulan pengamen muda (yang usianya gak akan lebih dari enam belas tahun), dan salah satunya yang mungkin sepantaran denganku atau bahkan lebih muda dan sedang menghisap rokok, bergaya seolah bumi bergetar ketika aku berjalan. Aku ketawa. Dia nyengir. Aku berbelok ke jalan Merdeka. Yep. Intinya aku berjalan memutar.

Aku menelusuri jalan yang kulalui tadi (dari Merdeka ke Juanda), bedanya kali ini aku di sisi yang berlawanan (iyalah, kan aku mau naik). Gak ada yang spesial, kecuali satu kali saat aku bengong dan diklakson sama taksi dan dipelototin sama supir taksinya. Entah mengingatkan atau dia kesal aku menerobos jalurnya. Yaelah, jarak antara aku sama mobilnya masih ada setengah meteran lagi, lecet juga kagak. Tapi liat sisi positifnya. Pelototan si pak supir bikin aku sadar bahwa meski kaca taksi agak gelap, tapi masih bisa keliatan dari luar #eh

Aku menyeberang di depan Dago Plaza. Di sini ruteku agak berubah. Kalau tadi saat pergi aku melewati Prabudimuntur kemudian Juanda, kali ini dari Juanda aku berbelok di Dukomsel, ke jalan Diponegoro, melewati Gereja GKI Tamansari (lumayan banyak juga ya gereja di Bandung, saingan sama masjid, hahaha), dan terus mengikuti Diponegoro (artinya ketika di pertigaan, aku ngambil jalur kanan, karena kalau kiri itu udah masuk Aria Jipang), hingga berbelok ke jalan Gazeboo, dan berbelok ke Surapati. Sampailah aku di Lapangan Gasibu (nulis Gazeboo itu melelahkan) dan menemui ibuku yang sedang menghadiri acara Yamaha dengan Trans7 dalam launching motor matic baru Yamaha yaitu Mio J. Dengan sistem injeksi dan tampilan yang lebih menarik, Mio J adalah salah satu motor baru yang wajib dimiliki, atau setidaknya dikendarai. Tentu saja, karena Yamaha semakin di depan! <--Yamaha harus bayar aku sekurang-kurangnya Rp500.000,00 untuk mempromosikan produk baru mereka *evil grin*

Ibuku mengantarkan aku pulang, tapi sebelumnya kami--lebih tepatnya aku, karena ibuku udah makan di Gasibu--mampir ke Kantin Salman untuk makan. Aku ambil kue sus tiga, ibuku ambil bolu satu, kemudian aku ambil nasi satu setengah sendok, sayur capcay, dan.... uh... sayur dengan kwetiaw? Yah, pokoknya itulah. Dan satu sosis. Minumnya dua jus jambu. Buat aku dan ibuku ya, bukan buatku sendiri. Aku gak tau satuannya, yang pasti total jadi dua puluh ribu pas. Hore! ...Apa yang ku-Hore!-kan?

Dan dari sana, ibuku mengantarkan aku pulang dengan selamat sentosa gak kekurangan suatu apa, serta ceritanya pun berkahir bahagia... Eh, tunggu! Aku masih tetep gak bisa ngelanjutin novelku! Oke, kalau begitu, nilai kebahagiaannya dikurangi lima belas! Eh, nggak, dua puluh! Yah, begitulah. Life goes on.

*

Kupikir, merasakan perasaan bimbang ataupun galau adalah hal yang manusiawi... Dan itu berlaku pada setiap umat manusia, dari segala jenis usia. Yang membedakan tingkat rasa galau dan bimbang itu hanyalah bagaimana setiap individu menyikapinya...


-Bandung, 29 April 2012-

Saturday, 31 March 2012

The 74th Annual Hunger Games

Happy Hunger Games! And may the odds be ever in your favour.
     Aku di sini untuk memberikan sebuah review kepada kalian tentang The Hunger Games. Buku dan film. Serta bagaimana tanggapan orang-orang terhadap filmnya yang diperkirakan telah meledak di pasaran serta masuk jajaran Box Office. Sudahkah kalian menonton filmnya?

