Friday 10 February 2012

Perlukah Memakai Jasa Penerbit Indie Itu?

Well, aku emang bukan orang yang berpengalaman dalam dunia tulis-menulis profesional, alias udah kondang nama, alias karyanya dibaca ribuan orang, alias... alias... lupakan alias! Aku gak peduli soal alias karena aku seorang Grimmnias! *yang gak tau, itu sebutan buat fans Christina Grimmie*
     Setelah aku melakukan penelitian sejauh dari rumah ke pasar Simpang, aku sudah mengumpulkan cukup banyak bukti dan sanggahan serta dukungan pada penerbit indie. Pertanyaannya sekarang: perlukah memakai jasa penerbit indie itu? (iya, emang judul note-nya sama. Dasar gua emang kagak kreatip #tutup muka pake bantal)
     Jika pertanyaannya seperti itu, pasti akan timbul jawaban "Ya" dan "Tidak", tapi aku secara pribadi memilih "Tidak". Tapi kita gak lagi ngomongin diriku sendiri, Querida, kita akan membahasnya bersama.

Apakah penerbit indie itu?
     Yep, sebelum kita membahas jasa penerbit indie, lebih baik kita kenalan dulu dengan penerbit indie. Penerbit indie adalah jasa penerbit yang berbeda dengan "Penerbit Umum", begitu istilahku. Penerbit umum adalah semacamnya GagasMedia, GPU, Dar! Mizan, dan lain-lain. Jika penerbit umum memberikan waktu "tunggu" pada penulis yang mengirimkan karyanya pada mereka--waktu tunggu yang berkisar dari sekian minggu sampai sekian bulan--maka penerbit indie tidak punya waktu tunggu... sejauh pengetahuanku. Kalau kita mengirimkan karya ke penerbit indie, selama kita bisa bayar, ZAP!, pasti karya terbit. Tanpa waktu tunggu. Bisa milih pakai editor yang bakal ngubek-ngubek benerin naskah kita (gak akan berubah kok, paling kalau ceritanya agak loncat urutannya diperbaiki, tapi gak dikurangi atau ditambahi) atau gak usah. Pasti terbit kok, pasti. Pasti mejeng di toko buku. Tapi konsekuensinya, kita gak akan kenal sama orang penerbit umum. Ya eyalaaaaah, masa ya eyadun? Kecuali kalian memang udah berteman duluan. Tapi maskudku adalah gak ada tuh namanya telepon semriwing di pagi buta dari penerbit minta kita merevisi naskah. Euhmm... Kalau penerbit indie tuh berkisar antara: Kirim karya -> diterima -> bayar jasa -> buku dicetak -> kirim ke toko buku-toko buku -> dapet royalti. Tapi kalau penerbit umum: Kirim karya -> dikasih waktu tunggu -> dikonfirmasi diterima atau nggak. Kalau nggak, berarti berhenti sampai di sini #nyanyi -> buku (mungkin) akan diminta untuk direvisi beberapa kali -> dicetak -> terbit -> dapat royalti.
     Secara segi finansial, penerbit umum menguntungkan karena hanya mengharuskan kita bayar ongkos kirim pada mereka. Gak nembus sepuluh ribu deh, kalau pake warnet (ngirim email ber-attachment naskah sih cuma beberapa detik, atau menit kalau lemot. Sisa dari sepuluh ribunya bablas internetan yang lain) ataupun kirim lewat pos. Sementara penerbit indie mengeruk rekening dalam-dalam (dompet kan gak aman) dan bisa nembus sekian juta, walaupun ada juga yang cuma berkisar sekian ratus ribu. Ngerti kan kenapa aku yang pelajar melarat ini milih penerbit umum ketimbang indie? :>

Perlukah penerbit indie itu?
     "Naskahku ditolak!"
     "Padahal udah capek-capek bikinnya, tapi dilempar balik!"
     "Dasar penerbit gak bermutu! Masa gak bisa lihat karya masterpiece?" (nggak mbak, tapi kalo baju potongan one piece pasti kelihatan langsung #kabur sebelum kena gampar)
     "Musti nunggu tujuh bulan!? Tetangga sebelah keburu melahirkan!"
     "Penerbitnya lelet! Gak bisa lebih cepet apa nilai naskahku?"
     Oke, oke, tenang guys, just take it easy, Kalian marah karena naskah ditolak? Kalian marah karena musti nunggu lama sebelum mendapat kepastian naskah diterima atau tidak? Aku punya solusinya. PENERBIT INDIE!!
     *Sound fx: TERERERET TRET TEEEEETTT*
     Ehm-ehm. Kalau kalian jenuh pada penerbit umum yang kalian nilai tidak bermutu dan lelet kayak siput, maka larikanlah diri kalian pada penerbit indie. Gak ada cerita naskah ditolak, gak ada cerita nunggu tetangga sebelah melahirkan baru dapat kepastian soal naskah yang kalian kirim. Pasti terbit tanpa lama kok Cyiiiiiiinn...... Kayak yang udah dibahas sebelumnya, kalian cukup kirim naskahnya ke penerbit indie dan bayar ongkos jasa. Tapi harus diingatkan, dengan maraknya penerbit gadungan, sebaiknya kalian cari tahu dulu soal penerbit yang hendak kalian kirimkan naskah. Kenapa? Karena kalau asal kirim, bisa-bisa malah naskah kalian raib dan suatu saat muncul lagi dengan judul dan penulis yang berbeda tapi isi sama. ALAMAT! Itu naskah gue! Dasar sialaaaaaaaaaaannn.................!!!
     Beberapa situs penerbit indie: http://indiebook.wordpress.com/, http://halamanmoeka.blogspot.com/, http://www.indie-publishing.com/.
     FYI aja, aku mungut dari Google tuh, hehehe.
     Sekali lagi, jika kalian sudah muak pada penerbit umum yang tidak sesuai harapan kalian, kalian bisa menggunakan jasa penerbit indie. Tapi ini nasihatku: tantangan dan cobaan yang membutuhkan kesabaran adalah salah satu dari hal-hal yang membuat seseorang dewasa. Jika kalian terus melarikan diri dan mengambil jalan instan... well, kalian tidak akan menjadi dewasa.
     Jadi, perlukah memakai jasa penerbit indie itu?

