Sunday 6 April 2014

Kesalahan Sistem atau Semata Karena Ini Minggu?

Brengsek.

Brengsek, brengsek, brengsek. Sistem brengsek. Brengsek.

Orang tolol macam apa yang memasukkan seorang gadis berusia 16 tahun dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilu 2014?

Brengsek.

Oke, jadi menurut beberapa kalian that's a rough opening, full with cuss words. Tapi biar kukasih tahu, ya, seorang pemilih dalam pemilu itu, nggak sekadar nyoblos. Mereka juga punya tanggung jawab.

Dan, sialan, memangnya dikira aku udah siap nanggung tanggung jawab sebesar itu.

Seorang pemilih, nggak cuma melubangi foto atau nama dalam surat suara. Dia menentukan bagaimana nasib negaranya untuk lima tahun ke depan. As much as it sounds exaggerated, memang begitu kenyataannya. Dalam negara yang menganut paham demokrasi, dalam pemerintahan, bukan hanya para pemerintahlah yang bertanggungjawab, namun juga rakyatnya. Maksudku, kalau kamu milih seseorang jadi pemimpin terus dia gagal dengan menyedihkan, pertama-tama itu bukan salah dia, dong. Itu kesalahan yang kedua karena gagal memimpin. Kesalahan pertama ya salah pemilihnya, milih pemimpin kok yang bego.

Dan sialan sialan sialan aku merasa tertekan tertekan tertekan.

Ooooohhhhhh siapa yang bakal kupilih? Gimana kalau yang kupilih ternyata terpilih terus nggak becus? Gimana kalau yang kupilih nggak kepilih dan yang terpilih adalah politikus dengan IQ dan EQ setara kaus kaki basah bekas dipakai delapan minggu? Gimana kalau mendadak ada kudeta pemerintahan? Gimana kalau orang-orang menyerang kantor DPD, DPRD, dan DPR terus mengonfrontasi orang yang kupilih? Gimana kalau orang itu terus bilang bahwa bukan salah dia kepilih tapi itu salah orang-orang yang milih dia? Gimana kalau massa melacak siapa aja yang milih dia dan mereka nyampe ke aku? Gimana kalau aku disalib? Gimana kalau aku malah dimutilasi dan dagingku dijadiin rendang? Ya Tuhan aku benci rendang. Gimana kalau aku dikurung di dalam ruangan super gelap kedap udara dan dibiarin mati kehabisan udara? Gimana kalau ya Tuhan.

Gimana kalau aku golput?

Tuhan tahu itu termasuk pilihan dan hak demokrasi. Tapi gimana kalau surat suara yang disiapkan khusus untukku itu malah dipake orang-orang gak bertanggungjawab untuk nambah-nambahin suara buat caleg tertentu terus orang itu kepilih dan caleg itu tuoluolnya minta uampun dan koruptor? Berarti jangan ada surat suara yang tersisa. Golput pilihannya, tapi menelantarkan surat suara bukan pilihan.

Oke fix Rabu nanti aku ke TPS bawa spidol bergiltter terus tulisin di surat suaraku aja.

Terus pas udah beres dan aku lagi nyelupin kelingking, aku bakal senyum manis sampe bikin yang liat diabetes sambil bilang, "Eh, eh, Juli nanti aku enam belas lho. Jangan lupa kadonya ya."

Aw!

N.B: FYI aja, mereka juga menghinaku dengan salah mengeja namaku. Itu penghinaan tertinggi. Rajanya raja penghinaan.

No comments:

Post a Comment