Monday 13 August 2012

Nasibnya Cassie...

Oh iya, aku lupa bilang, ya? Naskah perdanaku, naskah pertama yang selesai dan gak cuma setengah jadi, naskah yang waktu tanggal empat Desember kukirimkan ke penerbit, itu ditolak.

Iya, ditolak. *faceless*

Alasan penolakannya adalah: Fiksi fantasi lokal masih agak diragukan bisa bersaing dengan fiksi fantasi terjemahan.

HUWEEEEEEEEEEE...............................................................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kira-kira begitulah reaksiku tiga puluh detik pertama setelah penolakan. Detik ketigapuluh satu, aku mikir, "Jadi fiksinya kurang kuat, ya?"

Semenit kemudian, aku mikir lagi, "Iya sih, novel lokal kebanyakannya teenlit atau chicklit atau faksi gitu. Yang fiksi-fantasinya masih rada jarang."

Detik berikutnya, "Eh? Berarti editornya udah baca naskahku, ya?"

Aku jejingkrakan.

Habis itu aku mikir lagi, "Tunggu, tapi alasannya begitu. Aku kan nyertain sinopsis. Gimana kalau cuma dari sinopsis mereka (pihak penerbit) memutuskan bahwa genre novelku itu fiksi fantasi--which is emang iya? Jadi cuma baca sinopsisnya doang? Apalagi gak ada koreksi apapun. Ini gimana, ya?"

Capek mikir, akhirnya aku ngomong keras-keras, "Jadi kelemahan naskah aku di mana?"

Aku gak perlu nyalain Sebastian (netbook) untuk mencari kesalahan dan kekurangan dalam naskahku. Setelah berkali-kali baca ulang + revisi yang seolah tiada akhir (FYI, sekarang aku lagi ngerevisi naskahku untuk yang ketiga kalinya--naskah yang sama!), aku udah hafal isinya, bahkan sampai ke kalimat-kalimatnya. Hiiiy, kutukan yang mengerikan!

Oke, kekurangan naskahku:
poin pertama (ting!): Konfliknya gak jelas
poin kedua (ting!): Penokohannya kurang kuat
poin ketiga (ting!): Ceritanya seringkali ngolar-ngidul
poin keempat (ting!): Ada beberapa ketidak konsistenansi sikon alias situasi/kondisi
poin kelima (ting!): Meskipun itu trilogi, akhir yang menggantungnya kurang greget jadi males baca lanjutannya.

Well, itu yang kulihat dari kacamata pembaca. Kalau baca ulang naskahku aku sebisa mungkin gak pakai kacamata penulis tapi kacamata pembaca, supaya apa yang mungkin menurut 'penulis' asik ternyata bisa berbeda menurut 'pembaca'. Ya gitu deh. Dan sisi diriku yang perfeksionis juga turut ambil andil dalam pengeditan naskah yang selalu aja diulangi lagi. Ah, aku bukannya ngedit/revisi naskah sampai tengah terus berhenti lalu balik ke awal lagi, lho. Aku selalu sampai akhir, terus balik ke awal kalau belum puas. Sampai akhir, balik lagi ke awal. Begitu terus berulang-ulang, sampai aku sendiri capek tapi akunya belum puas! Dan jadilah...

Jadi gitu deh, nasibnya Cassie (si protagonis) adalah: Tersimpan dengan aman dulu di flashdisk (TT_TT)

No comments:

Post a Comment