Thursday 9 August 2012

Salon + Tattoo and Piercings Studio?

Jadi, dulu aku tuh sempet terobsesi banget sama tato. Well, menurutku dulu - dan sampai sekarang - tato itu keren. Tapi gak keren kalau design yang salah, tato berwarna yang luntur dan diabaikan, atau bahkan sebadan penuh dengan tato yang, yah, gambarnya gitu-gitu aja. Udahlah badan penuh oleh tato, tatonya juga kebanyakan tanpa makna. Iyuuuuwh banget deh. Yaaa, intinya, menurutku tato itu keren selama gak berlebihan banget. Minimal memang ada nilai artistiknya. Kalau cuma gambar-gambar tanpa makna yang saling berimpitan sih males banget...

Anyway, seiring waktu berlalu, aku juga jadi gak terlalu terobsesi sama tato, tapi masih tetap suka. Aku bahkan udah bikin perjanjian sama ibu: Aku boleh bikin tindikan atau menato badan kalau udah berumur 21 tahun. Which, by the way, only 6 years 10 months and 22 days to go  terhitung dari sekarang. Yay!

Emang sih, aku sempet ragu juga mau bikin tato. Banyak yang bilang bahwa tato itu gak boleh, tapi menurutku sih gak apa-apa selama gak di tempat yang kena air wudhu. Yah itu pendapatku sih. Yang bikin aku ragu adalah waktu aku lihat-lihat buku Illuminati/Freemason yang dilengkapi lambang-lambang bikinan mereka itu, ternyata beberapa gambar yang kuincar kujadikan tato di masa depan termasuk! Oh no! Gue kan anti-Illuminati! Jadi masa iya aku masang salah satu (dua, bahkan!) lambang ciptaan mereka di badanku? Tidaaaaaaakk......!!

Jadi sempet diurungkan juga niat itu. :|

Tapi tak ada banjir bandang tak ada tsunami (eh, ada ding beberapa waktu lalu di SumUt apa SumBar gitu) aku kepengin punya salon + studio tato dan tindikan. Kan kayaknya keren tuh. Udah gitu aku kan lumayan suka gambar, mana tau aku bisa jadi tattoo designer. Well, oke, maybe the salon thingy is a little bit too much, tapi aku tetap pengin punya studio tato dan tindik, mengingat aku sendiri kepengin ditato dan ditindik. Dan meskipun, yaaah, aku masih remaja (aku menolak disebut anak kecil!) dan jalan ke sana pasti masih jauh, aku udah mikirin apa aja yang kemungkinan harus disiapkan untuk itu. Modalnya gimana, pekerjanya gimana... karena kayaknya gak mungkin aku kerja sendirian. Kalau tempatnya kecil sih, bisa, tapi kalau udah berkembang kan karyawan kudu nambah juga.

Dan walau itu memang masih lama banget, aku udah bersumpah dalam hati: Aku gak akan pernah pakai jarum yang sama lebih dari sekali.

Umm, kesannya mungkin jadi buang-buang uang, ya? Tapi aku gak mau kalau misalnya ada orang yang datang ke studioku, dan ternyata dia terinfeksi penyakit apalah yang mungkin diidap sama pengguna jarum yang sebelumnya. Penggunaan jarum baru, yah, emang gak 100% pasti higienis, I admit that, tapi senggaknya udah masuk sekitar 88%... mungkin. Tapi bener kok, penggunaan jarum baru untuk orang yang berbeda itu harus. Karena kalau pakai jarum yang sama dua kali atau bahkan lebih, misalnya si pelanggan A punya penyakit HIV, pelanggan B tetanus (eh, tetanus tuh ditularkan dari darah bukan sih?), dan pelanggan C sehat. Tapi mereka pakai jarum yang sama. Sakit semua. Kecuali kalau yang pakai duluan pelanggan C. Tapi tetep aja gak boleh. Sekali pakai buang, jarum itu. Untuk menjaga profesionalisme!

Omong-omong, kalau studio kayak gitu pasti butuh sertifikat, kan? Sertifikat kesehatan? Tapi sudahlah, yang itu diurus ntar aja dulu. Untuk tempat, umm, kupikir sih kalau tempatnya disatukan dengan rumah tinggal asik juga. Jadi rumah dua tingkat, tingkat bawah untuk studionya dan tingkat atas tempat tinggalnya. Teruuus karena aku cewek kan harus ada pengaman tuh. Misalnya aku selain bikin sertifikat kesehatan juga bikin sertifikat senjata. Kan lumayan bisa nyimpen senapan dalam rumah, keren gak tuh. Huehehe... Atau bisa juga sih, misalnya tangga yang menuju ke atas itu ada di ruangan terpisah dan ruangannya itu kukunci. Bisa aja siiih.