The Hunger Games bukanlah sebuah cerita imajinasi kosong tanpa dasar dan makna. Pengarang bukunya, Suzanne Collins berkata bahwa anak-anak yang tak kenal takut di Palestina lah yang menginspirasinya. Kalau kalian jeli, kalian akan langsung mengerti. Bukankah di The Hunger Games para Tributes alias Pesertanya semuanya merupakan remaja? Ya. Mereka bertarung sampai mati. Tak boleh mengenal takut. Tak boleh menyerah jika tetap ingin hidup. Membunuh atau dibunuh. Hukum alam berkuasa.
     The Hunger Games juga memiliki sejarah tersendiri. Panem dulunya merupakan wilayah Amerika Utara. Kemudian terjadi perang dan pemberontakan, sehingga akhirnya dibuatlah tiga belas Distrik dengan tugas masing-masing di bawah kepemimpinan Capitol. Distrik 1 barang-barang mewah. Distrik 2 pertambangan batu. Distrik 3 teknologi. Distrik 4 perikanan. Distrik 5 tenaga. Distrik 6 transportasi. Distrik 7 pepohonan/kayu. Distrik 8 tekstil. Distrik 9 gandum. Distrik 10 daging. Distrik 11 pertanian. Distrik 12 pertambangan batu bara. Distrik 13, sebagai Distrik yang memiliki kekuatan tempur dengan senjata nuklir dan sebagainya, disebut-sebut sebagai Distrik yang memulai pemberontakan dan menghasut Distrik lainnya, karena itu, kini hanya tersisa dua belas Distrik; Distrik 13 telah dihancurkan. Sebagai pengingat atas pemberontakan yang telah terjadi, Capitol memerintahkan setiap distrik untuk mengirimkan dua orang remaja dari usia dua belas hingga delapan belas tahun tiap tahunnya ke Capitol-satu orang perempuan dan satu orang laki-laki. Di Capitol, mereka dimanjakan dengan setiap kemewahan yang tidak mereka dapatkan di distrik mereka… hanya untuk selanjutnya dilemparkan ke dalam Arena untuk bertarung sampai mati.
Dengan cara itulah Capitol menunjukkan kepada setiap orang di Distrik-Distrik akan kekuasaan mereka. Mereka seolah berkata, "Lihatlah betapa kami menyiksa anak-anakmu. Betapa sesungguhnya kalian berada di bawah belas kasih kami, sementara mereka memperjuangkan hidup mereka di Arena dan kau hanya dapat duduk diam menontonnya tanpa melakukan apa-apa."
     Arena, adalah sebuah tempat terbuka yang sudah didesain oleh orang-orang Capitol, sebagai tempat pertarungan setiap Peserta atau Tributes. Arena sendiri setiap tahunnya selalu berganti, sehingga para calon Tributes benar-benar buta akan Arena yang akan mereka hadapi; agar mereka tidak dapat merencanakan strategi terlebih dahulu. Arena bisa menjadi sebuah kutub es yang mematikan, bisa juga padang pasing, savanna, pegunungan, hingga hutan. Dan, Arena Hunger Games ke-74 tahun ini adalah hutan. Hutan, lengkap dengan sungai, danau, dan padang rumput.
     Para Tributes akan ditaruh di satu tempat, bersama-sama, dalam formasi setengah lingkaran menghadap pada Cornucopia, tempat di mana segala kebutuhan yang mungkin akan membantu mereka selama Hunger Games disediakan. Senjata. Tenda. Kantung tidur. Tas-tas dengan perlengkapannya seperti botol air minum, tali, bahkan korek api. Dalam Hunger Games, satu hal remeh seperti keahlian membuat simpul saja dapat menentukan hidup dan matimu; dan Cornucopia sungguh tawaran yang menggoda. Siapa peduli bagaimana membuat simpul rumit untuk menjerat buruan kalau kau bisa mendapatkan senjata dan mahir menggunakannya?
     Sayangnya, Cornucopia selalu menjadi tempat pertarungan paling berdarah. Kedua puluh empat peserta akan saling bunuh di sana, demi mendapatkan apapun yang mereka mau dan butuhkan. Biasanya, para Peserta Karier atau Karier akan saling bantu di sini.
     Apa itu Karier? Karier adalah sebutan bagi para Tributes dari Distrik 1, 2, dan biasanya juga Distrik 4 atau Distrik 5. Mereka biasanya sudah dilatih seumur hidup mereka untuk Hunger Games, dan sebagai seorang Tribute, mereka jelas mematikan. Mereka biasanya-tidak, selalu-membuat sebuah kelompok superior dan saling membantu melenyapkan Tributes lainnya, hingga tinggal tersisa mereka sendiri, dan mereka akan saling membunuh. Biasanya, pemenang Hunger Games adalah salah satu dari Karier.
Nah, tokoh jagoan perempuan kita, Katniss Everdeen, adalah gadis dari Distrik 12, dari daerah paling miskin di sana, yaitu Seam. Sejak ayahnya meninggal dalam kecelakaan tambang saat usianya baru hampir dua belas tahun, ia mulai mengambil alih sebagai orang yang memberi makan keluarganya. Awalnya ia hanya mengambil tumbuhan yang bisa dimakan di luar Distrik 12, tapi lama kelamaan ia mulai mengingat ajaran ayahnya tentang bagaimana berburu, hingga suatu hari ia berhasil memanah seekor tupai. Akhirnya, setelah sekian lama, keluarga Everdeen bisa kembali merasakan nikmatnya makan daging segar hewan buruan.
Sementara Peeta Mellark, tokoh jagoan lelaki kita, bisa dikatakan memiliki hidup yang lebih aman daripada Katniss yang berburu, melanggar batas wilayah, dan bisa dihukum mati kapan saja. Peeta adalah anak tukang roti, ia tidak perlu berburu, dan tidak memiliki seorang ibu dan adik yang harus ia hidupi karena ayahnya masih ada, dan ia adalah anak bungsu. Ketika berkata bahwa ia sudah jatuh hati pada Katniss sejak pertemuan pertama mereka (di mana saat itu mereka baru masuk sekolah, dan Katniss-pastinya-masih terlihat sangat cupu sekaligus imut), ia tidak berbohong. Satu-satunya orang yang berbohong tentang perasaannya adalah Katniss, dan itu ia lakukan demi menjaga agar ia dan Peeta tetap hidup. Karena ia pun telah berhutang nyawa kepada Peeta, ketika bocah lelaki itu masih berusia dua belas tahun dan menghanguskan roti secara sengaja sehingga ibunya marah dan memerintahkannya untuk membuang roti itu. Tapi Peeta tidak membuangnya. Ia memberikan-tidak, melemparkan-roti tersebut untuk Katniss.
Setiap Tributes tidak dipilih dengan cara cap-cip-cup, tetapi dengan memasukkan nama mereka ke dalam bola undian besar, di mana nama mereka akan diambil oleh orang dari Capitol (yang mana Distrik 12 memiliki Effie Trinket - THAT IS MAHOGANY!!). Peeta memang terpilih menjadi Tribute dengan cara yang biasa, tetapi Katniss mengajukan dirinya menggantikan sang adik, Primrose, yang berusia dua belas tahun dan terpilih menjadi Tribute. Dan ketika Peeta mengakui dalam wawancara dengan para Tributes di Capitol bahwa ia menyukai Katniss, dari sinilah strategi dimulai.
     Setiap Tributes akan memiliki mentor masing-masing dari tiap-tiap Distrik mereka. Mentor mereka adalah para pemenang Hunger Games sebelumnya, dan Distrik 12 hanya memiliki satu pemenang yang masih hidup: Haymitch Abernathy.
     Haymitch selalu mabuk, kasar, masam, menyebalkan, dan cukup sarkastik. Singkatnya, ia mirip dengan Katniss. Kecuali untuk bagian mabuknya. Awalnya, satu-satunya saran yang Haymitch berikan adalah: bertahan hidup. Baru kemudian di Capitol ia berkata pada Peeta dan Katniss untuk langsung menjauhi Cornucopia begitu permainan dimulai. Dan, tentu saja mengingatkan mereka untuk tidak melangkah keluar dari tempat mereka berdiri sebelum enam puluh detik, karena di Arena telah dipasangkan ranjau yang baru akan mati setelah enam puluh detik. Katniss bermonolog, "Beberapa tahun lalu, seorang Peserta dari sebuah Distrik menjatuhkan tanda mata dari Distriknya berupa sebuah amulet kayu, dan mereka bisa dikatakan harus mengeruk sisa-sisa tubuhnya dari tanah."
     Dan ketika mereka berada di Arena, kau tahu kelanjutannya.

