Thursday 30 January 2014

Partner in Crime!

Kamis, 30 Januari 2014
Thursday, 30th January 2014

 
Misi: Melarikan diri dari kewajiban melaksanakan peringatan tak perlu.
Mission: To run away from responsibility to do a useless celebration.

 
Laporan oleh Operatif Kitty, Level I, didampingi oleh Nandita Chairunnisa (kode nama: Panda)
Report by Operative Kitty, Level I, accompanied by Nandita Chairunnisa (codename: Panda)

 
Pada hari ini (Kamis, 30/1), sekolah Operative Kitty melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang sesungguhnya terjadi pada tanggal 14 Januari lalu. Meskipun begitu, baik Kitty maupun rekannya, Panda, tidak merasa berminat sama sekali untuk mengikuti kegiatan tersebut. Keduanya dengan cepat merencanakan sebuah pelarian yang tidak direncanakan dengan terlalu matang (contohnya: mereka tidak sempat memutuskan apa yang harus dan tidak harus dibawa, serta rencana-rencana cadangan jika rencana utama gagal), namun ternyata didapati sejauh ini berhasil. Panda menemukan sebuah kelas kosong dengan meja-meja panjang berwarna putih yang dapat menampung empat kursi dalam satu baris. Meja-meja tersebut tertutup hingga bawah bagian depannya, dan tidak memiliki laci maupun loker yang dapat mempersempit bagian bawah meja. Bagian bawah meja, meskipun agak kotor oleh tanah serta pasir, ternyata cukup bersih dan dapat digunakan sebagai tempat persembunyian yang sempurna. Karena terpacu oleh adrenalin, Kitty hanya sempat menyambar sebuah novel berjudul Cross My Heart And Hope To Spy karya Ally Carter sebelum mengambil tempat di hadapan Panda di bawah meja. Tempat persembunyian mereka terletak di bagian belakang kelas dan Panda dibantu oleh Kitty menarik beberapa kursi kayu untuk menutupi tempat persembunyian mereka; tidak terlalu rapi hingga menarik perhatian di tengah keadaan kelas yang agak kacau, namun juga tidak terlalu berantakan hingga membuka penyamaran mereka.

Keduanya duduk dan berusaha membuat diri mereka senyaman mungkin di bawah meja dan mengobrol dengan suara berbisik. Kitty, yang memegang boneka lumba-lumba milik Panda sekaligus dengan ponsel dan novelnya agak kerepotan, bagaimanapun juga, Panda tidak membawa hal lain selain seragam dan jaket yang semuanya melekat di tubuhnya. Keduanya melipat lutut ke dada meski Kitty agak kesulitan melakukannya. Selama beberapa saat, hanya ada mereka berdua di dalam kelas yang kosong itu. Setelah itu, sekitar dua atau tiga orang remaja berjenis kelamin laki-laki (Kitty menyimpulkan dari suara mereka yang berat dan kebiasaan mereka untuk menghentakkan kaki saat berjalan, sementara Panda mengetahui dari bayangan yang mereka timbulkan di salah satu kaca) masuk dan mengobrol, semuanya merupakan pelaku pembolos sama seperti Operatif dan rekannya. Salah satu remaja berjenis kelamin tersebut tampaknya menyadari kehadiran Kitty dan Panda karena ia membungkuk di belakang meja dan mengintip ke bawah. Operatif dan rekannya melambaikan tangan menyapa.

Setelah itu, ruang kelas kembali kosong hanya diisi oleh Kitty dan Panda. Beberapa orang (sekitar lima atau tujuh, mungkin lebih) berada di kelas sebelah yang sebenarnya masih merupakan bagian dari ruang kelas yang ditempati oleh Operatif dan rekannya, hanya dibatasi oleh sekat yang tidak sampai langit-langit. Remaja-remaja tersebut mengobrol mengenai sesuatu yang tampaknya kisah seram dengan suara-suara yang cukup mengganggu. Karena kesal, Panda menyikut bagian bawah meja hingga menimbulkan suara gaduh yang mengagetkan, tak terkecuali Kitty. Meski terdengar ketakutan dan kaget, para remaja di ruang sebelah sempat berhenti mengobrol sejenak, namun subjek yang menceritakan kisah seram di rumahnya tetap melanjutkan dan hal ini justru membuat Panda menjadi lebih kesal. Ia mulai menggoyang-goyangkan kursi dengan suara berisik, mencakar meja, dan bahkan menjatuhkan kursi. Tindakannya membuat Kitty luar biasa geli hingga nyaris meledak tertawa, namun karena takut ketahuan, Kitty membekap mulutnya, nyaris menutup jalur udaranya sendiri. Kitty akhirnya tertawa tanpa suara hingga otot-otot wajah dan perutnya sakit, dan akhirnya ikut melancarkan aksi membuat-suara-gaduh-arwah-penasaran. Mereka berdua menendang, mencakar, memukul, hingga menjatuhkan kursi. Para remaja di ruang sebelah dua kali memastikan bahwa di kelas tersebut tidak ada orang, dan saat jelas memang tidak ada siapapun yang dapat menjadi penyebab suara-suara gaduh nan aneh tersebut, mereka berhenti menceritakan kisah horor.

