Monday 6 August 2012

Dystopian?

Eh apa banget deh gara-gara akhir-akhir ini bacaanku genrenya dystopian (genre yang mengusung tema masa depan, kadang diceritakan sehabis perang atau kehancuran dahsyat gitu) aku jadinya kebayang-bayang bikin cerita dystopian juga, tapi di Indonesia. Aku juga punya sih satu kerangka setengah jadi dari tema dystopian lamaku, judulnya Peacekeepers, ceritanya tentang anak-anak yang direkrut untuk jadi tentara Penjaga Perdamaian itu. Kenapa anak-anak? Karena dibandingkan orang dewasa, meski mungkin mental mereka gak siap, tapi dengan latihan fisik mereka bisa siap. Dan karena setiap tulang rawan mereka itu diganti dengan sesuatu yang lebih kuat dan gak gampang patah + gen mereka dimutasikan, orang dewasa dianggap kurang cocok untuk hal ini. Ngejelasinnya susah kalau singkat, pasti kudu panjang kali lebar sama dengan tinggi, tapi pokoknya intinya anak-anak dianggap lebih bagus untuk segala macam operasi, mutasi, dan pelatihan untuk jadi Peacekeeper itu :D

Tapi yang Peacekeepers itu settingnya kebanyakan di luar negeri. Well, dibentuknya Peacekeepers sama PBB itu tuh karena perang udah merajalela, Perang Dunia III lah. Setiap negara yang menjadi anggota PBB tuh wajib 'menyumbangkan' anak-anak rekrutan mereka yang usianya antara 14-18 tahun (ada juga yang paling tua sekitar 19-20 tahun, tapi itu bahkan gak sampe 3 orang), termasuk Indonesia juga. Nah, jadi ada dong ceritanya yang berlokasi di Indonesia? Ada, tapi sedikit. Sementara yang aku bayangin itu, yang menghantui benakku itu, pure di Indonesia. Yah, kebiasaan lama, jadi pasti unsur luar negerinya ada. Entah mungkin ada blasteran atau dari nama. Sejauh ini sih yang kubayangkan satu nama: Sofie untuk tokoh utamanya. Kenapa Sofie? Karena menurutku nama itu tuh kesannya halus, lembut... pokoknya berkesan seorang anak yang baik-baik deh! Tambahan nama Sofie dalam bayanganku langsung tercipta seorang gadis dengan tubuh mungil, rambut ikal bergelombang, kulit putih dan mata yang besar jernih bercahaya. Meski Sofie berkulit putih, bukannya aku rasis lho ya. Aku justru suka sama orang-orang yang berkulit gelap, kesannya eksotis gimanaaaaa gitu, sementara kulitku putih cenderung pucat... *ngambek di pojokan*

Anyway, settingnya sekitar tahun 2099, gak begitu lama sejak Perang Dunia III selesai. Maksudku, hal apa lagi yang bisa mengakibatkan kekacauan di mana-mana selain perang? Perang dunia, pula. Gak beda jauh sama PDII di mana dunia terbagi jadi beberapa kubu. PDIII punya dua kubu: kubu Timur dan kubu Barat. Itu artinya, Indonesia stand against America! Iyeeeeeeyy......!

Dari dulu aku emang udah kurang suka sama negara adikuasa itu sih :D

Tapi kalau kalian mau tahu, gimana pun juga, hasilnya udah ketahuan: meski kubu Timur punya Jepang, kita (Timur) kalah sama Barat meski selisihnya gak jauh beda. Intinya kubu Timur kalah, meskipun di perjanjiannya tertulis bahwa kini dunia terbagi jadi dua bagian kubu; Barat dan Timur, di mana tiap kubu gak boleh saling mengganggu atau berhubungan lebih daripada sekadar bisnis atau kepentingan lainnya. Artinya gak ada lagi VOA kecuali untuk petinggi negara, itu pun terbatas pada, yaaa, berita-berita penting. Gak ada lagi film Eropa yang masuk ke kita, pun kita gak ada yang nunjukkin film kita ke Barat. Yah intinya gitulah. Bumi masih satu, tapi penghuninya tinggal dua: Barat dan Timur. Bangsa Timur, yang emang sedari awalnya beraneka ragam sih, bisa dibilang gak kenal lagi yang namanya Racist ataupun SARA. Hah? Apaan tuh?

Sementara bangsa Barat yang, kita tahulah, dari dulu tuh menganggap kaum kulit putih lebih baik, rasisnya makin menjadi-jadi ._. Yaah gak semuanya sih, tapi kebanyakan begitu. Akhirnya banyak kaum yang mereka anggap lebih 'rendah' kalau nggak dijadikan budak (lagi) diusir ke sisi Timur. Populasi Timur pun bertambah dan kemiskinan merajalela... seperti yang sudah kita duga.

Tapi jelas nggak semuanya miskin, dwooong....! Ada juga yang masih hidup menengah ke atas, tapi mengingat sulitnya kehidupan saat itu, kayaknya nggak aneh kalau mereka yang menengah ke atas juga pelit-pelit gimanaaa gitu. Kayaknya justru aneh kalau mereka semua saling berbagi terus menerus. Maksudku, mereka juga kan manusia. Mereka juga kan punya ego. Jadi walaupun sama-sama masuknya ke kubu Timur, tetep aja mereka kayak sekarang ini (kamu tahulah maksudku).

Berita baiknya: pada sekitar tahun 2050-2070-an banyak orang yang akhirnya memedulikan lingkungan dan bumi pun berangsur pulih, tapi kembali mulai rusak sewaktu PDIII. Tapi radiasi UV gak separah yang diduga dan dengan kemajuan teknologi, pun kalau radiasi UV terjadi mereka siap menghadapinya di tahun 2099. Alhamdulillah ya sesepatu :'D

Umm, dan kenapa ya aku mau berbagi ini semua? Aku juga gak tau. Mungkinkah ada orang yang baca dan mencuri ideku? Go ahead, garis besar post ini kan dystopian dan apa yang kujabarkan mengenai ide baruku. Satu resep yang sama kalau diolah di tangan yang berbeda akan beda hasil juga, toh? Tapi gimana kalau suatu saat aku nemuin buku yang bergenre dystopian, setting tahun 2099, dengan seorang tokoh utama bernama Sofie, dan menceritakan kehidupan setelah PDIII? Apa aku takut itu akan terjadi? Yep, aku takut. Tapi dengan jalan pikiran yang berbeda, keadaannya akan berbeda. Ingat The Hunger Games yang sempat dibilang mirip bahkan sama dengan Battle Royale? Mungkin itulah yang akan terjadi padaku. Tapi, kembali, resep yang sama akan berbeda rasa jika diolah tangan yang berbeda. Itulah yang akan terjadi.

Duh, dari yang awalnya ringan-ringan aja kok jadi berat, sih...

No comments:

Post a Comment