FACTS ABOUT THE HUNGER GAMES:
1.    Nama Katniss diambil dari nama semacam umbi yang bisa dimakan, dan umbi ini pulalah yang pernah menyelamatkan keluarga Everdeen sekali, setelah ayah Katniss meninggal.
2.    Meskipun dalam filmnya Caesar Flickerman menjadi salah satu komentator dalam Hunger Games, dalam buku komentator sebenarnya hanyalah Claudius Templesmith seorang sedangkan Caesar hanyalah host wawancara.
3.    Banyak yang berspekulasi tentang siapa terlebih dahulu yang dihabisi oleh Peserta Karier, jawabannya adalah yang lemah terlebih dahulu, bukan yang menurut mereka lebih mengancam, karena mereka dengan senang hati akan menggunakan apapun yang dapat membantu mereka-contohnya seperti Peeta sebagai penunjuk pada Katniss.
4.    Sekembalinya Katniss dari Hunger Games sebagai pemenang, orang-orang menyebut Gale Hawthrone sebagai sepupu Katniss, padahal sebenarnya mereka adalah rekan berburu-dan Gale memiliki perasaan istimewa pada Katniss.
5.    Kebanyakan gambar yang diambil untuk syuting The Hunger Games dilakukan di North Carolina.
6.    Dalam buku, Presiden Snow disebut-sebut memiliki campuran bau antara darah dan mawar, disebabkan racun yang pernah ia telan sehingga menyebabkan luka permanen di mulutnya.
7.    Sebenarnya menurut cerita asli, penududuk Capitol tidak ada yang berkeriput karena mereka sering melakukan operasi plastik.
8.    Gaun yang Katniss kenakan dalam wawancara pertamanya bersama Caesar sebenarnya diceritakan terbuat dari batu-batu permata asli yang merefleksikan api saat terkena cahaya.
9.    Mutt yang membuat Cato sekarat di akhir permainan menurut buku adalah para Tributes sebelumnya yang sudah mati dan diubah menjadi mutt/mutan.
10.    Di akhir cerita, Katniss memancing kemarahan Presiden Snow, mengakibatkan kematian Seneca Crane (perancang Arena), serta menyulut pemberontakan, semua karena ia nyaris bunuh diri bersama Peeta.
11.    Distrik 13 tidak pernah diikutsertakan dalam Hunger Games karena sebelum Hunger Games dibuat, Distrik 13 sudah terlebih dulu dihancurkan.