Ya, karena...
     ...Sudah semakin banyak penerbit indie yang menjamur. Ada yang menyediakan paket jasa--ongkos sekian ratus/juta, dengan editor atau tidak, dan lain-lain--ada juga yang tidak. Hal ini jelas mulai merugikan penerbit umum, ditambah kenyataan banyak penulis yang sudah mulai beralih pada penerbit indie. Tapi jika kita tilik lebih jelas lagi, kebanyakan penulis penerbit indie adalah penulis yang namanya belum pernah kita dengar, alias penulis baru. Kenapa mereka menggunakan jasa penerbit indie?
     "Karena jasanya lebih enak gitu, lebih cepat, gak perlu nunggu tanpa kepastian kayak dari penerbit umum."
     "Lebih enak aja. Gak perlu nerima resiko ditolak."
     "Murah, cepat. Gak lama lagi aku nyaingin Stephen King nih."
     See?
     Banyak orang menggunakan jasa penerbit indie karena lebih cepat, kocek yang diraih sudah tidak terlalu mahal, dengan banyaknya penerbit indie yang mulai memasang tarif murah di bawah satu juta rupiah. Dan penerbit indie tidak akan membuat kita menunggu tanpa kepastian, luntang-lantung, deg-degan nunggu kabar soal naskah kita. Beuh, pokoknya kalau nunggu kabar dari penerbit umum tuh udah nyaingin macan betina lagi PMS! Grawwwrrr.....
     Selain itu, penerbit indie sudah tidak lagi jarang seperti dulu. Kalau kita mengirimkan naskah, penerbit indie bisa memasarkannya secara online maupun offline--dikirim ke toko buku. Makin banyak jasa penerbit indie yang dipakai, makin banyak buku lokal dengan nama penerbit yang kadang asing di telinga kita, makin banyak buku yang sesuai dengan karakter penulisnya (kalau penulisnya ceroboh, pasti di buku banyak typo [kalau gak pakai editor. Kalau pakai bisa diminimalisir]. Kalau penulisnya maksa, bagian A dengan bagian B nggak nyambung. Kalau penulisnya keren... itu SAYA! #digebuk massa).
     Jadi, ya, perlu menggunakan jasa penerbit indie karena biayanya tidak lagi semahal harga mobil Kijang Innova (lebay), distribusinya tidak lagi terbatas, dan kita bisa memperlakukan naskah kita sesuai keinginan kita sendiri.

Tidak, karena...
     ...Masih ada banyak penerbit umum yang dengan tegas menyeleksi naskah kita. Berbeda dengan penerbit indie yang tidak punya saringan dan menerbitkan segala jenis genre buku, maka penerbit umum biasanya sudah mematok genre apa yang mereka terbitkan, dan naskah mana yang layak atau tidak. Itu tuh yang bikin lama. Maksudku, memangnya kamu pernah melihat buku dari Pink Berry Club (cabang Dar! Mizan) menerbitkan buku tentang pernikahan? Nggak tuh. Dan kenapa orang-orang memakai jasa penerbit umum?
     "Ongkosnya gak terlalu mahal, malah penerbit yang bayar mahal ke kita dalam bentuk royalti."
     "Isinya udah terjamin, gak usah takut yang namanya dicerca pembaca karena ceritanya aneh. Kan ada editor yang menyelaraskan."
     "Orang yang baca gak usah ragu untuk beli, karena nama penerbitnya udah sering didenger."
     Ya kan?
     Orang banyak menggunakan jasa penerbit umum karena nama penerbit yang sudah sering didengar, sudah gak asing. Paling mentok juga ada orang iseng bilang bahwa GPU--Gramedia Pustaka Utama--itu sebenernya minyak pijit--Gosok, Pijat, Urut. Eh, itu sih aku, ding. Hehe.
     Meskipun waktu tunggu yang diberikan kadang berasa lamaaa banget, kayak udah berganti milenium, dengan penerbit umum para penulis bisa mengetahui seperti apa kualitas tulisannya. Bagian yang tidak enak dibaca bisa direvisi. Dan itu berarti meningkatkan kualitas diri juga, sampai akhirnya menulis dengan sepenuh jiwa dan raga, bersatu membela bangsa dan negara. MERDEKA!!

     Jadi? Mau pilih penerbit indie atau penerbit umum saja? It's up to y'all. Yang pasti keep writing, don't ignore critics, and give the best from you. Because you know what? If there is a will, there is a way.

Note: Meskipun penerbit indie dan umum sama-sama menyediakan jasa editor, tetap edit sendiri naskahmu! Minimal sudah diedit satu kali sebelum dikirimkan ke penerbit, penerbit manapun yang kamu incar. Hal ini akan membantumu menemukan kesalahan yang sebelumnya luput dari pandanganmu sebagai penulis. Jadi selama mengedit, gunakanlah kacamata pembaca. Pakai yang minus atau plus atau silindris yang matanya sakit. Oceh?

Dari depan laptop di kawasan Dago Atas, saya Jessie J, melaporkan

No comments:

Post a Comment