Friday 10 February 2012

Aturan Dasar Dalam Dunia Kepenulisan

  1. Biasakan menggunakan tombol caps lock! Bukan berarti semuanya harus dengan huruf kapital SEPERTI INI tapi jangan tergantung dari auto correct dari MS Word. Hal ini biasa dilakukan oleh para penulis pemula (sama juga saya dua tahun lalu) yaitu selalu mengandalkan auto correct dari MSW. Nama tokoh kalau ada di tengah kalimat diawali huruf kecil. Nama tempat juga. Camkan ini: HAL ITU SAMA SEKALI TIDAK DIPERBOLEHKAN. Kecuali, tentu saja, ingin terus menjadi seorang penulis amatir yang tak mengerti (kadang malah tak peduli) aturan main dalam tulis-menulis. Kalau cuma untuk diri sendiri sih tak apa, toh yang membaca cuma kita ini. Tapi kalau untuk dipublish DAN juga dengan baik hati mengajarkan orang lain menulis dengan benar, mulai dari diri sendiri. Nama tempat, misal Jakarta, Bandung, Surabaya (bolehlah naik dengan percuma... tuut tuut tuut =D) harus diawali dengan huruf kapital. Nama orang, misal Dilla, Rizki (nama sepupu gua tuh), wajib diawali dengan huruf kapital. INGATLAH! Gunakan jarimu bukan hanya untuk komen gak penting dan update status di facebook tapi juga untuk mengetik dengan benar. Kenalkan minimal satu jarimu pada tombol caps lock! Karena kalau tidak, selamanya kamu hanya akan tergantung pada auto correct yang tak selalu ada di semua media tulis.
  2. Bedakan kata depan dan kata awal! Seriiiiiing sekali menemukan orang yang masih juga tak bisa membedakan mana kata depan dan mana kata awalan; terutama kalau dari kata "di". Buat penulis yang belum jadi penulis ternama macamnya Triani Retno, Iwok Abqary dan kawan-kawan, itu wajar aja. Menurutku yang belum jadi apa-apa sudah bisa membedakan itu hebat, tapi bukan berarti yang tidak bisa itu bodoh. Sebenarnya ada satu cara gampang kok, untuk membedakan mana kata depan dan kata awal, yaitu: Kata depan yang merujuk pada tempat/keberadaan sementara kata awal merujuk pada kata selain tempat. Gampang kan? Misalnya saja kita bertanya ada di mana maka kata "di" dan "mana" dipisah karena "mana" merujuk pada tempat. Nah, kalau kata "urus", "ajar", dsb., itu berarti disatukan menjadi "diurus", "diajar", "disayang", dan sebagainya. Kata depan: Di mana, di sana, di rawa, di rumah, di Jakarta (dan nama kota/negara lain juga), dan sebagainyaKata awal: Diajar (kalau pakai "h" maknanya jadi beda, hati-hati!), dirawat, disayang, ditonton, dilewatkan, dan sebagainya
  3. Jangan pakai singkatan! Nah, ini dia. Ini nih masalah kalian para penulis-penulis yang umumnya berasal dari MSN, facebook, friendster dan situs lainnya dan juga para texter. Kalian terbiasa menyingkat, tapi hal itu sebenarnya tidak diperbolehkan. Catat itu: tidak diperbolehkan. Kecuali kalian lagi SMSan dan dihitung perkarakter. Nah itu sih aku juga sering disingkat. Sayang pulsa! Jadi hentikan menulis hati2 atau jalan" atau memangx/'/a. Apa sulitnya menulis kata ulang? Apa sulitnya mengorbankan beberapa mili detik untuk menulis kata "nya"? Rugikah kalian? Sakitkah kalian? Matikah kalian kalau menulis tanpa singkatan? Nggak! Kecuali nulis SMS tanpa singkatan terus jatah makan malah dipake beli pulsa! Yang itu sih DL--Derita Loe. Dill, kenapa ngomongnya ngelantur? Fokus Dill! *PLAKK* Oke, gua udah fokus. Intinya jangan pernah berani-beraninya kamu menulis singkatan ketika menulis cerita yang rencananya akan menjadi sebuah cerpen di majalah, resensi buku di koran, atau bahkan novel tebal di toko buku, karena selama kamu masih menulis dengan singkatan, hal itu GAK AKAN PERNAH TERJADI!
  4. Inget spasi! Aturan dasar menulis adalah setelah tanda baca seperti titik (.), koma (,), seru (!), titik dua (:), dan tanya (?) dikasih jarak satu entakan spasi! Ada dua contoh kalimat:-Jadi,dia mendekati benda misterius itu dan menjerit kaget.Astaga!Benda itu ternyata kalung peninggalan neneknya yang sudah meninggal dan konon,benda itu terkutuk.Apa yang telah membuat benda itu ada di sini?Rina juga ingin mengetahuinya.-Jadi, dia mendekati benda misterius itu dan menjerit kaget. Astaga! Benda itu ternyata kalung peninggalan neneknya yang sudah meninggal dan konon, benda itu terkutuk. Apa yang telah membuat benda itu ada di sini? Rina juga ingin mengetahuinya.Mana yang lebih enak dibaca? Yang pertama atau yang kedua? Orang normal pasti pilih yang kedua. Orang gak normal..., gak tau deh. Yang pasti, pembaca menginginkan cerita bagus yang juga enak dibaca. Terkadang ada orang yang meskipun matanya berkunang-kunang lantaran si penulis menulis tanpa kenal spasi tetap bertahan karena ceritanya yang ia sukai. Tapi sampai kapan ia bertahan? Sampai kapan ia tetap membaca tulisan tanpa spasi itu hanya karena cerita? Bisa saja cerita itu ditulis dengan tema umum. Tak sulit mencari cerita sejenis dengan garapan lebih menarik dan spasi yang membuatnya lebih enak dibaca. Seorang penulis tanpa pembaca ibarat lagu tanpa lirik. Menyedihkan.
Untuk sekarang segitu aja yaaaa.... Sisanya nanti lagi, oke? Ciao! Au revoir! Bye! Dadah!

No comments:

Post a Comment