CASTS:
1.    Katniss Everdeen: Jennifer Lawrence
2.    Peeta Mellark: Josh Hutcherson
3.    Primrose Everdeen: Willow Shields
4.    Gale Hawthrone: Liam Hemsworth
5.    Caesar Flickerman: Stanley Tucci
6.    Seneca Crane: Wess Bentley
7.    Effie Trinket: Elizabeth Banks
8.    Mrs. Everdeen: Paula Malcomson
9.    Haymitch Abernathy: Woody Harelson
10.    Claudius Templesmith: Toby Jones
11.    Venia: Kimiko Gelman
12.    Octavia: Brooke Bundy
13.    Flavius: Nelson Acsencio
14.    Cinna: Lenny Kravitz
15.    Portia: Latarsha Rose
16.    Rue: Amanda Stenberg
17.    Thresh: Dayo Okeniyi
18.    Glimmer: Leven Rambin
19.    Marvel: Jack Quaid
20.    President Snow: Donald Shuterland
21.    Cato: Alexander Ludwig
22.    Clove: Isabelle Fuhrman
23.    Foxface: Jacqueline Emerson
24.    Attala: Kalan Kendrick

BOOK SERIES:
1.    The Hunger Games
2.    Catching Fire
3.    Mockingjay
Seluruhnya diterbitkan di Indonesia oleh PT. Gramedia Pustaka Utama (2008, 2010, 2011)

Saturday, 24 March 2012

Penpals

I'm looking for penpals. E-penpals, actually, because I'm using emails. So... if anyone interested, just mail me at: d(dot)armandouth(at)gmail(dot)com. I'll reply you; thanks ;)

Monday, 19 March 2012

Time Machine

Hey, I'm a girl
I didn't act like a teenager
Cause many things have happened to me
As I know that it's gonna be

I'm gonna be fourteen in several months
But I've seen things other girls haven't seen
Still I'm proud those things had happened to me

Why, oh, why?
Come a little closer and  will tell you why

First, I was rejected by my own social circle
Second, I have no friend to talk to
Third, I thought finally I had best friends
But fourth destroy it all cause now they left me alone
All by my mistakes

I'm not a perfect person
I know I got flaws here and there
But that doesn't mean I am no good

Yes, I'm a quite loner
But once you know me I swear
I will not be that loner

But don't ever try to cross the line
I'm not really what you think I am (doo, doo doo doo, doo)

First, I was rejected by my own social circle
Second, I have no friend to talk to
Third, I thought finally I had best friends
But fourth, I made some mess

If only
Time machine
Does exist
I would give everything to have it
Bring me back
To the past
Where I was wrong

First, I hope could fix this mess
Second, I hope that we'll be back like we're used to be
Third, I'm so sorry for what happened
Fourth, will you forgive me?

