Sunday 23 December 2012

The Casual Vacancy review [FULL OF SPOILER] 18+

Judul buku: The Casual Vacancy
Pengarang: J.K. Rowling
Penerbit: Qanita (Indonesia)
Tempat/Tahun terbit: Inggris, 2012 (November 2012 - Indonesia)
Cetakan: I
Tebal buku: 593 halaman.

Bukan sebuah hal yang aneh jika Rowling akhirnya memutuskan untuk beralih menjadi penulis novel dewasa setelah kesukesannya dengan Harry Potter. Menurutku pribadi, akan sangat membosankan jika setelah sukses dengan satu serial, seorang penulis tetap bertahan pada genre yang sama. Dan, ya, aku mendukung keputusan Rowling untuk menulis cerita ini (meskipun aku baru tahu buku ini ada saat penerbit Qanita sedang dalam proses hendak merilisnya, sih).

The Casual Vacancy berbanding 180 derajat dengan Harry Potter. Tidak ada sapu terbang ataupun tanaman yang menjerit-jerit ataupun maniak pucat tanpa hidung yang terus menerus menghantui si Tokoh Utama. Bahkan, tidak ada tokoh utama dalam kisah ini. The Casual Vacancy menceritakan tentang sebuah kota kecil di Inggris yang bernama Pagford. Keseluruhan cerita bersetting di Pagford, meskipun sesekali kota lainnya, Yarvil, yang disebut-sebut sebagai saingan Pagford juga disebutkan. Belum lagi sengketa daerah bernama Fields yang berada di antara Pagford dan Yarvil. Orang-orang Pagford yang arogan tidak mau menanggung Fields dengan alasan sederhana: Fields itu perkampungan kumuhnya para gelandangan dan pecandu. Tapi, karena kisah berputar di sekitar Pagford, tak sekalipun pendapat penduduk Yarvil terkemukakan.

Kisah dimulai ketika sang tokoh utama sedang menjelang menit-menit terakhir kehidupannya. Barry Fairbrother tidak sekarat karena penyakit mematikan yang sangat mencurigakan. Barry hanya menderita sakit kepala hebat yang ia hiraukan karena sedang menyelesaikan artikelnya tentang salah seorang murid di sekolah St. Thomas yang sangat ia sukai, Krystal Weedon, yang, omong-omong, adalah seorang gadis bengal keras kepala yang tinggal di Fields bersama ibunya yang seorang pecandu dan pelacur serta adik laki-laki usia Taman Kanak-kanak yang pertumbuhan mentalnya agak terhambat. Ketika Barry akhirnya menyelesaikan artikelnya dan mengajak istrinya, Mary, pergi makan malam untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka, tiba-tiba saja Barry tumbang di depan restoran, meninggalkan istrinya bersama empat orang anak, serta sebuah jabatan kosong di Dewan yang akan segera diperebutkan oleh tiga orang pria, masing-masing memiliki ambisinya tersendiri.

Samantha dan Miles Mollison, yang menemani Mary di dalam ambulans menuju rumah sakit, adalah pasangan suami-istri dengan peran si istri sebagai "menantu yang dikacangin ibu mertua". Alasannya? Yang saya tangkap adalah karena Samantha menikahi putra kesayangan dari Sherly, serta Howard sebagai ayah mertuanya sangat genit pada Samantha. Howard lah yang menanam pemikiran untuk mengisi kursi kosong di Dewan pada Miles. Miles adalah tipe anak "one lovesick little puppy", selalu berusaha membahagiakan kedua orangtuanya meskipun itu berarti harus mencabut nyawanya sendiri. Well, untung saja Howard dan Sherly tidak segila itu--mungkin aku yang gila--tapi yang pasti, Samantha tidak menyukainya; baik ide tentang pengajuan Miles sebagai pengisi jabatan kosong atau perilaku Miles yang mengidolakan orangtuanya.
     Dalam lingkup kecil Mollison ini, ada juga Maureen yang sudah menjadi sahabat tulus Howard sejak lama dan sahabat karena terpaksa Sherly--Sherly menikah dengan Howard, kan.

