Friday 13 June 2014

Bukan Untuk Para Fanatik

Apa itu Tuhan?

Bukan siapa, tapi apa.

Karena, you see, kalau pertanyaannya adalah siapa, maka itu akan menjadi terlalu mudah. Setiap agama akan dengan bangga dan lantang menyebutkan siapa Tuhan mereka, kemudian orang-orang akan saling mencela karena merasa Tuhan mereka lah yang lebih baik, lalu perdebatan tiada akhir akan dimulai.

Sebenarnya, ada pertanyaan lain: apa Tuhan memang benar-benar ada?

Tapi kemudian, para teis akan menatapku dengan pandangan tak percaya lalu untuk sesaat gencatan antaragama akan diadakan supaya mereka semua bisa menyatukan kekuatan untuk memburuku. Jadi mari lupakan pertanyaan yang satu itu sebentar.

Apa itu Tuhan?

Apakah Tuhan merupakan sesuatu yang menciptakan seluruh dunia beserta isinya? Sejak aku belajar agama untuk pertama kalinya, itulah yang selalu dikatakan oleh guru-guruku, orang-orang di sekitarku. Semua yang ada di sekitar kita adalah ciptaan Tuhan.

Tapi bagaimana dengan hal-hal yang dicipatakan oleh manusia? Apa itu juga ciptaan Tuhan?

Ya, karena Tuhan menciptakan manusia dan karena kehendakNya lah manusia dapat menciptakan benda-benda tersebut.

Jadi, segala hal yang ada di sekitar kita adalah ciptaan Tuhan. Dunia, galaksi, dimensi, planet-planet dan bintang-bintang, langit dan bumi, rumah-rumah, alat-alat elektronik, mug, dan manusia.

Kalau begitu, apa itu artinya Tuhan menciptakan penyakit? Jawabannya adalah iya, karena Tuhan yang menciptakan segalanya, ya kan?

Lalu mengapa ada orang-orang yang sakit namun kemudian sembuh sementara lainnya tidak? Apa memang sudah takdir mereka untuk meninggal karena penyakit itu? Tapi selama sakit, mereka menderita. Apakah Tuhan yang memberi mereka penderitaan itu? Ya. Kenapa? Untuk "membalas" sesuatu yang telah dan pernah mereka lakukan? Bukankah itu fungsi adanya konsep neraka? Tapi neraka baru akan melakukan tugasnya saat manusia itu sudah mati, jadi kenapa nggak langsung mematikan mereka aja? Kenapa harus menambah penderitaan mereka dengan penyakit? Apakah Tuhan mempermainkan manusia, kalau begitu?

Apa itu Tuhan?

Apakah Tuhan merupakan sesuatu yang memberi kita kehidupan, seperti yang selalu nenekku katakan? Sehingga kita harus menyembah Tuhan untuk menunjukkan rasa terima kasih kita. Tapi kalau Tuhan adalah sesuatu yang memberi kita hidup, nyawa, apakah itu artinya aku Tuhan saat memasukkan baterai ke dalam mainan yang membuatnya hidup? Karena, bukankah karena aku mainan itu bisa menyala dan bisa bergerak? Dan aku yang mengatur gerakannya. Bukankah itu artinya aku Tuhan? Bukankah itu artinya mainan itu seharusnya menyembahku?

Dan kenapa pula kita perlu menyembah Tuhan?

Kukira Tuhan itu Maha Besar, Maha Kuat. Bukankah itu artinya tidak perlu makhluk hina seperti manusia untuk memuji dan memujanya supaya Ia bisa bertahan hidup? Supaya Ia tetap ada? Untuk apa kita menyembah Tuhan? Jika Tuhan memang seperti yang selalu guru-guruku ajarkan, bukankah seharusnya kita menyembahNya atau tidak, tidak akan memberikan pengaruh yang berarti bagiNya?

Tapi... bukankah Tuhan tidak ada apa-apanya tanpa manusia?

Dewa-dewi zaman dahulu mendapatkan kekuatan mereka karena manusia menyembah mereka, kan? Manusia meyakini mereka ada, menyembah mereka, menjadikan mereka lebih tinggi derajatnya, mereka yang bahkan tidak pernah manusia lihat wujudnya.

Kalau begitu, bukankah dalam beberapa dekade atau abad ketika akhirnya orang-orang tidak cukup banyak yang memercayai Tuhan masa kini, maka Tuhan itu sendiri akan menghilang? Ia tidak lagi memiliki kekuatan agung yang kini orang-orang takuti, karena tidak ada yang percaya padaNya. Bukankah begitu cara konsep kepercayaan bekerja? Sesuatu menjadi nyata saat cukup orang percaya.

Jadi bukankah saat tidak lagi cukup orang percaya pada Tuhan, Tuhan tidak nyata?

Apa itu Tuhan?

No comments:

Post a Comment