Habis itu aku kepikiran lagi, masa iya tatonya mau begitu-begitu aja? Kayak, yah, gak ada yang lain, gitu? Dan kalau kupikir sih setiap tattoo designer pasti punya desain pribadi, kan? Yaaah, semacam tato yang cuma ada satu di dunia, gitu. Jadi mereka punya desain buatan sendiri, dan kalau ada pelanggan yang mau 'ngambil' gambar itu dan dia tatokan di badan (dengan harga yang merogoh kocek cukup sampai sangat dalam, tentunya), setelah gambar itu selesai ditatokan, gambar itu gak akan bisa dipakai lagi. Sold. Walau ditawar berapa juta pun karena tato itu cuma ada satu di dunia gak akan digambar di badan orang lain lagi. Yah, kalau aku sih, kupikir akan begitu. Gak tau, siapa tau ada tattoo designer yang kalah sama uang? Mungkin.

Omong-omong, menurutku, kalau udah cukup besar, maka studioku akan punya tiga ruangan khusus untuk bekerja. Kalau cuma satu, ntar lama nunggu dong. Jadi ada tiga. Kalau bisa lebih malah alhamdulillah. Terus ada satu ruangan khusus buatku, ruangan bos gitu, hehehe. Sekarang yang kupikirkan adalah: Kalau nindik, bisa gak di luar aja? Maksudku, kalau untuk tato kan ada ruangannya, yang dijaga bersih dan higienis, sebelas/dua belas lah sama ruangan rumah sakit. Nah, kalau nindik harus gitu juga apa bisa di luarnya aja, gak perlu ruang khusus gitu? Kayaknya kalau untuk tindik mah bisa, ya. Buktinya aku pernah ditindik di mall. Nindik telinga sendiri di rumah juga pernah, pakai peniti, tapi sekarang lubangnya udah ketutup .___.

Jam kerja yang wajar aja deh, jam sepuluh pagi sampai jam sepuluh malam (tapi tamu diterima cuma sampai jam delapan). Maksudnya adalah, setelah jam delapan, technically studio udah tutup, tapi tamu-tamu yang udah datang sebelum jam delapan masih bisa dilayani sampai tato/tindiknya selesai. Salon juga gitu, kan? Kenapa aku berani sampai malam, jam sepuluh? Yah aku pasti udah dewasa kan pada saat itu, paling muda mungkin <25 tahun, tapi minimal aku juga tahu kan gimana mempertahankan diri (in case kalau-kalau ada yang macem-macem). Lagian aku kan di studio tato dan tindik, senjataku ada banyak, hohoho...

Oh iya, aku kan pengin punya studio tato, dan itu didasari dari aku yang pengin punya tato. Kupikir sih, aku mau punya tato di tengkuk (I've made the design, yippie!), dan lengan atas; terserah mau kanan apa kiri. Kalau yang di lengan sih kemungkinan nama/quotes. Atau bisa juga lambang apalah gitu, lambang Penyelamat atau faksi Candor atau gambar pin Mockingjay (yang udah baca/ngobrol sama aku tentang novelku, baca Divergent, dan baca The Hunger Games pasti ngerti). Kalau tindiiiiik..... Aku selalu membayangkannya adalah di telinga kiriku, tindikannya cukup satu aja di daun telinga. Di telinga kanan baru deeeeeehh....... Silakan bayangkan sendiri yawh. Daaaaaaaaan sebenernya aku juga pengin punya rambut yang beda gitu. Entah unik entah aneh. Aku selalu pengin punya rambut yang dipotong pendek kayak rambut cowok, tapi punya poni samping (yang emang cuma ada di samping karena sisi lainnya ya dipotong pendek) di sebelah kiri yang panjang sampai ke dagu. Jadi satu-satunya bagian rambutku yang panjang itu ya di poniku itu. Terus diwarnai hijau atau warna ngejreng yang lain... Wiihiiiiii.....!!

Sayangnya rambutku gak lurus jadi gak cocok dengan model itu :(

However, aku masih tetap menginginkan rambut dengan warna yang WTF, tapi sekali lagi, aku gak cocok dengan hijau. Soooo maybe red? Blue? Hmm...

Just wait and see someday I'll have a tattoo and piercing studio by my own \m/

No comments:

Post a Comment