Namun, hal itu tidak menghentikan mereka dari mengobrol, dan tentu saja Operatif dan rekannya menjadi semakin dan lebih kesal. Mereka bersembunyi mengharapkan ketenangan, bukannya suara gumam mengganggu obrolan remaja. Oleh karena itu, mereka mulai kembali membuat suara-suara gaduh, hanya saja kali ini para remaja tersebut mencemooh sebagai gantinya, kemungkinan untuk menyembunyikan rasa takut mereka karena mereka melihat dengan jelas ruang tersebut kosong, begitupun ruang yang sesungguhnya digunakan oleh Kitty dan Panda untuk bersembunyi.

Setelah merasa bosan duduk tanpa melakukan apapun (selain mengganggu dan menakut-nakuti para remaja di ruang sebelah), Operatif dan rekannya memutuskan untuk pergi dari ruang kelas tersebut. Mereka keluar perlahan tanpa menimbulkan suara apapun, namun gagal karena pintu tua payah yang menimbulkan suara saat dibuka. Tidak ada remaja yang mengikuti mereka, hanya terdengar sorak sorai pelan, mungkin merayakan perginya arwah penasaran yang mereka kira ada.

Operatif dan rekannya berlari sambil terkikik menuju kelas rekan sang Operatif, sayangnya Kitty melihat dua orang anggota Dewan Kemakmuran Masjid SMA, dan kedua orang tersebut mengejar Kitty beserta Panda. Sesampainya di kelas, Panda menyadari bahwa laptopnya hilang, dan kedua anggota DKM tersebut memerintahkan Kitty dan Panda untuk ke lapangan. Kitty membalas dengan bertanya apakah hal itu memang teramat wajib, yang dibalas oleh salah satu anggota DKM bahwa kegiatan itu sangat wajib, dan ditutup dengan pertanyaan apakah sang Operatif merupakan seorang non-Islam, yang tidak dijawab oleh Operatif (itu pertanyaan retorikal, dan kalaupun bukan, Operatif tidak terlalu peduli mengenai pandangan keagamaannya oleh orang lain). Kitty dan Panda berdiam diri di kelas Panda hingga beberapa orang teman sekelas Panda kembali. Panda berbaring dan menceritakan isi hatinya kepada Kitty yang dengan baik hati mau menyisihkan waktunya untuk mendengarkan masalah orang lain selain keluh kesah pribadinya (mungkin faktor usia, atau mungkin juga semata karena Operatif sedang tidak memiliki kegiatan lain untuk dilakukan sehingga ia menjadi lebih baik daripada biasanya). Teman sekelas Panda mengatakan bahwa laptop milik Panda berada di ruang Bimbingan Konseling, dan Kitty dan Panda pergi untuk mengambil laptop tersebut.

Panda meletakkan laptopnya di kelas dan pergi menuju toilet bersama dengan Kitty. Ketika mendengar suara sirene mendekat, Operatif otomatis berjongkok untuk menyembunyikan diri, namun rekannya (yang telah membuktikan dirinya tampak sanggup bertahan menghabiskan es krimnya sambil duduk di kursi taman saat bom nuklir meledak tak sampai sepuluh meter darinya) hanya diam dan berkaca di cermin toilet. Setelah sirene itu berlalu (baik Kitty maupun Panda tetap utuh tanpa dipermalukan), Kitty keluar dan berjalan bersama Panda menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar. Salah seorang guru berada di kantin memelototi siapapun yang tampak membolos, namun Operatif dan rekannya hanya memesan makanan tanpa kepedulian sedikitpun. Mereka pergi menuju kelas Operatif untuk makan dan bersantai. Meskipun begitu, baik Kitty maupun Panda tidak dapat tidak merasa seperti narapidana yang kabur dari penjara. Jika mereka benar-benar narapidana, pasti mereka akan menjadi pelarian paling hebat.

Beberapa teman sekelas Kitty berada di dalam kelas, namun tak lama mereka turun menuju lapangan dan aula. Kitty dan Panda bertahan di dalam kelas, memakan makanan mereka dan mengobrol, hingga suara peluit kembali terdengar. Karena panik, Kitty langsung menunduk dan bersembunyi di bawah meja, sementara Panda memasang tampang orang sakit. Peluit itu berlalu, dan Kitty merasa malu. Operatif jelas membuktikan dirinya membutuhkan banyak kerja keras dan keajaiban sebesar alam semesta untuk dapat lulus dari Level I.

Waktu menunjukkan tengah hari, dan Operatif masih bersama rekannya berada di dalam kelas. Untuk saat ini, keadaan baik-baik saja tanpa gangguan berarti dari pihak manapun kecuali para siswa yang berada di kelas sebelah yang tampaknya tidak mengerti frasa "tutup mulut."

Laporan selesai.

Status Misi Berhasil dilaksanakan 

Mission Status Accomplished.

No comments:

Post a Comment