I'm trying to change
Neither I am lame
But I need some friends
I love you as what I will do
It hurts when you ran away

It hurts when you ran away

Friday, 16 March 2012

Eloh-gueh-END!

HAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAAAAAA....................!!! Aku ketawa lho, KETAWA! Ke-ta-wa! Gara-gara baca... TWEET DIA! HAHAHAAAAA........!!!!

Jadi gini ya ceritanya. Kalian taulah bahwa aku tuh punya masalah yang GEDE, disamakan dengan ukuran badanku yang juga GEDE (upss), dengan seorang cowok bernama Alexander J.A. Way. Nah, sekarang, kenapa aku bisa ketawa? Pasti yang udah baca last post dari aku bakal bertanya-tanya (walau aku gak yakin blog ini populer banget sih, tapi kayaknya penayangan paling banyak di situ, di last post-ku itu, yang juga ngebahas soal Tommy--ANJRIT KANGEN DIAAAA!) juga atas dasar apa tiba-tiba sekarang aku menggila, padahal kemarin aku sedihnya ampun-ampunan. Apakah Alex udah mau ngomong lagi sama aku? Apakah dia udah mau maafin aku? Oho, semuanya itu... SALAH BESAR. Karena dia masih gak mau ngomong sama aku. Aku bahkan gak yakin bahwa dia baca blogku, habis dia itu kan (kayaknya) sibuk. Yah, persetanlah. Aku lagi agak galau juga sih, tapi enakan ketawa. Oh ya, aku masih menganggap bahwa reaksi Alex itu wajar, yang aku masih agak heran sih, reaksi kedua temannya. Maksudku, apa iya karena solider? Entahlah ah. Aku udah begitu lama gak menjejak di dunia nyata sih, dan terakhir kali ada orang yang solider sama aku... GAK ADA. Ya udah aku gak ngerti motif mereka berdua ikut-ikutan marah sama aku itu apa. Biarkan sajalah, acting like I don't care, acting like I don't care ._.

Tweet dia di sini bukannya tweet Alex, tapi tweet orang lain yang tinggal di Surabaya. Yep, orang yang sama yang pernah begitu sakit hati, kecewa, marah, dan malu waktu tahu kebenaran soal hubunganku dan Matty (Eh, betewe, jadi inget aku masih belum lanjutin cerita tuh anak. Matty, maaf ya =( ). Orang yang sama dengan orang yang pernah kukira seperti kakakku sendiri. Orang yang sama dengan yang pernah Mikey sarankan padaku untuk menolongku dalam memperbaiki hubungan dengan Sir Alexander. IYA! DIA! N.R!!! Tapi, berhubung kalian tau aku orangnya paling males nulis inisial, sebut aja dia Dila, okeh? #paragrafantiklimaks

Jadi, sampai siang kemarin, aku masih berhubungan sama Mikey. Lewat email, bukan telepon. Ajegile aja kalau lewat telepon, bayarnya berapa!? Anyway, aku kan curhat sama Mikey soal aku dan Alex, dan kebetulan dia itu (kalo gak salah) calon psikolog. Tapi kayaknya emang baru calon sih, soalnya belum ada pengumuman lulus apa nggaknya (seolah-olah aku orang penting -___________-"). Pokoknya, aku cerita sama Mikey dan Mikey bilang, "Kenapa gak minta tolong sama orang yang dekat sama Alex aja?" Yah, gak pas gitu banget juga sih, tapi sebelas-dua belas lah. Nah, siapa orang lain yang dekat sama Alex yang bisa menolong aku? Selain Thata? I mean, kalian tau kan, Thata sendiri udah nge-block aku. Hei, kemarin aku kirim SMS penyataan dukacita atas Tommy aja, entah dia sampaikan apa nggak ke Alex, soalnya dia gak bales. Ya udah, tinggal Dila yang tersisa. Tadi pagi, rencanaku sih, pas sore-sore aku pengin nelepon dia, minta tolong gitu. Eh, tapi gak jadi, soalnya udah lewat SMS.

