Saturday 29 November 2014

du bist nich allein.

Kalau ada yang ngerasa sendirian, jangan ngerasa gitu. Kalian punya grup ini kan, jangan cuma dijadiin pelarian. Biarin dikatain curhat mulu atau baper mulu :-) don't keep your troubles to yourself. Mungkin aku gak kenal kalian secara dekat, lagian aku anak baru. Tapi kalian pasti punya orang lain yang mau denger kalian. Plis jangan ngerasa sendirian. Banyak orang yang mau bantu kalau kalian minta. AKU mau bantu. Jangan jadi sakitin diri sendiri.
Dan yang cukup kuat, please extend your hand. Banyak orang yang diam-diam nangis, diam-diam kesakitan. Kalau kalian gak bisa/gak mau bantu, minimal jangan tambah luka mereka. Stop. Udah cukup banyak orang yang menjerit minta tolong tanpa terdengar. Jangan tambahkan lagi.

Itu barusan pidato dadakanku di sebuah grup. Pemicunya? DP seorang temanku di BBM.

Noooo DP dia baik-baik saja, cuma gambar cewek dari anime/manga dengan tulisan Hiragana yang cuma bisa kubaca beberapa kata. IYEEEE JEPANG GUE PAYAH UDAH GAK USAH DIINGETIN.

Tapi, dari yang kutahu darinya, dia mengidap depresi. Entah tingkat berapa, tapi mungkin antara tingkat satu sampai dua. Mungkin tingkat satu. Mungkin tingkat dua. Semoga bukan tingkat dua. Dan dia tuh setahuku udah lama banget, like, punya masalah yang dia pendem. Pendem aja terus dipendem. Dia juga pernah suka nyayat dirinya sendiri. Kadang di paha. Kadang di lengan. Satu kali, dia bikin gambar anak kucing pakai silet di bagian dalam lengan kirinya. Aku ingat itu. Gambarnya detil, dipenuhi titik-titik darah. Mungkin bagi sebagian orang, dia attention seeker. Tapi bagiku, itu jeritan permintaan tolongnya. Sebuah jeritan yang mengatakan, "Aku sakit! Apa kalian nggak akan datang dan setidaknya berusaha menanyakan keadaanku?"

Dia juga dulu suka mimisan. Kalau sudah mimisan, bisa banyaaaak banget. Bisa berlembar-lembar tisu habis dan bahkan menetes sampai ke lantai.

Dulu. Entah sekarang. Semoga sekarang udah jauh lebih baik.

Dan kenapa aku ngomong begini?

Karena meski aku mengartikan tindakan-tindakannya sebagai sebuah upaya minta tolong, I did nothing. Aku gak ngapa-ngapain. Aku cuma duduk diam, ngeliatin titik-titik darah yang membentuk seekor anak kucing di lengan dalamnya yang kurus, dan terbelah antara rasa ngeri dan takjub. Ngeri, karena aku tidak mengerti kok ada orang yang mau menyakiti dirinya sendiri sedemikian rupa. Takjub, karena aku tidak tahu bagaimana dia bisa menahan rasa sakit demi menciptakan sebuah bentuk yang begitu detail.

Dulu aku pernah mengalami masa-masa yang kusebut dark days. Masa-masa aku nggak percaya sama orang lain dan gak mau percaya sama orang lain. Masa ketika aku merasa aku telah dikhianati dan orang lain hanya akan melakukan hal yang sama. Masa ketika aku gak percaya bahwa Tuhan itu ada dan mereka yang berbahagia hanyalah sekumpulan orang tolol yang nggak ngerti penderitaan hidup. Tapi aku gak pernah menyakiti diriku secara fisik. Sebaliknya, aku menyakiti diriku secara mental. Dan akibatnya, I constantly in a war with myself. Perasaan yang buruk. Seolah di dalam, aku terbelah menjadi dua dan masing-masing memperjuangkan apa yang mereka anggap benar. The hardest battle of all was whether or not I am worthy.

When it comes to physique, aku lebih memilih untuk bunuh diri saja sekalian. Let's not go with all the details tapi intinya akhirnya aku menemukan jalan keluar. Aku melihat sebuah cahaya dan sebuah tali untukku berpegangan dan tangan-tangan yang telah begitu lama menawarkan bantuan, namun tak pernah kuhiraukan.

Dengan sangat menyesal aku harus mengatakan bahwa "pencerahan" yang kualami tidak bersifat spiritual. Maaf kalau aku bikin kalian kecewa.

Ibuku adalah salah satu tangan yang selalu siap menolongku, tapi sayangnya, kebanyakan orang-orang yang kutemui tidak mendapatkan chemistry yang sama dengan ibu mereka. Aku beruntung, ibuku tidak melupakan masa mudanya, masa ketika ia juga merasa hilang arah, salah tempat, dan tidak diinginkan. Masa yang, menurut psikologku, nyaris semua remaja mengalaminya. Semua orang mengalaminya; mayoritas pada masa remaja. Ibuku mau mendengarkan segala keluh kesahku, meski kadang dengan menyebalkan.

Nggak semua orang seberuntung aku. Aku tahu itu. Oleh karena itu, aku menawarkan diri untuk membantu. Banyak orang yang mau membantu, all you have to do is just ask. Seringkali kita mengabaikan tangan-tangan yang telah terulur, menunggumu menerimanya. Aku nggak bisa janji aku akan mengerti, karena banyak hal yang aku nggak mengerti (like, aku aja gak ngerti kenapa aku random banget apalagi...). Tapi aku janji aku mau mendengarkan (atau baca...). Aku janji nggak akan menganggap remeh masalahmu. Dan aku janji untuk membantu semampuku.

Du bist nich allein.
You are not alone.

Kalau kalian merasa ingin curhat denganku, aku terima kok. :)
E-mail: d.armandouth@gmail.com
Skype: AdityawhXo

TAPI GAK TERIMA SPAM. PLIS. JANGAN ADA SPAM.

xoxox

No comments:

Post a Comment