Andrew Price/Arf bersahabat dengan Stuart Walls/Fats. Sukhvinder Jawanda bersahabat dengan Gaia Bawden. Andrew naksir Gaia dan Stuart mem-bully Sukhvinder. Tak ketinggalan, Krystal Weedon, si gadis Fields yang sering dipandang rendah orang lainnya. Kelima remaja ini kisahnya diceritakan berselang-seling, dan masing-masing memiliki masalahnya tersendiri.
     Ayah Andrew, Simon Price, adalah salah satu dari tiga pria yang mencalonkan diri untuk mengisi kursi kosong Dewan peninggalan Barry Fairbrother. Simon mengira bahwa Barry mendapatkan uang suap selama menjabat di Dewan, dan karenanya menginginkan hal yang sama (kayaknya sih gosip, tapi tau deh, Simon gak mau percaya padaku). Simon adalah orang yang short tempered dan ringan tangan dalam arti negatif. Ia sering menghajar kedua putranya, si Muka Piza (Andrew) dan juga adiknya, Paul atau yang sering ia ejek sebagai Pauline. Istri Simon, Ruth, adalah contoh payah seorang istri. Ia mendewakan suaminya, mengesampingkan segala keburukan Simon dan masih berpikir bahwa jika ia dapat berlaku memuaskan bagi Simon, maka Simon saat itu juga akan berubah jinak. Bah.
     Stuart yang juga akrab dipanggil Fats atau Stu bertingkah menyebalkan dengan lidah tajam yang sering ia asah dengan rokok sebagai amunisinya. Fats juga suka memisahkan hal-hal antara yang autentik dengan yang tidak autentik. Singkatnya, ia ingin bertindak sebagai seorang yang autentik, but actually he's just a pain in the ass. Entah kenapa, membaca kisah Fats membuatku sekilas melihat diriku sendiri, hanya saja ini versi cowok dengan tingkat kesinisan yang ekstrem. Lagipula kesamaannya hanya pada lidah tajam, sih. Ayah Fats, Collin Walls, juga mencalonkan diri menjadi pengisi kekosongan di Dewan. Fats suka mengolok-olok orang lain, dan ayahnya tak luput dari olok-oloknya. Collin menderita OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), suatu penyakit kejiwaan yang, yah, rasanya sulit dijelaskan di sini. Fats juga suka mengolok-olok Sukhvinder, dari mengatainya lesbian sampat hermafrodit (karena Sukh memiliki kumis tipis, tapi apa salahnya sih? Mentang-mentang Sukh berkulit gelap, dasar rasis). Melihat ke balik semua itu, nyatanya Fats hanyalah seorang remaja yang haus akan perhatian. Begitulah.
     Sukhvinder, kutebak, adalah seorang gadis keturunan India, apalagi nama ibunya Parminder dan nama ayahnya Vikram, serta nama keluarga Jawanda. Selain itu, Parminder mengenakan Sari saat menghadiri upacara pemakaman Barry. Sukhvinder juga memiliki kesamaan denganku: kami sama-sama suka menyilet tangan kami. Tapi silet-menyilet bagiku hanya tinggal masa lalu, lagipula aku tak pernah melakukannya sesering dan sedalam Sukhvinder. Aku dulu melakukannya hanya ingin tahu seperti apa "rasanya", Sukhvinder melakukannya sebagai pelarian dari masalahnya (mengalihkan perhatian pikirannya pada luka-luka itu, ngerti kan). Sukhvinder mengalami penekanan dari Fats dan ibunya sendiri. Fats selalu mengejek penampilannya dan Parminder selalu membanding-bandingkan Sukhvinder dengan kedua saudaranya yang lebih berprestasi darinya. Sukhvinder selalu dianggap ibunya sebagai kegagalan. Temannya hanyalah tiga orang dari kelompok dayung yang Barry bentuk semasa hidupnya; kedua putri kembar Fairbrother dan Krystal Weedon. Saat Fairbrothers menutup diri semenjak kepergian ayah mereka dan Krystal sibuk mengurus urusannya, Sukhvinder akhirnya bergaul dengan Gaia.
     Gaia, menurutku pribadi, hanyalah remaja egois berparas cantik yang bisa kumengerti perasaannya. Ibu Gaia, Kay Bawden, pindah ke Pagford untuk mengejar kekasihnya yang ternyata tak benar-benar mencintainya. Ditambah lagi, pekerjaan Kay sebagai petugas sosial mengharuskannya sering pergi meninggalkan Gaia. Gaia terpaksa pindah (entah dari mana, Birmingham kalau tidak salah...), meninggalkan lingkungan dan teman-teman yang sudah akrab, terpaksa beradaptasi lagi dari awal; hanya untuk dicuekin ibunya yang sibuk ke sana-kemari dan harus berhadapan dengan pacar ibunya yang tidak ia sukai. Mungkin Gaia egois, karena begitu tidak ingin berbaur dengan Pagford (mengesampingkan persahabatannya dengan Sukhvinder karena mereka sama-sama dari golongan terkucilkan), tapi sebenarnya aku setuju dengan Gaia yang menyebut ibunya payah dan bodoh karena begitu dimabuk cinta sampai-sampai mau dengan nekatnya mempertaruhkan pekerjaan dan pindah, padahal belum tentu kekasihnya menginginkannya di sana. Sialnya, Kay itu wanita baik yang berdedikasi juga, jadi mari kita salahkan saja kekasihnya yang plin-plan itu, ya.
     Sementara Krystal... dia adalah siswi sekolah yang sering mendatangkan denyut menyakitkan di kepala para guru, bahkan guru BK-nya, Tessa Walls (ibu Fats) seringkali harus mengurut urat sabarnya saat berhadapan dengan Krystal. Apa yang kau harapkan? Krystal merokok, minum-minuman keras, dan kleptomaniak (kebiasaan mencuri barang-barang kecil yang disukai). Tapi Krystal, meskipun sangat keras, juga menyayangi adiknya, Robbie, dan mati-matian berusaha menjaga agar ibunya, Terri, tidak kembali terjerumus pada obat-obatan setelah dua kali keluar-masuk panti rehab. Ini ketiga kalinya Terri menjalani rehabilitasi, dan kalau ia gagal, maka Robbie akan diambil darinya oleh yayasan sosial. Jadi bisa dibilang sebenarnya ada modus yang menyangkut keegoisan Krystal sendiri dalam usahanya itu. Krystal sendiri menyukai Barry Fairbrother, meskipun penduduk Pagford menilainya keji ...perek, pelacur, murahan... Alasan Krystal menyukai Barry adalah karena Barry melihat apa yang orang lain tidak lihat dalam diri Krystal ...tukang bikin onar, pengganggu ketenangan... Sayang sekali Barry pergi sebelum bisa menunjukkian sisi itu pada orang lain.