Kronologinya: aku minta waktu Dila -> dia bilang dia bisa, sambil nanya ada apa -> kubilang masalah yang berkaitan sama Alex -> katanya dia gak pernah berani ngungkit namaku di depan Alex -> aku minta tolong; gak ngejelasin detil tapi hampir -> Dila nolak, dia bilang hubungan mereka udah mulai akrab -> aku kecewa, terus kalau gak salah (aku terlalu males ngambil Jean di kamar) aku minta tolong lagi -> Dila nolak lagi -> aku masih terus berusaha -> Dila bilang sebenernya reaksi Alex itu wajar, mungkin dia emang cuma butuh waktu -> kubilang bahwa Alex gak butuh waktu, dia udah benci sama aku -> Dila nanya apa yang aku mau -> kubilang yang aku mau tuh kembali ke waktu sebelum aku kenal mereka semua--termasuk Dila juga -> Dila (dengan sinisnya, menurut versiku. Entah kalau menurut dia itu sinis apa nggak) bilang bahwa gak semua orang bisa dapat apa yang mereka inginkan -> aku minta Dila melupakan masalah itu, dan--aku ngaku nih, agak mengemis simpati juga--bilang bahwa masalahku itu cuma masalah kecil yang bisa dialami semua orang -> Dila marah (justru aneh kalau nggak, soalnya di situ setelah ditilik balik, aku menguji kesabaran banget, terutama buat orang yang gak begitu terbiasa sama anak labil kecuali adiknya sendiri) dan bilang bahwa aku yang bikin semua masalah ini, bukan MEREKA (nulis KAMI-nya itu lho pake huruf gede-gede) -> aku minta dia benci aja sama aku supaya lebih gampang -> Dila menyanggupi -> aku turun ke lapangan buat latihan upacara (?)

Oke, bagian terakhir emang gak nyambung, tapi itu yang terjadi, berhubung sekolahku ada beberapa orang guru yang bakal pergi--dua guru diangkat jadi kepala sekolah di sekolah lain, pak kepsek jadi kepsek di sekolah lain, sekitar dua atau tiga guru bakal pensiun. Jadi ada semacam upacara perpisahan gitu sih, selain upacara bendera hari Senin biasa.

Dan apa yang bikin aku ketawa? Oh, itu, tweet Dila yang bilang, "Plis deh, jangan bertingkah seolah2 AKU yg salah. KAMU yg bohongin aku, kenapa jadi aku yg orang jahat disini?! Dasar aneh". Ini aku kopas langsung dari akun dia, beneran. Nah, ITU yang bikin aku ketawa. Kok bisa? Karena Dila merasa aku bertingkah seolah aku menyalahkan DIA pada saat aku menyalahkan diriku SENDIRI karena tidak belajar dari pengalamanku yang LAMPAU dengan percaya pada ORANG LAIN, bahkan menggantungkan HARAPAN pada MEREKA. Yah, tapi aku punya pembelaan diri juga, kok! I thought that she'll be different. I thought they'll be different. Tapi ternyata beda dari bayanganku. Alex, yang kuanggap kakakku sendiri, begitu MARAH, bahkan sampai nge-block aku dan mengunci akunnya. Dia marah itu wajar. Dia nge-block aku, kupikir itu kekanak-kanakkan, sejujurnya. Nih. Ini nih. Aku bilang jujur aja ya. Karena aku MUAK dicap, dilabeli, dan sebagainya. Kalian pikir aku ini LICIK, PICIK, EGOIS dan KERAS KEPALA? Well, sekarang akan kupenuhi harapan kalian, tapi gak akan sepenuhnya, karena kalian, nyatanya, belum pernah bertemu seorang DIELLA NANDITYA yang sesungguhnya, putri PERTAMA dan bisa dibilang juga SATU-SATUNYA dari ISNA ADRIANA dan BUN JANUM MARSHOES. Kalian mau perkelahian? Kuberi kalian PERANG SATU LAWAN SATU. Cuma yang bersangkutan. Artinya, untukmu, Dila, kalau kau menerima tantangannya, gak boleh ada campur tangan dari Elisabeth, Mikey, Danny, atau siapapun. Berlaku juga untukmu, Alex. Tapi aku gak yakin bahwa kalian akan menerimanya, karena pada dasarnya kalian itu kan, PECINTA DAMAI, iya gak? Aku gak mengejek, karena meskipun begitu, kurasa aku bakal menemui kesulitan melawan Alex. Peduli setan ah, aku lebih suka mati, masuk neraka, dan menari salsa dengan setan daripada dengar (atau lihat, atau baca) kalian menghakimi aku lagi. Because if so, I could vomit, IN YOUR FACES.

