Sunday 17 March 2013

Penulis Pemula

PERINGATAN!
KONTEN DAPAT MEMUAT BANYAK HAL TENTANG PENULIS, BAGI ANDA YANG BENCI PENULIS DAN MENULIS DISARANKAN UNTUK TIDAK MEMBACA. apasih. 

Untuk postingan ini saya ingin konsekuen menggunakan kata 'saya', jadi tolong doakan saya berhasil (._.)9

Saya sering mendengar statement 'penulis pemula', entah di Twitter, Facebook, grup Facebook, Friendster... kecuali Friendster. Tapi statement tersebut sering sekali diucapkan. Entah oleh orang yang merasa dirinya penulis pemula, penulis senior yang menyemangati penulis pemula, atau orang awam yang maki-maki penulis sebagai penulis pemula. However, dua kata tersebut sering sekali dikeluarkan. Dan pertanyaan saya adalah: Jadi penulis pemula itu apa?

Kalau kita lihat dari judulnya saja, 'penulis pemula'. Hm. Berarti seorang penulis yang belum siapa-siapa. Masih baru dan hijau. Mungkin belum menelurkan karya yang berarti. Amatiran. Kemudian, apakah penulis pemula dikategorikan sebagai penulis pemula karena hal-hal di atas? Hal itu bisa menjadi agak rancu, menurut saya. Contohnya begini, saya sudah menulis semenjak tahun 2008, tapi saya masih bukan siapa-siapa. Saya baru pernah menamatkan satu buah novel--novel tipis dengan sekitar 100 halaman saja--dan ketika saya kirimkan ke penerbit ternyata ditolak, tapi saya masih bukan siapa-siapa. Saya memang masih hijau, tapi saya sudah lama dan sering menulis, tapi saya masih bukan siapa-siapa. Sementara seorang teman saya pernah berkata kalau sudah menulis selama itu berarti bukan lagi penulis pemula, tapi saya masih bukan siapa-siapa. Tapi karena saya mau sok merendah saya masih bukan siapa-siapa maka saya dengan sok rendah hati akan mengkategorikan diri saya sebagai penulis pemula. Oh, tunggu, saya memang penulis pemula. -_-

Secara objektif, penulis pemula adalah seseorang yang, tidak peduli sudah berapa lamanya ia menulis, masih belum membuahkan sebuah karya yang bisa diakui. Kalau ia hanya menulis cerpen atau novel untuk konsumsi pribadi dan tidak pernah dipublish dan tidak mendapat pengakuan, seribu tahun pun ia menulis maka bagi saya ia tetap seorang penulis pemula. Ambillah contoh yang bukan dari lini menulis, grup band FUN. misalnya. Mereka telah sekian tahun malang melintang di dunia musik tapi di Grammy Award kemarin mereka dinobatkan sebagai Best New Artist. Dari sana saya mengambil kesimpulan seseorang baru akan melewati fase 'pemula' setelah karyanya diakui oleh massa. Apakah saya sudah melewati fase tersebut? Belum, karena karya saya baru diakui oleh saya yang keceh semata.

Setelah itu, saya berpikir lagi, bukankah dikatakan bahwa ilmu apapun yang dimiliki oleh manusia, seberapa pun hebatnya, dibandingkan ilmu yang Allah swt. miliki hanya seujung kuku jari? Sementara menulis pun merupakan sebuah ilmu yang dapat dipelajari. Jadi kalau begitu di mata Tuhan bahkan penulis sekaliber John Grisham juga penulis pemula, dong? Berarti statement penulis pemula dapat disandangkan kepada SEMUA penulis? Arguable. Tapi, lupakan saja itu untuk sementara, karena kita membicarakan hal ini antar manusia. No offense, God. #apasih

Baiklah, kembali lagi. Terlepas dari hal pengakuan, saya tidak mengerti kenapa seringkali seorang penulis pemula dengan tanda kutip underestimating dirinya sendiri. Katanya ingin menjadi penulis, tapi belum apa-apa sudah mengeluarkan alasan, "Tapi aku kan penulis pemula..." sementara penulis-penulis senior lainnya sudah sering mengatakan bahwa tidak penting mau penulis pemula atau bukan, media cetak dan penerbit terbuka untuk siapa saja. Penulis-penulis pemula dengan tanda kutip ini seolah tidak pernah membaca nasihat-nasihat atau petuah-petuah penulis senior tentang statement ini. Terus saja mereka mengeluh tentang mereka yang menjadi seorang penulis pemula dengan tanda kutip dan selalu memproduksi alasan alih-alih karya. Serius mau jadi penulis gak sih? Seringkali saya berpikir begitu. Lama-lama saya bosan juga bacanya, akhirnya mereka saya cap penulis pemula dengan tanda kutip yang caper. Kasihan ya.

Berbicara memang bagus, tapi kalau hanya berbicara tidak akan membawamu ke mana-mana. Saya boleh jadi seorang penulis pemula, tapi saya tahu bagaimana cara ngacapruk yang baik dan benar, dan kerena itu saya ngacapruk dalam karya-karya setengah jadi saya. Memang boleh? Ohoho, siapa bilang tidak boleh? Penulis senior Primadonna Angela pernah berkata bahwa, ketika menulis, apa yang benar untuk penulis lain belum tentu benar untuk dirimu sendiri. Ketika kamu menulis, kamu bebas untuk melakukan apapun yang kamu suka. Mau menulis sambil jongkok, menulis menggunakan bahasa super baku, menulis satu kalimat main tiga jam... oke, yang terakhir memang sangat tidak baik, tapi maksud saya adalah jangan terpaku pada penilaian atau cara penulis lain dalam menulis. Yang menulis kan kamu, jadi ya terserah kamu. Tentu setelah selesai tidak langsung dikirimkan, tapi masih harus diedit lagi, direvisi lagi. Ketika kamu menciptakan sebuah karya, anggaplah seperti membesarkan seorang anak. Ketika mengurus anak, tidak ada tuh istilah orangtua pemula, orangtua senior. Semuanya sama, ingin agar anaknya--dalam hal ini, karya--tumbuh menjadi seseorang yang hebat. Kalau kamu memoles karyamu sebagus mungkin, maka apresiasi serta pengakuan orang pun akan positif. Lain halnya kalau kamu membuat karya dengan asal-asalan karena merasa kamu adalah penulis pemula; pengakuan dari massa pun akan asal-asalan. Dan pengakuan seperti itu, yang kutahu, tidak akan membuatmu melewati fase penulis pemula dengan tanda kutip.

Jadi, pembaca yang budiman dan budiwati (?), termasuk yang mana kalian? Penulis pemula, atau penulis senior?

No comments:

Post a Comment