Sejujurnya, The Casual Vacancy sama sekali tidak dianjurkan bagi orang-orang yang belum siap mental. Aku tidak menyebutkan angka, karena aku sendiri baru berumur 14 tahun. Alasannya sederhana, ada kekerasan yang mencakup pada mental serta seksual dalam cerita ini. Kakek Krystal dulu sering melecehkan Terri secara seksual. Obbo, pengedar yang sering memberikan narkotika pada Terri, sempat memerkosa Krystal. Collin yang menderita OCD sering membayangkan hal-hal yang menyangkut kekerasan dan BDSM, serta terpengaruh bayangan-bayangan itu dan bertanya-tanya apakah itu nyata atau hanya khayalan. Pertama kali menemukan bukti nyata bahwa TCV benar-benar bacaan untuk dewasa sempat membuatku syok, tapi aku meneruskan untuk membacanya sampai akhir karena terlalu penasaran pada akhirnya. Meskipun begitu, emosi-emosi yang tokoh-tokoh TCV rasakan tidaklah begitu asing bagiku untuk mengerti. Pun tindakan-tindakan mereka yang agaknya di luar akal sehat. Sengaja dalam review ini aku lebih menekankan para karakteristik remaja-remaja yang banyak diulas dalam TCV karena entah kenapa aku merasa pernah mengalami apa yang mereka rasakan. Dianiaya keluarga sendiri seperti Andrew, mencerca orang lain seperti Fats, dibanding-bandingkan dan diberi tekanan berat seperti Sukhvinder, dan merasa diabaikan, tak diperhatikan serta out of place seperti Gaia. Krystal? Banyak teman-temanku yang sepertinya. Mereka merokok dan ada yang sudah melakukan tindakan asusila. Entah kenapa, membaca kisah tentang Krystal membuatku lebih memahami dan memaklumi mereka. Itu aja sih.

Kalau kalian membiarkanku melantur lebih banyak lagi, ini gak akan jari review melainkan tempat aku curcol dan ngacapruk. The Casual Vacancy adalah semua karya yang brilian dan meskipun mengangkat topik yang agak berat (medis, politik, bullying, broken home, perselingkuhan dalam satu novel), otak saya yang ajaib bisa dengan mudah mengikuti kisah ini. Empat bintang dari lima bintang. Sama sekali tidak dianjurkan bagi mereka yang berusia di bawah 20 tahun, 18 tahun deh minimal. Salut untuk Rowling.

No comments:

Post a Comment