Pokoknya aku ketawa, ROFLCGU itu, Rolling On the Floor Laughing and Can't Get Up. Gara-gara baca tweet itu. Dila, aku kan gak bertingkah seolah kamu orang jahatnya! Aku bahkan nyaris gak percaya kamu bisa berlaku jahat, tapi itu gak bisa masuk hitungan, karena aku kan gak kenal kamu. Yeah, aku--dan Matteo juga--gak kenal KAMU, karena orang yang kami kira kami kenal ternyata bukanlah orang yang sebenarnya. Bukankah begitu kasus yang menimpamu? No way! Aku seorang pembohong, and that would be a shame if I could get lied! Aku gak MENGHAKIMI kamu seperti yang kamu dan teman-temanmu lakukan PADAKU, karena aku yakin diriku itu sebenarnya LEBIH daripada kalian SEMUA. Pride may lead to downfall? Aku gak sombong, kok. Aku memang yakin aku lebih dari kalian--terutama kalian BERDUA karena aku sudah sering ditinggalkan, dan kalau kalian meninggalkan aku (meskipun Dila sih, atas dasar permintaanku), aku bisa hidup tanpa kalian. Emang kalian siapa aku? Mantan teman dan mantan orang yang dianggap kakak. Nothing more. Ya, karena kebodohanku sendirilah aku membuat diriku masuk ke dalam masalah ini, tapi apa sih, asiknya hidup tanpa masalah? Bayangkan aja kalau kamu baca buku yang gak ada konflik berarti. Asik gitu? Rame gitu? NGGAK! Aku selalu bilang bahwa usia membuat seseorang tua tapi pengalaman membuat mereka dewasa, dan itulah persisnya yang telah, sedang, dan akan terjadi padaku.

I was born without you both. I can live without you both.

Selamat tinggal! Aku gak akan peduli lagi sama kalian--or at least berusaha untuk tidak peduli. Aku, bagaimanapun juga, adalah orang yang menjunjung tinggi tata krama dan etika, jadi kuucapkan banyak terima kasih untuk kalian atas memori dan pelajaran yang kalian berikan padaku. Dan bersyukurlah aku pernah mampir di hidup kalian. Kenapa? Karena aku akhirnya juga memberi kalian pelajaran tentang kepahitan hidup di dunia maya, iya kan? Kita saling memberi pelajaran yang harus kita pelajari dan jangan dilupakan. Pesanku untuk kalian, Alex, Nina (wiw, akhirnya disebut juga nama aslinya), adalah jangan tumbuh menjadi orang tua yang cuma tua berdasarkan umur, tapi tumbuhlah menjadi orang yang tua berdasarkan pengalaman. Tua di sini sinonimnya dewasa ya, yang kupakai. Aku gak seburuk yang kalian kira. Aku punya sisi baik. Salah satunya: aku gak men-judge orang. Lagipula, dulu aku aku pernah ditinggal dua orang yang kukira BFF-ku dan aku bisa move on, kenapa juga aku gak bisa move on dari kalian?

N.B: Alex, mungkin kamu gak perlu lagi ngunci privat akun kamu, aku juga udah bosen mantengin akunmu itu. Gak ada yang aku dapat dari sana. No use. Useless. Yah, yang manapun yang mau kamu pake deh, katanya. Terserah. I have my own life here, and I'm gonna live it with my own way. YEAAAAHHHHH, itu ada Afika lagiiiiiiii........!!!!!!

Makanya aku ketawa. Karena pilihannya cuma itu, atau menghabiskan lebih banyak lagi waktu untuk bersedih dan menyesali apa yang sudah aku perbuat di masa lalu. So what? People make mistakes, I'm not God, and I'd rather be punched in the face than have to cry all over you all night long again. Nope. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAAAA....................